02 | Three, Four, My Breath

16K 1.1K 54
                                    

Dion mendengus tatkala mendapati Larissa menyengir di depannya. Selalu seperti ini ketika keduanya bertemu. Kecuali, yah, di hadapan para sahabat gadis itu sendiri.

"Dion mau ke kelas yah?"

Yang ditanya justru melengos begitu saja. Tidak menjawab Larissa yang masih tersenyum dengan mata berbinar. Dilewati dan tidak dihiraukan malah membuat Larissa terkekeh geli, bahkan Dion mendengar tawa kecil gadis itu. Dasar bodoh!

"Ih Dion nih, emang Larissa patung cantik apa," gurau Larissa lantas menghadang langkah Dion, tapi cowok itu tidak menghentikan langkahnya yang membuat Larissa berjalan mundur sambil mendongak, memandangi Dion dengan wajah datarnya yang tak mau sedikit pun melihat Larissa.

Larissa mengulum senyum. Ini masih terlalu pagi untuk tertangkap basah oleh ketiga sahabatnya. Larissa akan dengan santai saja mengikuti Dion dari koridor umum ini sampai ke selasar kelas cowok itu. Bukankah ia gadis yang baik? Mengantar pacar sampai ke kelas itu romantis, you know?!

Langkah Dion begitu santai tapi cukup panjang membuat Larissa bergerak mundur dua kali lebih cepat.

Dalam sekejap mata, tiba-tiba saja Larissa sudah ada di pelukkan Dion. Gadis itu mengerjap-ngerjap, mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Alasan mengapa dirinya berada dalam peluk—tidak. Dion bukan memeluknya. Lengan besar cowok itu bahkan tidak melingkar di tubuh Larissa, tapi Dion juga tidak kunjung menjauhkan kepala Larissa dari dadanya.

Larissa menoleh ke belakang, dimana ia akan tersungkur ke belakang bila Dion tidak segera menariknya mendekat. Di sana, persis di belakang Larissa, terdapat ember besar berisi air kotor penuh busa yang diyakini Larissa adalah kerjaan petugas kebersihan di sekolah ini.

Huh, kalau sampai Larissa tersungkur jatuh dan menjadi basah karena itu bagaimana? Tapi Larissa berani sumpah, ia bersyukur dengan ember tersebut! Berkat benda itulah dirinya berdiri tanpa jarak dengan Dionnya.

"Minggir," titah Dion membuat pipi Larissa kontan merona. Ia tertangkap basah tengah mengendus-ngendus badan Dion yang menurutnya begitu khas aromanya. Ugh!

Kontan Larissa segera menyingkir dan menyengir lebar pada Dion. "Maaf Dion, nggak sengaja. Abisnya Dion wangi."

Dion mengernyit, namun tak urung mengendus bahunya sendiri.

Ampun deh! Cowok itu tidak pernah memakai parfum seperti halnya ketiga sahabatnya yang harus-mesti-kudu-wajib tampil wangi. Apalagi Grega yang suka menghamburkan uang demi mengoleksi parfum sekelas Hugo Boss, Calvin Klein, dan lain sebagainya. Dion mah mana peduli soal penampilan! Yang nempel paling juga si centil-centil ini juga.

Itulah alasan mengapa Dion heran saat Larissa menyebut dirinya wangi. Yah, menurut Dion "wangi" itu suatu aroma yang tidak bau dan enak dicium! Memangnya Dion enak, ya? Ah! Masa bodoh.

Dion tersadar dari lamunannya tatkala Larissa terkikik geli. "Ya ampun Dion lucu banget ngendus-ngendus gitu. Larissa serius lho, Dion wangi bangeeettt. Larissa aja sampai minder, cewek kok nggak wangi." Larissa tersenyum lebar, hingga kedua matanya menyipit.

Kemudian gadis itu melirik arloji manis di pergelangannya, "Ng, Larissa nggak bisa anterin Dion sampai ke kelas nih kayaknya. Larissa lupa mengerjakan PR, mau nyari teman yang udah selesai dulu. Daaah, Diooon!" Gadis itu berlalu dengan senyum yang tak luput dari wajahnya tiap kali menatap Dion. Lambaian kecil tangannya yang ringan dan ceria itu membuat Dion nyaris membalasnya.

Dion menatap punggung kecil itu sampai sosok Larissa menghilang.

Larissa aja sampai minder, cewek kok nggak wangi.

The Ugly Truth [DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang