04 | My Scrunched Up Feelings

11.4K 1.1K 54
                                    

Larissa mengunyah kacang gorengnya dengan pandangan yang tidak lepas dari acara televisi di hadapannya. Di dalam layar kaca, nampak adegan dimana seorang gadis yang dahulu di tolak mentah-mentah oleh sang cowok karena penampilannya yang "nggak banget", kini membalasnya dengan menolak cowok itu di saat dia telah berubah menjadi cantik.

Halah! Jangankan memikirkan penampilan, memikirkan Dion seorang saja otaknya sudah mau pecah!

Larissa menekan power off televisinya dengan frustrasi. Lagi dan lagi. Setiap acara televisi yang ditontonnya dimana pun dan kapan pun, dirinya selalu menyangkut pautkannya dengan kisah Dion dan Larissa. Bahkan acara reality Show berjudul Minta Tolong itu pun Larissa juga membayangkannya dengan Dion! Membayangkan Dion menjadi gembel dan hanya Larissa yang mau memberi goceng padanya. Dan TADA...! Mereka pun bahagia.

Drrrt drrrt.

Larissa beralih pada ponselnya yang menjerit, melupakan kacang gorengnya yang terletak sembarang di atas sofa tanpa menutup wadahnya.

"La, buka pintunya. Gue di depan rumah, gerimis nih."

Larissa mengernyitkan dahinya tatkala suara Nadine terdengar dari seberang. Ia tidak banyak bertanya, langkahnya berlari kecil menghampiri pintu dan membukanya, sosok Nadine lantas masuk dan langsung terduduk di sofa tamu layaknya rumah sendiri.

"Tante mana?"

"Nyokap pergi belanja. Kenapa?"

Nadine menggeleng, merapikan rambutnya. "Nggak papa. Cuma tanya aja, udah lama nggak main kesini."

Larissa berdecak. "Nyokap tau kali kalau wakil ketua OSIS itu sibuk!" ujar Larissa sekenanya tanpa berniat menyinggung. Nadine pun terkekeh menanggapinya. "Sori, La. Tugas Negara, kan, nggak bisa di tunda."

"Iya. Apalagi Bapak Negaranya gebetan sendiri. Makin semangat, hm!"

Nadine terkikik lantas bangkit memeluk Larissa yang berkacak pinggang di hadapannya. "Udah ah jangan ngomongin itu. Lagi pengin main nih. Udah lama kan kita nggak curhat berdua."

"Seinget gue sih kemarin lo masih nelfon gue ngomongin Rey."

Nadine tak menanggapi Larissa, gadis itu pergi ke dapur lantas menuangkan minuman dari kulkas pada gelas favoritnya milik Larissa. Bahkan Tante Mira—ibunda Larissa—telah menandai gelas kaca berwarna ungu dengan ukiran bunga-bunga itu menjadi milik Nadine. Khusus untuk Nadine bila gadis itu bermain ke rumahnya.

"Habis ini, nonton yuk? Gue bawa beberapa kaset film nih."

Larissa berdecih menanggapinya begitu ia telah duduk di atas meja dapur. "Paling film romantis-romantisan!"

Nadine yang tidak suka lantas membela aliran film yang disukainya tersebut. "Heh! Kita ini remaja. Nikmatin dong! Jangan nontonnya film berantem mulu. Tembak-tembakan, bunuh-bunuhan, setan-setanan. Sekali-kali nonton yang menghibur dan bikin senyum-senyum."

Nadine bergegas mengekori Larissa menuju kamar gadis itu dan menyerahkan beberapa film romantis yang ia bawa. Pilihan Larissa jatuh pada film Fifty Shade of Grey. Tapi Nadine langsung memprotesnya dan mengatakan jika film itu belum layak ditonton oleh mereka.

"Nggak boleh ditonton tapi dibeli!" gerutu Larissa.

"Ini aja." Nadine menyerahkan kaset berjudul Love Rosie. "Ini juga nggak kalah bagus kok!"

Larissa menghempaskan dirinya ke atas kasur, bergabung dengan Nadine tatkala filmnya sudah berputar. Walaupun tidak menyukai film-film sejenis ini, tetapi benar kata Nadine, cerita segar seperti ini dapat menghiburnya. Buktinya, kini pikirannya kembali membayangkan bila ia yang saat ini berada di posisi Rosie, dan Dion yang menjadi Alex.

The Ugly Truth [DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang