05 | It's You, It's You

13.2K 1.2K 64
                                    

The more I cover up my two eyes, I see you clearer. The more I block my ears, I hear you all day. – Baby Steps (TTS).

Apa masih terdapat alasan dirinya masih bisa tersenyum? Semua ini belum dapat diterima olehnya.

Pertama, Dion telah menjadi milik sahabatnya sendiri. Kedua, mamanya ternyata telah memiliki calon pengganti ayahnya. Ketiga, nilai-nilainya memburuk di setiap mata pelajaran.

Larissa meremas jemarinya di atas pangkuan, mengamati sang mama yang tampak bahagia berbincang dengan pria di sampingnya. Larissa tidak tahu apa yang dirasakannya saat ini. Senang karena mama menemukan bahagianya kembali, sekaligus sedih karena nanti ada yang menggantikan posisi ayahnya.

Suara dehaman seseorang mengalihkan pandangannya dari kuku jemarinya yang belakangan ini tampak kusam. Larissa terkesiap, keningnya mengernyit dalam tatkala menemukan cengiran Grega di hadapannya. Bukan cengiran itu yang membuatnya terkejut! Tapi sosok Grega yang—Hey! Untuk apa cowok itu di sini?

Grega mengulurkan tangannya seraya tersenyum. "Kenalin, kakak baru Larissa."

Larissa yang masih tidak mengerti lantas menoleh pada sang mama yang tertawa geli melihat raut kebingungan di wajah anaknya.

Om Galih tersenyum. "Grega itu anak Om, Larissa. Dia akan jadi saudaramu."

Pandangan buruk Larissa terhadap keluarga Om Galih menguap seketika. Ia tak kuasa membalas cengiran Grega dengan miliknya yang lebih lebar. Yah, siapa sih yang tidak mau memiliki saudara yang seumuran dan sudah dirinya anggap seperti abangnya sendiri? Dan kini Grega benar resmi menjadi abangnya! Ups, calon abang tirinya.

"Abang!"

"Jangan manggil Abang!"

"Abangabangabangabang—" goda Larissa lantas terpendam oleh tangan besar Grega yang membekap mulutnya.

"Diam! Mau main PS nggak?" tanya Grega lantas tersenyum mendapati Larissa mengangguk antusias dalam bekapannya. "Gih, duluan ke kamar. Gue ambil minum."

"Oke, Bang!" goda Larissa lantas berlari kecil menuju kamar Grega.

Mira tersenyum melihat Larissa yang ceria telah kembali. Yah, setidaknya Larissa lupa akan masalahnya sejenak, meskipun ia tidak tahu apa yang menyebabkan anaknya akhir-akhir ini terlihat murung.

Mira sudah mengenal Grega sebelum ia mengenal Galih. Anak itu tak jarang bermain ke rumah untuk menemui Larissa. Entah itu curhat soal Kira, maupun bermain PS2 jadul peninggalan mendiang abang kandung Larissa. Maka dari itu, saat keduanya—Mira dan Grega—diperkenalkan oleh Galih, keduanya terlihat antusias dan senang karenanya.

Grega memasuki kamarnya dengan dua cup coffee. Ia dan calon adik tirinya ini memang menyukai kopi. Larissa suka yang dingin, sementara grega sukanya yang biasa.

K.O! You Lose. Continue? 10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1. Game Over!

Grega mengernyit tatkala mendapati Larissa-yang berposisi memunggunginya kini-tidak juga menekan tombol start untuk mengulangnya. Membiarkan dirinya kalah tanpa Grega lihat ada perlawanan yang dilakukannya. Biasanya, Larissa selalu gemas dan tidak pernah mau menyerah bila ia belum menang.

Memang cuma permainan. Tapi baik Grega maupun Larissa tidak pernah mempermainkan permainannya sendiri. Dan mendapati Larissa seperti ini adalah hal yang tidak biasa.

Perlahan, Grega melangkah mendekat dan mengambil tempat di samping gadis itu. Larissa yang sejak tadi tenggelam dalam pikirannya pun terkesiap dan bergegas menyembunyikan perasaannya dengan senyuman lebar. Sayangnya, Grega tidak mudah tertipu.

The Ugly Truth [DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang