Part 1

52 2 3
                                    


( Magetan, 9 April 2016 pukul 13.00 )

Setiap hari kita selalu mendapat kejutan dari tuhan. Entah itu kejutan yang membuat kita bahagia, atau kejutan yang bisa membuat kita menangis. Kejutan itu datang secara tiba-tiba tanpa permisi. Kejutan akan hadir didepan kita tanpa melihat kondisi kita saat itu. Apakah kita sudah siap, ataupun kita belum siap sama sekali. Maka dari itu, terkadang kita belum siap menerima kejutan dari tuhan. Lalu bagaimana ketika kejutan yang membuat kita menangis datang? Apakah kita hanya diam, menerima dan hanya bisa menangis?

"Cinta, ayo kita pulang, memangnya kamu mau seharian disekolah? Ini sudah waktunya pulang tau!"

Gadis yang dipanggil Cinta itu hanya terdiam. Dan tak mau menyahuti perkataan teman yang ada disampingnya yang bernama Lola. Sorot matanya hanya tertuju kesuatu titik. Bangku kosong taman yang sudah berkarat, dekat lapangan basket San Diego art school . Bangku itu tampak tua dan berlumut. Disekitarnya dipenuhi oleh dedaunan kering. Dibelakang bangku itu terdapat pohon besar nan tinggi menjulang. Entah mengapa setiap melihat bangku itu, cinta akan merasa enggan mengalihkan pandanganya. Ditambah suasana mendung yang menggelayuti kota Magetan. Membuat Cinta semakin terbawa oleh suasana haru yang kian lama kian terasa dalam.

"Cinta kamu dengar nggak sih?"

Kesal tidak mendapatkan jawaban, Lola akhirnya bengkit dari kursi, dan melambai-lambaikan telapak tanganya tepat didepan wajah Cinta. Tak butuh waktu lama, Cinta terbangun dari lamunanya.

"Ihhhhh,  kamu lihat apa sih Cin? Masak dari tadi diajak bicara nggak ngerespon, memangnya kamu lagi ngelamunin apa sih?"

Cinta menggelengkan kepalanya, tanpa menjawab pertaanyaan Lola. Lagi-lagi Lola dibuat kesal oleh ulahnya. Dengan ekspresi kosong Cinta merapikan buku gambar, pensil, dan alat lukis lainya yang berserakan diatas meja. Lalu memasukkan semua itu kedalam tas hitam miliknya. Setelah tidak ada satupun barang yang tetinggal diatas meja, Cinta bangkit dari kursi dan langsung meninggalkan kelas, termasuk meninggalkan Lola yang sedari tadi bingung dengan sikap temanya itu.

Setelah melihat Cinta keluar dengan tatapan kosong tanpa ekspresi, Lola berlari mengikutinya dari belakang. Dihati Lola, tersimpan banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan kepada Cinta. Tentang kelakuan aneh cinta hari ini. Sebenarnya Lola bukanlah anak yang suka ikut campur dalam masalah temannya, tapi ia selalu tidak tahan kalau menyangkut tentang Cinta. Baginya, masalah Cinta adalah masalahnya juga.

Lola berhasil berlari menyusul Cinta, dan menghentikan langkah kaki Cinta dengan menahan tanganya.

"Kamu kenapa sih cin hari ini, aneh banget. Tadi sewaktu ada kelas piano, kamu murung dan diam saja. Padahalkan kamu selalu bersemangat kalau mengikuti kelas piano. Lalu kamu juga tidak bersemangat dikelas biola, dan menyanyi. Bahkan kamu tidak menghabiskan bekalmu saat istirahat makan siang tadi. Dan ditambah lagi, kamu melamun terus saat pelajaran melukis, aku khawatir tau!"

Cinta memperlihatkan senyuman manisnya kepada Lola. Dan semakin menambah kebingungan Lola. Dengan perlahan Cinta melepaskan genggaman Lola.

"Lola, hari ini sepertinya aku tidak akan pulang ke asrama, ada sesuatu yang ingin aku kerjakan, kalau sampai malam aku tidak pulang, kamu tidur saja dulu. Karena sepertinya aku akan pulang larut malam."

"Apa? Lalu bagaimana kalau aku ditanya ibu asrama kamu pergi kemana, aku harus jawab apa Cin?"

"Bilang saja aku menginap di cafe Bude Wanti, ibu asrama sudah tau kok siapa Bude wanti."

"Tapi-"

"Tolonglah Lola, ini permintaanku yang terakhir kalinya untukmu, tolong bantu aku ya?"

"Eemm......oke deh Cin, tapi sebelum kamu pergi, kamu harus bawa payung ya? Karena sepertinya hari ini hujan akan turun. Kau lihatkan langit sudah menampakkan raut kelabunya."

"Aku tau Lola, terimakasih ya!"

"Iya Cinta, tapi usahakan kamu pulang ya nanti malam?"

"Eemm....aku akan berusaha untuk pulang ke asrama. Jika aku masih diberi waktu...."

Dengan raut muka yang datar, Cinta menelusuri lorong sekolah dengan mempercepat langkah, dan meninggalkan sejuta pertanyaan dibenak Lola. Lola hanya terdiam dilorong sekolah. Lola melihat punggung Cinta yang mulai menjauh. "Permintaan terakhir?Jika aku masih diberi waktu? Apa maksutnya?"

My last ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang