Part 4

13 1 0
                                    



( Magetan, 9 April 2016 pukul 18.30 )

Dentingan piano yang indah berbunyi, membuat semua suasana menjadi tenang menghanyutkan. Alunan lagu dentingan piano tersebut seolah-olah dapat membius Cinta. Wanita cantik bergaun putih memainkan sebuah lagu yang tak asing ditelinga Cinta. Lagu yang dimainkannya itu adalah salah satu lagu favorit Cinta. Lagu Bunda dari Melly Goeslow.

Dengan antusias Cinta duduk sendiri dibangku penonton, melihat aksi indah dari wanita cantik itu. Begitu bagusnya penampilan wanita cantik itu fikir Cinta. Tanganya menari-nari diatas tombol hitam dan putih. Garis kerutan diwajahnya menegaskan bahwa ia sangat menjiwai lagu yang ia mainkan. Tanpa sadar Cinta terbawa suasana dan ikut bernyanyi, hal itu membuat dentingan piano tiba-tiba berhenti.

Wanita cantik itu menoleh,lalu ia tersenyum kepada Cinta.

"Kau datang?" Cinta mengangguk.

" Kesinilah, aku akan mengajarimu bermain piano seperti janjiku kemarin."

Cinta bangkit dari kursinya, dengan senang hati ia melangkah mendekati panggung. "Kakak Ema memang pintar bermain piano." Wanita cantik yang dipanggil Ema itu tersenyum malu.

"Terima kasih cinta." Sahut kak Ema.

Cinta duduk disebelah kak Ema. Lalu tanganya perlahan-lahan menulusuri tombol hitam putih didepanya. Cinta mencoba menekan salah satu tombol itu. (ting!) mendengar itu, Cinta tersenyum kagum dan menampakkan cengiran lebarnya.

" Wah, bunyinya merdu sekali!". Senyum indah cinta membuat kak Ema tertawa.

" Kak ema kenapa? Apa kakak baru melihat orang yang baru pertama kali menyentuh piano?". Mendengar ucapan Cinta itu, membuat kak Ema menyentuh tangan Cinta dengan lembut.

"Tidak Cinta, kakak tertawa karena senyumanmu." Cinta mengernyitkan dahi tanda ia bingung dengan perkataan kak Ema.

"Maksutku, senyumanmu itu manis dan terlihat polos Cinta sayang." Sekali lagi cinta tersenyum, kali ini benar-benar lebar.

" Ohhhh begitu." Cinta mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Nah bagaimana kalau kita langsung bermain piano saja, kakak akan mengajarimu lagu bunda. Itu lagu kesukaanmu kan?". Cinta menunjukkan keantusiasanya dengan mengangguk- anggukan kepala. Tanpa basa-basi lagi, tangan mungil Cinta menari di atas piano dengan intruksi kak Ema. Tentu saja kak emalah yang memimpin lagu, Cinta hanya sebagai pengiring saja. Walaupun Cinta hanya menekan 3 tombol untuk mengiringi kak Ema. Namun cinta tetap senang. Terbukti Cinta sangat serius berlatih.

Alunan lagu bunda kembali terdengar diruangan itu. Suasana tenang tanpa orang berbicara, hanya suara dentingan piano yang memenuhi ruangan tersebut. 2 wanita berbeda usia 3 tahun terlihat tengah asyik berkutat dengan tombol hitam putih dihadapanya. Mereka tak memperdulikan peringatan bunyi dari arloji mereka . Seolah-olah mereka ingin waktu berhenti, agar mereka dapat memainkan lagu bunda sampai tangan mereka mati rasa dibuatnya.

Pukul 20.00, cinta tertegun melihat arlojinya. Raut mukanya kali ini berubah lagi. Kenapa seolah-olah jam membuatnya takut. Pukul 20.30 nanti kak Ema akan tampil dipanggung tersebut. Sayang, cinta tidak bisa melihat penampilan kak Ema. Cinta hanya bisa bermain bersama kak Ema tanpa melihat penampilan aslinya diatas panggung. Selama kurang lebih satu jam setengah ia terlelap dalam lagu itu bersam kak Ema. Namun sekarang, raut wajah cinta seperti menggambarkan kekecewaan. Sepertinya ia merasa telah membuang-buang waktu. Lagi-lagi ia mengeluarkan daftar kecil dari sakunya dan terlihat tengah mencoret sebuah tulisan, 3. BERMAIN PIANO DENGAN KAK EMA.

Setelah ia mencoret tulisan tersebut dengan bulpoin merahnya, ia melihat daftar ke 4 yaitu, 4. MEMBANTU KOH ALI BERJUALAN. Cukup lama Cinta tertegun memandangi daftar tersebut, lalu ia kembali memasukan daftar kuning kecil itu kesaku jaketnya. Ia tampak tak ingin menyia-nyiakan waktu. Dengan memakai jas hujan pemberian kak Ema, Cinta pergi meninggalkan ruang pertunjukan.

Ketika Cinta hampir melangkah keluar dari ruangan pertunjukan seni tiu. kakinya terhenti lagi oleh hujan. Ia menadahkan tangan kirinya kearah langit. Setetes air hujan jatuh tepat ditangan kirinya. cinta menunduk memandangi satu tetes air hujan dingin itu. Bukan, itu terlihat bukan satu tetes air hujan. Melainkan 3 tetes air mendarat tepat ditangan kirinya. Cinta mengusap pipinya dengan menggunakan kedua tanganya, ternyata 2 tetes air itu adalah air matanya. Lagi-lagi ia menangis tanpa sebab. Apa benar hujan yang membuatnya menangis?            

My last ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang