Pikiran bergemelut tak henti-hentinya membayangi kepala Lana. Baru kali ini merasakan keresahan yang amat sangat. Dari orang yang tak pernah lepas dari pikirannya. Seorang yang semakin lama dan semakin dalam ia kenal, semakin ia tidak mengenal gadis itu. Kira, Sosok yang tak pernah lepas dari bayangannya.
Dua minggu lewat begitu saja tanpa ada perubahan yang membaik dari diri Lana. Tetap saja pikiran buruk tentang Kira bergelayut dibatinnya. Kira tidak terlihat dimanapun, sms dan telefon yang setiap hari ia kirimkan untuk gadis itu selalu berujung tanpa balasan . Ia cari kemanapun dan dimanapun hingga ke tempat-tempat yang sering ia habiskan berdua hasilnya selalu nihil. Terkadang Lana merasa heran dengan dirinya sendiri mengapa ia harus repot-repot mencari dan mengkhawatirkan Kira. Kira sebagai kekasihnya saja bukan. Gadis itu hanyalah teman yang telah bersama dalam waktu yang cukup lama.
Pagi ini, seperti pagi-pagi yang lalu setelah Kira menghilang dari peredaran. Lana datang ke sekolah menengah atas di salah satu kota di pinggiran ibukota. Ia datang dengan muka lesu tanpa semangat sedikitpun yang terbit dari dirinya. Seperti biasa, setiap kali guru-guru mengabsen satu persatu siswa kelas dan tiba memanggil nama Adinda Kira, kelas hening karena tidak ada yang tau gadis itu dimana begitu pun Lana. Sekali lagi ia merutuki dirinya sendiri, sebagai teman yang paling dengan gadis itu ia sama sekali tidak mengetahui dimana gadis itu berada.
Setiap guru yang mengabsen anehnya tidak ada guru yang menanyakan Kira. Seolah mereka tau alasan Kira tidak pernah hadir selam dua minggu belakangan atau malah mereka sama sekali tidak peduli dengannya.
****
Hujan deras membasahi setiap celah jalanan kota pada pukul 15.30 ketika Lana menghentikan motornya tepat lampu lalu lintas berganti warna merah. Kelas telah usai dua puluh menit yang lalu dan selama pelajarana ia sama sekali tidak memperhatikan guru menyampaikan materi. Masih saja pikirannya melayang-layang membayangkan ia menemukan Kira di suatu tempat.
Pandangan Lana teralih dari ujung jalan ke sebuah sepeda yang sangat ia kenal, sepeda polygon hitam yang tidak salah lagi itu milik Kira terparkir di depa toko buku. Tanpa pikir panjang, Lana langsung membelokkan motornya menuju toko buku itu tanpa peduli jalanan yang licin.
Lana langsung masuk ke dalam toko itu dan menuju ke bagian novel. Tempat favorit Kira. Sekilas mata Lana menagkap sosok yang sudak ia hafal benar. Seorang gadis dengan rambut yang dikuncir kuda dan sejumput rambut merah dibelakang telinga. Tersematkan di kepalanya sebuah topi baseball usang. Lana yakin itu Kira seperti biasa ia menggunakan kaus yang kebesaran.
Pandangan gadis itu teralih dari buku yang ia baca ke arah Lana yang berdiri mematung tidak jauh darinya.
"Ki... Kira." Lana merutuki dirinya karena memanggil nama Kira dengan suara seperti tikus terjepit. Seketika itu Kira berjalan pergi menjauhiku. Awalnya ia hanya berjalan biasa tapi lama kelamaan ritme kakinya semakin cepat kakinya. Lana terus berlari mengejarnya diantara rak-rak buku.
"Kira! Berhenti!" Lana meneriakinya dengan suara lantang. Ia acuhkan pandangan pengunjung lain yang mungkin menganggapnya seperti orang gila. Sumpah sarapah segera keluar dari mulut Lana ketika Kira benar-benar hilang dari pandangan Lana. Ia harus meninggalkan toko buku itu dengan tangan kosong setelah berkali-kali memutari toko untuk memastikan Kira benar-benar hilang. Sedikit rasa senang terbersit dihatinya, setidaknya Lana tau Kira masih hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kota di Bawah Payung
Mystery / Thrillersudah lama kumengenalnya. kupikir kita akan berteman dan semua akan baik-baik saja. tapi ternyata tidak. karena hujan merubah sosoknya menjadi sangat gelap Sampai jumpa, jangan pernah mencariku lagi. Thanks for everythings ~ Kr .