2021

3 1 0
                                    


2021. Pukul 22.00

Hujan deras mengguyur kawasan pusat ibukota. Tak membuat keramaian di Gedung Hotel Vantara, salah satu hotel elit di pusat ibukota, belum surut. Para pejabat, konglomerat, hingga artis ibukota sedang menghadiri acara jamuan makan malam di aula utama Hotel Vantara.

Hilir mudik pelayan mengantarkan dessert, wine, dan kue kering untuk dihidangkan kepada para tamu. Acara yang diselenggarakan oleh walikota ini bertujuan untuk merekatkan hubungan semua lapisan masyarakat. Namun, hampir semua tamu undangan adalah orang-orang kaya. Topik pembicaraan mulai dari musim hujan yang telah dating hingga masalah saham perusahaan.

Ngiiiinnngg...!! Bunyi nyaring memekakan telinga terdengar di seantero aula. Membuat semua orang berhenti dari topik pembicaraan mereka dan semua orang berusaha menutup telinga. Bunyi berdenging itu hanya bertahan lima detik. Aula hening, digantikan suara gemuruh hujan dari luar gedung.

Boommm....!!! Suara ledakan terdengar dari Gedung Hotel Vantara tepat di aula utama. Kebakaran hebat dari ledakan bom. Asap membumbung tinggi ditengah gelapnya malam. Api membuat langit gelap dengan tetesana air hujan menjadi terang. Suara sirine mobil pemadam kebakaran mulai terdengar dari kejauhan ditemgah suara derasnya air hujan.

Sosok gadis berumur awal dua puluhan tersenyum miring ditengah gelapanya malam. Ia berada satu blok jauhnya dari Gedung Hotel Vantara. Tangan kanannya memegang gelang hitam di lenagn kirinya. Sebuah pemantik bom berbentuk gelang. Rasa puas menghampiri hatinya, ia berhasil melaksanakan misinya hujan malam ini. Predikat pembunuh bayaran nomor satu di ibukota sudah tak terelakkan lagi. Kira, sudah lima tahun lamanya setelah ia pertama kali membunuh seseorang, temannya sendiri, Lana.

Anak rambutnya yang bewarna merah dan rok hitam selututnya berkibar terkena angin malam. Ia berjalan anggun menuju motor vixion hitam yantg berada tak jauh darinya di tengah rintik air hujan. Ia segera menancap gas dengan kecepatan tinggi motornya menuju sebuah apartemen elit di pusat ibukota. Hujan yang mengguyur ibukota dan membuat jalanan licin sama sekali tak membuat gadis itu mengurangi kecepatan motornya. Motornya dengan gesit berkelak-kelok di jalanan ibukota.


Televisi di salah satu kemar apartemen mewah menyala. Saluran tv menayangkan ledakan bom di Hotel Vantara. Tidak ada seorangpun selamat dari insiden tersebut. Kira duduk di sofa sembari memelintir-lintar anak rambutnya yang bewarna merah. Bibirnya menyunggingkan senyum puas.

Ponsel disampingnya bergetar. Panggilan masuk dari seorang yang tidak dikenal. Kira mengangkat panggilan dari orang diseberang tanpa mengucapka sepatah katapun.

"Benar... Kau tahukan syarat untuk menyewaku? Aku hanya akan membunuh ketika hujan... Jika kau berkhianat, nyawamu yang akan melayang... baik." Sambungan terputus. Misi baru untuk Kira.



Kota di Bawah PayungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang