I can't even hold your hand,
but I love you with a love
that no one can understand.-----------------------
Aku masuk ke dalam kelas dengan perasaan sedih. Sepertinya aku memang belum berhasil, cih aku saja yang terlalu geer.
"Woy Cal kenapa? mukanya kok di tekuk gitu, jelek loh," ucap Galena mencolek daguku.
"Hah? Enggak kok cuma lagi nggak mood aja," ujarku.
"Serius? bukan karna Darren lagi kan?" Kali ini Eireen yang bertanya dengan raut curiga.
"Enggak kok, emang lagi nggak mood aja, kayaknya bentar lagi mau dapet deh."
"Dapet? dapet apa Cal hadiah?" ucap Philo yang tau-taunya sudah berada di depan kami bertiga.
"Eh i-itu engg dapet--"ucapku dengan pipi memerah karena bingung bercampur malu harus menjelaskannya.
"Loh kenapa pipinya merah gitu sih? Emang dapet apa?" ucap Philo lebih membuatku bingung harus menjelaskannya bagaimana.
"Eh? it--"
"Itu urusan cewek, biasa tamu tiap bulan," ujar Eireen menyelamatkanku dari kebingunganku.
"Ohh gitu? " ucap Philo yang sepertinya sudah mengerti.
"Eh iya gitu." Aku menggaruk tengkuk ku yang tidak gatal.
"Yaudah gue balik ke tempat duduk gue ya," ucapnya dan segera berjalan menuju tempat duduknya. Aku, Eireen dan Galena pun duduk dalam posisi sopan karena Ibu Henny, salah satu guru killer kami sudah berada didepan kelas.
⇨⇨⇨⇨⇨
Saat bell pulang sudah berbunyi, aku segera membereskan buku-bukuku. Aku ingin cepat-cepat pulang ke rumah dan menangis sejadi jadinya.
"Reen, Gal aku pulang duluan ya," kataku dan langsung cepat-cepat berjalan meninggalkan kelas.
Aku menyusuri sepanjang koridor sekolah dengan langkah kaki tergesa-gesa. Tanpa terasa aku sudah sampai di depan gerbang sekolah dan langsung memberhentikan taxi yang lewat.
Sesampainya di rumah aku langsung masuk ke dalam kamar dan menjatuhkan diriku keatas ranjang empukku. Aku merasa air mataku mulai menetes membasahi boneka spongebob kesayanganku.
You're a hero you can fly, you can fly♪
Aku mengambil hp ku yang berbunyi dari dalam tas tanpa melihat si pemanggil.
"Halo," ujarku dengan suara serak.
"Dimana?" Ucap seseorang di seberang sana.
"Kamar, tempat tidur, kenapa?" Ucapku mencoba bercanda dengan suara serak yang aku yakin pasti terdengar aneh.
"Dih gue lagi serius yahh," ucap Eireen yang aku yakin sedang memutar kedua bola matanya kesal.
"Hehe, kamu sih so sweet banget, kan aku merinding." Candaku seolah beberapa saat yang lalu tidak terjadi apa-apa.
"Gue serius Caliandra, lo kenapa sih kok langsung lenggang kangkung gitu aja tadi?"
"Hehe sorry, lagi nggak enak badan aja."
"Oh ya? yang bener? kok gue nggak percaya ya."
"Dih di bilangin juga, yaudah kalo nggak percaya nggak maksa juga kok."
"Ye iya iya ngembek deh dia nya, huh bocah."
"Bodo."
"Oh ya kalo gitu gue sama Galena otw kesana ya, cawww." Eireen langsung menutup panggilannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winterherz
Teen FictionCaliandra Renaya hanyalah remaja biasa seperti yang lainnya. Mungkin yang membuat ia terlihat menonjol, karena ia merupakan pacar dari salah satu cowok most wanted di sekolah. Tapi tak ada yang pernah tahu, bahwa ia hanyalah dianggap sebagai penggan...