Mataku mengerjap. Aku merasakan hawa panas di sekitarku. Ada apa ini?
Perlahan, aku dapat melihat apa yang ada di depan mataku. Aku melihat sebuah kebakaran, kebakaran besar. Si merah melahap sebuah gedung yang besar nan luas. Astaga, ada apa ini?
Aku terbatuk-batuk, asap di sini cukup tebal, belum lagi kobaran api yang menaikkan suhu sampai beberapa derajat membuatku tak betah di tempat ini. Aku ingin kabur secepatnya.
Namun, tubuhku tak bisa bergerak, seolah-olah aku dipaksa menyaksikan semuanya.
Aku ingat tadi aku bersama Aoki, kami sedang mengerjakan tugas di rumahnya. Lalu kemana dia? Kenapa dia tak bersamaku?
Apa yang terbakar itu rumah Aoki? Tidak. Rumah Aoki tak sebesar itu.
Astaga. Sungguh. Apa yang terjadi?
Aku berteriak memanggil nama Aoki, namun suaraku tak keluar. Aku benar-benar dalam bencana.
Siapa saja, tolong selamatkan aku.
Tiba-tiba, aku melihat gadis yang berlarian di tengah-tengah kobaran api. Ia berteriak memanggil-manggil seseorang, namun aku tak dapat mendengar nama yang diserukannya.
Semuanya terjadi dengan cepat. Aku tiba-tiba berada di dalam gedung yang terlahap si merah, lalu aku berlari dan menangis, seperti gadis tadi. Apa yang kulakukan?
Asap yang tebal mengganggu pernafasanku. Aku terjatuh sambil menangis. Rasanya aku tidak kuat dan ingin pingsan.
Belum sempat memejamkan mata. Siluet seorang pria muncul dihadapanku, dia menatapku sedih dan aku bisa melihat gerakan bibirnya yang mengatakan sesuatu.
"Kenapa kamu menyelamatkannya? Kenapa kamu mencintainya dibanding aku?"
Lalu, mataku terpejam seiringan dengan bunyi debaman yang keras. Membuat kepalaku sakit dan mataku terbuka.
Aku ada di sebuah tempat yang gelap.
Tolong, hentikan.
Kali ini, aku mendengar melodi liontinku. Tidak, aku tidak memegang liontinku, ini suara liontin orang lain.
Dan itu suara dari liontin orang itu. Orang yang kemarin kutemui di café. Aku dapat mengenalinya dari pakaian yang ia kenakan, dan ia memegang liontin itu. Ia benar pemilik liontin yang kucari kemarin di café itu.
Lalu, sedang apa ia di mimpiku?
Entah mengapa, kakiku bergerak ke arahnya. Aku semakin dekat dengannya, namun terasa semakin jauh. Walau begitu, kakiku terus bergerak ke arahnya, mencoba menggapainya.
Namun belum menggapainya, ia lebih dulu menoleh padaku dan tersenyum, lalu menghilang.
"Mengapa kau tak mencariku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody
Teen Fiction"Aku mencarimu, mengapa kau tak mencariku?" Dia menggenggam erat tanganku, menempelkannya pada pipinya. Aku terperangah lalu tersenyum setulus mungkin. Kugenggam tangannya yang lain dan menempelkannya pada pipiku. "Maafkan aku. Walau begitu, aku sel...