Kimberly's POV
BYURR..
Seketika, bajuku basah semua. Orang orang yang ada di sekitarku hanya menatapku heran. Aku memandang ember merah yang terletak di sampingku. Tiba tiba, aku mendengar suara cekikikan. Ah, pasti pelakunya si Niall atau teman temannya. Pasti mereka marah padaku karena berteman dengan Crystal. Secara tak langsung, Crystal telah menjadi musuh Niall. Sialan, bajuku jadi basah semua kan.
"Mor.. Kim? What happened?" tanya Crystal kaget.
"Tak apa. Aku hanya kedinginan. Mau temani aku ke loker? Aku mau berganti baju." kataku. Crystal mengangguk cemas. Aku mengambil kunci loker di sakuku dengan tangan gemetar kedinginan. Akibatnya, kunci lokerku terjatuh.
"Sini. Aku saja." kata Crystal. Dia membuka pintu lokerku. Aku mengambil sweeter, dan celana panjang. Aku menutup pintu loker dan menguncinya.
"Sebenarnya, siapa yang..."
"Sudah pasti. Niall lah, dan teman temannya. Cuma mereka trouble maker disini." kataku. Crystal terlihat geram. Pasti dia tidak segan segan menonjok Niall.
"Aku akui, kau memang pemberani, tegas, dan tak mau mengalah. Tapi, kau juga harus mengerti situasinya. Kalau kau merecoki mereka, mereka juga akan mengganggumu." kataku.
"Tapi mereka yang mulai duluan. Dan kalau mereka mencelakaimu sekali lagu, siap siap saja." geram Crystal sambil mengepalkan tangannya marah.
"Sudahlah, lebih baik kita ke kelas saja." kataku.
=================================
"Stay away from her. Or you're gonna get whacked"
Okay. Ancaman yang berarti bagiku. Aku menemukan amplop merah darah di dalam lokerku. Ada surat dan foto foto aku dan Crystal. Walau baru mengenalnya beberapa hari, aku seperti sudah kenal lama dengannya. Entahlah, kurasa dia bukan fake friend. Lalu, mana bisa aku menjauhinya?
"Hei." seru seseorang sambil menepuk bahuku. Aku terlonjak dan buru buru menyembunyikan surat itu di balik punggung.
"Ehm, eh.. H-hai, Crystal." balasku.
"Apa yang kau sembunyikan dariku, hm? Tanyanya.
"No-nothing." jawabku gagap. Oh, jujur. Aku tidak berbakat untuk acting.
"Aku tahu kau menyembunyikan sesuatu." kata Crystal. Aku menggeleng.
"Ayolah. Sahabat itu kan saling terbuka. Tidak menyembunyikan apa apa." kata Crystal. Aku terdiam. Dan saat itulah pandanganku lengah. Crystal dengan mudah merebut amplop di punggungku dan membacanya. Matanya melotot.
"Siapa yang harus kau jauhi, Kim?" tanya Crystal. Aku hanya menunduk.
"Kim siapa? Aku?" paksanya lagi. Untungnya, jam pelajaran pertama sudah mulai. Jadi sepi di koridor.
"Kim. Jawab aku. Iya kan? Aku benar kan?" paksanya lagi. Suaranya sudah mulai pelan sekarang.
"I.. Iya. Tapi, aku tetap tidak mau." jawabku pelan.
"Siapa ini? Niall kan?" tanya Crystal lagi. Aku hanya mengangguk pelan. Dia meremas kertas itu dan berlari. Waduh, gawat.
"Crystal, Crystal! Sudahlah, biarkan saja." kataku sambil mengejar Crystal. Astaga, larinya cepat sekali. Dia menuruni tangga secepat kilat. Aduh, bagaimana kalau dia tersandung? Aku buru buru melihat ke arah balkon, dan benar saja. Crystal berlari ke arah kantin.
BYURR...
"Apa apaan ini?"
"Apa apaan? Hah? Kau masih bisa bilang begitu setelah ini?" aku mendengar teriakan Crystal. Ketika aku sampai disana, tubuh Niall sudah basah semua. Aku melihat Crystal di tarik oleh Niall. Crystal melihatku dan menggeleng. Alhasil, aku berdiri diam disana.
Crystal's POV
Aku mendengar Kim memanggil manggil namaku. Aku hiraukan saja. Ini demi kebaikannya juga kan. Aku berlari menuju kantin. Disana ada Niall dan teman temannya yang duduk seenaknya sambil tertawa tawa. Aku mengambil jus jambu yang ada di depannya dan menyiramnya. Seketika mukanya memerah.
"Apa apaan ini?" tanyanya.
"APA APAAN? HAH? KAU MASIH BISA BILANG BEGITU SETELAH INI?" Teriakku sambil menunjukan kertas yang sudah lecek itu di depan matanya. Niall hanya terdiam.
"Beri aku waktu guys." kata Niall. Dia menarik tanganku ke belakang sekolah. Dari sudut mataku, bisa kulihat Kim menghampiriku. Aku segera menggeleng. Kim sepertinya mengerti. Dia langsung diam.
"LEPASKAN AKU! AKU BISA JALAN SENDIRI." kataku. Niall melepas tanganku. Sekarang, di tanganku ada bekas kemerahan.
"Oke, oke. Now, what?" kataku tak sabar.
"Aku tidak akan menyakiti Kim lagi, asalkan..."
"Asalkan apa?" tanyaku.
"You have to be my girlfriend for 30 days." Kata Niall. Enak banget nih anak ngomong.
"What?"
"You hear it. Kalau kau tidak jatuh cinta padaku, setelah 30 hari, kita bisa berpisah. Seperti tidak mengenal satu sama lain. Aku juga tidak akan mengganggu Kim, dan yang lain. Aku tidak akan membully murid disini lagi. Tapi aku akan tetap jadi trouble maker. Tapi, kalau kau jatuh cinta padaku. Kita bisa meneruskan itu." kata Niall nyengir. Aku terdiam. Di satu sisi, jika aku pacaran dengan Niall, tidak ada lagi yang menderita karena ulahnya. Tapi di sisi lain, jika aku tidak pacaran dengan Niall...
"Tapi apakah kau janji?"
"I'm promise."
"B-b-baiklah." jawabku akhirnya. Bukan apa apa, ini demi Kim.
"Seriously?"
"Yes."
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days Of Love
FanfictionAku tahu ini sebuah kebohongan. Aku tahu ini sebuah paksaan. Aku tahu cinta itu tidak bisa terpaksa. Tapi aku terpaksa, aku terpaksa untuk menuruti kemauannya demi sahabatku. Aku tidak mencintainya. Aku tidak boleh mencintainya dalam kurun waktu 30...