"Niall, kau sudah sembuh?" tanyaku ketika melihat Niall di depan rumah. Seperti biasa.
"Karena ada kau kemarin, jadi aku sembuhnya cepet." tawa Niall. Aku mendengus. Aku menempelkan tanganku ke kening Niall.
"Masih demam, kau, bawel!" seruku. Niall hanya tertawa.
"Sudahlah, ayo masuk cepat!" seru Niall. Aku mendengus dan membuka pintu mobil.
"Niall, kau yakin sudah sehat? Masih demam, ih." kataku.
"Asal kau belikan aku nandos aku sudah sehat." jawab nya. Aku memutar mata.
"Kenapa sih, kau sering sekali memutar matamu seperti itu?" tanya Niall.
"Entah. Memang kenapa? Kau tidak suka?" tanyaku.
"Suka kok suka... Yee, jangan marah dong, nanti cantiknya ilang." kata Niall. Seketika mukaku memerah.
"Cie... Mukanya merah nih ye..." kata Niall.
"Ih, apaan sih, Ni ah.." kataku pura pura marah.
"Jangan marah narah, babe." balas Niall.
"..."
"Crystal.."
"..."
"Baymax"
"Hah? Baymax?"
"Iya, kan kamu kayak baymax. Pipinya chubby, terus kalo dipeluk kayak marshmallow, terus kalo orang meluk kamu itu rasanya hangat. Terus kan baymax itu suka ngerawat orang sakit, nah kamu kan kemarin nemenin aku pas lagi sakit." canda Niall.
"Apa? Jadi kamu ngatain aku gendut, gitu maksudnya?" semburku.
"No, bukan seperti itu maksudku. Hadehh, salah lagi." kata Niall.
"..."
"Hmm, gimana ya, caranya?" gumam Niall.
"Aku punya kuping!" kataku. Tiba tiba, Niall mengecup pipiku pelan. Wajahku merah. Again.
"Jangan marah ya, baymax." kata Niall.
"I'm not baymax.
"You're my baymax."
Next? 15+, k?
Btw udh masuk bulan ramadhan nih, gw minta maaf ya, kalo ada salah salah😊😊😘
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days Of Love
ФанфикAku tahu ini sebuah kebohongan. Aku tahu ini sebuah paksaan. Aku tahu cinta itu tidak bisa terpaksa. Tapi aku terpaksa, aku terpaksa untuk menuruti kemauannya demi sahabatku. Aku tidak mencintainya. Aku tidak boleh mencintainya dalam kurun waktu 30...