Hari ini Niall tidak masuk. Entah kenapa.
"Niall dimana?" tanya Kim.
"Entah. Aku tidak melihatnya dari tadi." kataku.
"Liam!" panggilku.
"Ada apa?"
"Dimana Niall?" tanyaku.
"Oh, tadi dia bilang, katanya sedang sakit. Main ujan ujanan tuh, kemarin." kata Liam.
"Baiklah terima kasih." kataku. Liam mengangguk.
"Kenapa dia tidak menghubungiku?"
"Halo? Niall?"
"Oh, halo... Hatchimm.. Crystal, hatchimm, ada apa?"
"Niall! Kau flu berat! Kenapa kau tidak menghubungiku?" tanyaku.
"Aku tidak mau membuatmu khawatir." kata Niall. Aku bisa mendengar dia tertawa disana. Disusul bersin.
"Tapi aku kan pacarmu, Ni. Nanti sepulang dari kampus, aku ke rumahmu ya. Lagian, kemarin siapa suruh main ujan ujanan. Childish." kataku.
"Terserah kau saja. Eh, tumben, kau menganggapku, hatchimm.. Kurasa, aku memerlukanmu. Orang tuaku sedang kerja." kata Niall. Aku memutar mata.
"Baiklah. Bye.." kataku. Aku langsung menutup teleponnya.
"Hei, Crystal." sapa Louis.
"Oh, hei, Lou."
"Mengapa wajahmu cemas begitu? Ada apa?" tanya Louis.
"Niall. Dia sakit. Bisa antar aku ke rumahnya nanti, Lou?" tanyaku. Louis kaget. Dia menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. Aku mengangkat sebelah alisku.
"Baiklah." kata Louis. Aku mengangguk.
=================================
"Niall?" panggilku. Aku masuk ke kamar Niall. Dia sedang makan kentang dikasur sambil menonton tv.
"Crystal? Dengan siapa kau kemari?" tanya Niall.
"Louis." kataku. Niall mengangguk.
"Aku bawa makanan untukmu." kataku. Aku mengangkat bungkus makanan itu.
"NANDOS MY LOVELY!!" teriak Niall tiba tiba. Dia meloncat di kasur. Aku menariknya duduk.
"Astaga, Niall! Badanmu panas sekali. Sekarang istirahat dulu!" kataku. Niall langsung batuk batuk. Dia menyambar kotak makanan itu dan langsung melahapnya. Aku hanya mencibir.
"Sebentar, aku ambilkan obat." kataku. Tiba tiba, Niall menarik tanganku.
"Thanks." jawabnya. Aku hanya tersenyum. Aku mencari obat di kotak obat di sebelah kamar Niall.
"Astaga, Niall, kau tidak punya obat penurum demam?" tanyaku.
"Mungkin habis." katanya. Tiba tiba, Louis menghanpiriku.
"Aku saja yang belikan." katanya.
"Serius, Lou? Terima kasih ya." kataku. Louis hanya tersenyum. Tapi anehnya, di matanya tampak sesuatu. Sesuatu yang membuat Louis sedih. Kurasa bukan Niall penyebab nya.
"Crystal!" panggil Niall. Aku segera masuk ke kamar Niall.
"Ada apa?" tanyaku.
"Tidak. Aku hanya ingin kau menemaniku." kata Niall. Aku memutar mataku. Aku melihat gitar akustik milik Niall di samping tv. Aku mengambilnya.
"Kau bisa main gitar?" tanya Niall.
"Tidak. Aku hanya ingin mencobanya." kataku. Aku memetik gitar itu asal.
"Stop stop! Kau bisa membuat senar gitarku putus nanti. Sini kuajarkan." kata Niall. Aku nyengir. Dia duduk di belakangku dan memandu tangan tanganku.
Awkward momment.
Louis' POV
Satu kata. Nyesek.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days Of Love
FanfictionAku tahu ini sebuah kebohongan. Aku tahu ini sebuah paksaan. Aku tahu cinta itu tidak bisa terpaksa. Tapi aku terpaksa, aku terpaksa untuk menuruti kemauannya demi sahabatku. Aku tidak mencintainya. Aku tidak boleh mencintainya dalam kurun waktu 30...