Part 1

151 13 23
                                    


Genna's POV

***

Banyak orang yang mengatakan bahwa hidup itu indah, istilahnya adalah 'life is Wonderful'. Tapi, bagiku itu hanya omong kosong belaka. Indah mereka bilang? Dengan segala masalah dan kendala yang begitu berat? Tidak ada keindahan.

Ingin tahu kenapa aku mengatakan bahwa hidup itu hanya siksaan berat?

Karena hampir setiap hari aku harus menelan bulat bulat pil kepahitan itu. Sudah kuanggap sebagai makanan sehari hari. Tapi, sampai kapan aku harus menelan pil itu? Lebih baik aku tidak usah hidup. Mending aku mati. Itulah yang kuinginkan. Dalam hati aku berdoa bahwa aku ingin mati. Aku tidak akan percaya dengan istilah 'life is wonderful'. Dan tiba saatnya jika aku mengatakannya, aku bersumpah aku akan mati. Ironi. Sangking aku tidak percaya dengan istilah itu. Sudah kusumpahkan itu dalam hatiku.

Berulang kali aku mengucapkan 'life is wonderful', mencoba peruntunganku, setiap sebelum tidur, karena aku berharap dalam tidurku, sumpahku terkabul dan aku akan mati dengan tenang. Meninggalkan semuanya.

Merasakan kedamaian itu lagi.

Kedamaian yang kurasakan sebelum kegelapan merenggutnya.

Semula sebelum perubahan drastis itu terjadi, aku mengaggap hidupku akan selalu damai dan tentram, sampai aku kelas 5 SD. Di sinilah mimpi burukku dimulai. Yaitu pada saat ayahku yang mulai memakai narkoba, serta obat obatan lainnya. Dia mulai sering meminum minuman keras dan bergaul dengan teman teman berandalannya itu. Aku benci kepadanya, terutama kepada teman temannya. Mereka yang telah meracuni otak ayahku agar memakai narkoba dan lainnya.

Aku benci kepada mereka. Sangat benci. Ingin kudatangi mereka dengan pisau besar dan tajam, kemudian memotong satu persatu bagian tubuh mereka, menguliti kepala mereka, dan memberikannya kepada binatang binatang yang menjijikkan. Terdengar Psycho?

Benar.

Sebelumnya aku tidak akan pernah mau mengumpat kesal, berteriak, emosi yang berlebihan, memaki orang, atau ingin memutilasi seseorang. Sangat jauh dari pikiranku.

Tapi selama bertahun tahun menelan pil pahit itu, jelas aku juga berubah, sama dengan seluruh anggota keluargaku yang lain. Ayahku yang berubah menjadi tempramental, agresif, sama seperti kelakuan pengguna narkoba lainnya. Dia berubah menjadi orang yang tak kukenal sebelumnya karena dia dengan tega memukuli ibuku sendiri dihadapanku. Tepat didepan wajahku. Bisa membayangkannya? Aku yang baru kelas 5 SD harus melihat ibuku dipukuli. Tapi, bagaimanapun, aku hanyalah seorang anak perempuan kecil yang tak tahu apa apa.

Yang hanya bisa menangis melihat ibunya dipukuli dengan beringas. Yang hanya bisa berteriak agar ayahnya sendiri berhenti memukuli ibu yang sangat dia sayangi.

Perubahan juga tak luput dari saudara saudaraku. Kakak laki laki, kakak perempuan, adik laki lakiku. Mereka semua berubah. Ibuku juga berubah menjadi pendiam. Dan jika kutanya, reaksinya akan selalu sama, yaitu matanya akan berkaca kaca, isak tangisnya keluar, dan dengan pelan dia akan mengatakan bahwa dia tidak apa apa. Bahwa dia baik baik saja, padahal aku tahu setiap malam dia juga harus menanggung penderitaan berat karena jika dia beruntung, ayahku hanya akan memukulinya sekali dua kali, dan jika tidak sedang beruntung, dia akan dipukul dengan keras berkali kali.

Dan setiap malam selama bertahun tahu ini juga aku tidak bisa tidur tenang. Pikiranku selalu tertuju pada ibu. Bagaimana keadaannya sekarang? Dan setiap pagi aku harus melihat lebam lebam biru di wajahnya maupun di sekujur tubuhnya.

Rasanya aku ingin berteriak memaki semua orang melihat kondisi ibuku yang sangat baik dan perhatian itu menjadi seperti ini. Ingin aku menjambak rambutku sampai terlepas dari tempatnya. Ingin aku membunuh setiap orang yang telah menyakiti ibuku. Berteriak histeris kepada siapa saja supaya membawa pergi ibuku. Aku rela asalkan dia bahagia dan tidak tersiksa seperti ini, meskipun aku tidak akan bertemu dengannya lagi. Aku rela.

I'm A WarriorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang