Part 2

96 10 3
                                    

Remi's POV

***

"Pagi, Remi!!!"

Suara teriakan gadis gadis yang memenuhi lorong sekolah ketika aku dan teman teman ku lewat membuat telingaku sakit. Aku mempercepat jalanku dan menuju loker. Setelah mengambil buku pelajaran di loker, dengan santai aku berjalan ke kelas B. Inggris, kelas pertama hari ini. Sementara teman temanku yang lain berbeda kelas dan kami sudah janjian bakalan kumpul bareng di kantin pada saat jam makan siang.

Dari kemarin, semenjak Genna mengeluarkan pendapatnya tentangku, kepalaku tidak bisa berpikir jernih. Setiap detik semenjak saat itu pikiranku selalu diisi oleh si rambut merah gelap itu. Aku bertopang dagu. Yah, mungkin dia memang benar benar tidak menyukaiku. Aku menarik napas dalam.

Oke, kuakui, dia membenciku.

Itu semua terlihat dari sinar mata abu abunya yang memancarkan kebencian tiada tara. Sumpah, demi seluruh dedemit yang ada dimuka bumi, baru kali ini aku dibenci oleh seorang cewek. Ini baru terjadi dalam sejarah hidupku, dan inilah baru namanya kasus. Kasus berat yang sepertinya tidak ada jalan keluarnya. Yah, mungkin Cuma satu, yaitu kalau aku berhasil membuat Genna menyukaiku, mungkin kasus akan selesai.

Dan selama kasus itu belum selesai, aku akan terus mencari cara agar itu terjadi.

Aku harus mendapatkan yang kuinginkan.

Dan saat ini, yang kuinginkan adalah,

Genna Hoover.

*

Daren's POV

Beruntung hari ini hari selasa, dan pelajaran pertama adalah Fisika. 2 jam pelajaran. Aku sangat beruntung, karena hari ini aku akan sekelas dengan Genna. Pasti tidak membosankan karena aku bisa memandanginya dan mengamatinya selama 2 jam pelajaran. Aku sengaja memilih tempat duduk di belakang aggar nanti kalau ada kesempatan, meskipun aku tahu itu tipis, Genna bisa duduk di sampingku. Siapa yang tahu? Mungkin Dewi Fortuna sedang tertawa lebar? Yah, semoga.

Aku menunggu sambil melihat ke sekeliling kelas. Genna belum datang. Tumben sekali. Biasanya gadis itu datang paling awal dan sudah duduk di bangku paling pojok kelas. Tapi, kemana sekarang gadis itu? Apakah dia tidak datang?

Kalau sampai itu terjadi, mungkin dewi Fortuna sudah menyumpahiku agar tidak beruntung hari ini. Aku menunggu dengan cemas sambil sesekali melirik ke arah bekal makanan yang telah kusiapkan. Bekal makanan itu ada dua, satu kusiapkan untukku dan satu lagi untuk Genna. Yah, mungkin dia mau menerima bekal makananku? Sekali lagi, semoga. Tidak ada yang pasti dalam hal Genna Hoover.

Tepat pada saat bel masuk, barulah aku melihat seorang cewek berambut merah gelap masuk dengan tergesa sambil membawa buku fisika tebal di tangannya. Itu Genna.

Genna berdiri ditengah kelas, dan memperhatikan ke seluruh penjuru kelas, mencari tempat kosong. Dalam hati aku berteriak senang, karena satu satunya tempat kosong adalah bangku disampingku. Tepat pada saat aku sedang tersenyum senang, Genna menatapku. Segera aku menyembunyikan senyumku dan bersikap datar. Dengan perlahan, genna melangkah menghampiriku. Dia menatapku dingin.

"Kenapa lo duduk di sini?"

Aku segera menegakkan dudukku dan mengangkat bahu, mencoba bersikap biasa walaupun sulit. "Yah, kan gak ada peraturan kalau ini meja lo."

Genna menatapku datar, dan tanpa berkata lagi, dia menghempaskan dirinya di bangku disampingku. Astaga, memang dewi Fortuna sedang tertawa lebar di atas kepalaku. Ah, indahnya hidup kalau seseorang yang disuka duduk di sampingmu.

Aku membuka buku, dan membacanya, padahal diam diam melirik ke arah Genna yang sepertinya sedang melamun selama pelajaran. Aku memperhatikannya dari balik buku, mengabaikan penjelasan guru fisika yang sedang menerangkan di depan kelas. Kalau masalah pelajaran, itu bisa nanti. Lagipula, aku sudah mempelajari dua bab lebih cepat sehingga aku tidak akan tertinggal pelajaran biarpun tidak memperhatikan penjelasan.

I'm A WarriorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang