Remi's POV
***
Aku menyandarkan kepalaku pada sandaran sofa sambil memijit mijit dahiku. Kepalaku dari kemarin malam rasanya sakit sekali, seperti mau meledak. Ini semua karena dari kemarin malam, aku terus menerus mencari Genna di tengah hujan deras. Stamina di tubuhku terkuras habis, ditambah pencarian itu tidak membawakan hasil. Aku baru pulang ke rumah jam 7 pagi dan langsung terkapar di kamar. Aku memutuskan untuk izin sekolah, semata mata karena aku malas bangkit dari tempat tidur.
Tapi, ketikaaku bangun, aku melihat 20 missed call dari Daren. Dan beberapa panggilan dan message di aplikasi lainnya. Ada apa dengan Daren? Sepertinya ini bukan pertama kalinya aku tidak masuk ke sekolah, dan reaksinya tak sehebat ini. Tapi, aku menduga ini pasti ada hubungannya dengan Genna. Ya, mungkin.
Tepat ketika jam 3 sore, aku memutuskan untuk menelfon Daren dan membicarakan masalah Genna. Daren menyetujui untuk datang ke rumahku secepatnya. Dan di sinilah aku dan Daren, duduk di sofa ruang tamu rumahku.
"Jadi, gimana? Lo mau bicara apa?"tanya Daren serius. Dia duduk di single sofa di sampingku sambil berulang kali memutar bekas kaleng softdrink dengan gaya yang aku ketahui sejak dulu ;khawatir.
Aku kembali duduk tegak kemudian menghela napas panjang dan meminum sodaku sekali teguk. "Ini tentang Genna."
"Ya, kenapa Genna?"
Kemudian aku mulai menceritakan semua kejadian kemarin malam kepada Daren. Aku menceritakan semuanya, tanpa terkecuali, dan sangat detail. Setelah aku bercerita, aku melihat Daren terdiam sebentar. Matanya menatap kosong ke arah jendela belakang, sementara tangannya masih memutar mutar kaleng soda. Tapi, ketika memperhatikan cara Daren menggengam kaleng itu, ada yang aneh. Tadi, kaleng itu masih dalam keadaan cantik, tapi sekarang perlahan lahan kaleng soda itu mulai mengkerut ke dalam dan penyok. Itu karena lama kelamaan tekanan tangan Daren padakaleng itu menguat, entah karena apa.
Dan ketika melihat ekspresinya, datar, condong ke dingin, dan bibirnya membentuk segaris tipis. Hanya satu yang dapat kusimpulkan dari sikap diamnya ini : Dia sedang marah. Dan ketika dia menoleh untuk menatapku, dugaanku benar. Matanya memandangku dengan kilatan emosi. Tapi, aku tahu Daren tidak akan mengeluarkan atau melampiaskan emosinya sembarangan. Dia bisa menahan emosinya sendiri. Karena dari awal pribadinya memang kalem dan tidak berapi api. Selalu tenang, tapi meskipun begitu, sifat itulah yang paling berbahaya. Seperti diam diam tapi menghanyutkan. Ya, seperti itu.
"Jadi, lo belum tahu di mana Genna sekarang?"
Aku mengangkat bahu. "Ntahlah. Gue belum tahu, padahal dari kemarin semaleman gue nyari ke mana mana, tetep gak ketemu."
Daren berdiri, menarik hpnya dari saku jeans dan langsung menelfon seseorang. Aku tidak tahu siapa, tapi dari yang terdengar, sepertinya itu salah satu dari teman di sekolah. Setelah Daren menutup telfon, baru aku bertanya.
"Eh, lo baru nelfon siapa?"
Dia menoleh dengan dingin. "Pauline."katanya. Aku mengerutkan kening ketika mendengar nama teman satu sekolah di sebutkan. Yah, aku akui, Pauline adalah salah satu mantan pacarku. Dan hubungan kami hanya mencapai 2 minggu, kemudian aku memutuskannya karena sedang tertarik dengan adik kelas. Tapi, bukan itu masalahnya. Masalahnya adalah, kenapa Daren sekarang menelfon Pauline?
Ketika aku menanyakannya, Daren hanya menjawab datar : "Dia salah satu sekertaris. Jadi, mungkin dia tahu biodata setiap murid seangkatan kita. Dan gue nyuruh dia buat cari alamat rumah Genna." Matanya kembali kosong ketika mengatakan itu.
Aku merasakan ada yang aneh dari Daren, seperti dia mengetahui sesuatu (rahasia) dan dia tidak memberitahuku. Itu sungguh menohok di ulu hati.Tapi, aku berusaha mengabaikannya dengan kembali bertanya, " Jadi, udah dapet?"
![](https://img.wattpad.com/cover/69838267-288-k713742.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm A Warrior
RomansaRemi Wilano & Daren Katalakis. Dua cowok yang paling pantes dapet gelar 'The Most Wanted' se angkatan. Bahkan satu sekolahan. Yang satu gantengnya kebangetan, tapi playboy. Dan yang satunya lagi Ketua OSIS yang ganteng, dingin, pinter, tapi belum pe...