Part 7

82 7 8
                                    

Remi's POV

***

Apa barusan yang dia bilang?

Genna barusan mengatakan Pangeran? Aku dan Darren? Aku yang sedang berkhayal atau memang ada sesuatu di telingaku sehingga aku salah mendengar? Oh, Tuhan, mungkin aku butuh ke dokter THT sekarang juga. Atau mungkin besok.

Aku menoleh dengan gerakan kaku ke arah Darren yang juga balas menatapku terkejut. Kami bertatapan, saling melempar pandangan tanda tanya. Darren pun sama bingungnya denganku, seakan dia juga ingin memeriksakan telinganya ke dokter THT. Kami pun akhirnya balas menatap Genna yang sedang memejamkan kedua matanya dengan damai. Dan seketika itu juga aku dan Darren luluh. Berapa lama kami menatap Genna sampai akhirnya Darren menyentakkan kepalanya ke samping dan berdiri. Aku mendongak menatapnya yang kelihatannya sudah bersemangat. Dia mengepalkan tangannya membentuk sebuah tinju dan dengan yakin berkata, "Yosh, baiklah! Ayo, kita keluarkan Genna dari sini!" Aku tersenyum dan mengangguk.

Tapi, aku menyadari satu hal, "Eh, tapi gimana caranya, Dar? Liat, tangan sama kakinya Genna di borgol,"kataku sambil menunjuk borgol sialan itu.

Darren terdiam sebentar dan mengetuk ngetukkan jarinya di dagu, menandakan dia sedang berpikir, "Hmmm... kalo di buka paksa, susah. Entar Genna tangannya bisa luka. Berarti... hanya ada satu cara... yaitu Kita harus temuin dimana kunci brengsek itu bersembunyi."

Aku mengerutkan dahi, "Hah? Nyari kunci? Lu mau geledah isi rumah ini, yang 90 persen kemungkinannya kita bakal ketauan?"

Darren menurunkan tangannya dan dengan bibir mengerucut menatapku, "Jadi, mau gimana lagi? Lu emangnya ada ide yang lebih bagus?"

Aku mendesah, "Yah, gaada sih. Tapi, masa Cuma itu satu satunya cara? Emang gaada ya entah apa gitu, kaya petunjuk di mana kunci itu."

"Petunjuk? Lu kira nanti di dinding kita bakal nemuin tulisan, 'Selamat, Anda hampir sampai! Silahkan bergeser ke kanan dua langkah untuk mengambil kunci borgolnya. Terimakasih,'. Iya, petunjuk kaya gitu maksud lu?"

Aku menepuk dahiku tak habis pikir. "Aduh, bukan gitu maksud gua, Darren Katalakis! Mungkin petunjuk yang itu Cuma Genna yang tau."

Darren terdiam sebentar kemudian dia berlutut di samping Genna. Dia menepuk pundak Genna pelan, membuat Genna kembali membuka matanya.

"Apa?"

"Emm, Genna, lu pernah ga, kaya denger tentang di mana kunci itu di sembunyiin? Entah ada yang keceplosan gitu, tanpa sengaja ngasih tau di mana?"tanya Darren penuh harap.

Aku memukul kepala belakangnya, "Eh, bego, ga mungkin lah! Lu kira mereka sengaja ngumbar ngumbarin di mana kunci itu? Lu kira ada apa, makhluk se idiot itu?"

Darren memandangku geram, "Eh, lu yang idiot! Dengerin gua, ini kita lagi nyari segala kemungkinan buat dapetin tuh kunci. Jadi, lu diem aja ya? Biar gua yang ngurus ini. Dasar ibu ibu rempong!"

Aku mau mendengus kesal, tapi tiba tiba Genna bersuara, "Eh, kayanya ada deh makhluk se idiot itu."

Aku menoleh ke arah Genna dan menatapnya bingung, "Hah?"

Genna menganngguk pelan dan berkata dengan suara serak, "Tadi Livia mengatakan bahwa dia akan pergi pesta dengan teman temannya malam ini. Dan dia untuk memancing emosiku, mungkin juga untuk mengejekku, mengatakan kalau dia letakin kuncinya di meja ruang tamu di lantai bawah. Yah, dia pikir aku tetep ga bakalan bisa kabur biarpun tau di mana kunci itu.

Aku dan Darren saling bertatapan sebelum Darren kembali berdiri dan mengangguk ke arah Genna, "Oke, gua bakal ngambil kunci itu buat lu, Gen,"kata Darren sambil tersenyum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 17, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm A WarriorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang