Kalimat Jieun yang hanya dua kata itu sontak membuat Minho melempar tumpukan berkas yang tengah dipelajarinya. Bergegas keluar dari ruangannya tanpa memperdulikan teriakan Kim Bum dan Hyunshik, yang meskipun sikap Minho yg satu itu - tiba-tiba pergi tanpa pemberitahuan - itu sudah biasa mereka lihat beberapa hari kebelakang, terutama sejak kasus apartemen yongsan terjadi.
," Suzy.. Suzy hilang."
Hanya 2 kata itu sudah cukup membuat garis-garis wajah namja itu mengeras. Menginjak pedal gas dalam dalam bahkan nyaris melupakan pedal rem yang terletak disebelahnya.
Ia merutuk keras. Seharusnya ia tak membiarkan gadis itu meninggalkan rumahnya dan kembali ke apartemen itu sebelum ia berhasil menemukan pembunuh sialan itu.
Minho memukul kemudinya kesal. Berkas-berkas yang baru sampai dimejanya tadi pagi hampir bisa membuka kepingan puzzle mengenai pembunuhan itu satu persatu.
Daftar nama yg diberikan King Cobra kemarin sedikit membantunya meskipun hampir seluruh identitas yg tertulis menggunakan nama palsu. Namun, dari hasil olah rekaman yang diberikan King Cobra ia bisa menemukan beberapa nama dari sekian banyak nama klien bos gembong narkoba yang cukup besar di korea. Bukan hanya bandar narkoba, tapi komplotan King Cobra juga diketahui memiliki akses didalam keamanan dan pemerintahan Korea sehingga bisnis gelapnya bisa berjalan dengan aman.
Dan diantara nama itu, nama Kim Myungsoo, Kim Sunggyu, Mark Tuan menarik perhatiannya. Ada sesuatu diantara ketiga orang tersebut. Yamg salah satunya, bisa jadi merupakan pelaku pembunuhan yang sedang ia cari.
Salah satu dari ketiga orang itu sudah mendapatkan catatan penting dikepalanya. Dan jika benar, orang itu adalah pelakunya.
Ia bersumpah, jika Suzy sampai terluka, ia tak akan segan-segan mencabik-cabik keparat itu.
---- Elevator ----
Ada 3 hal yang sampai saat ini Suzy takutkan. Pertama, ia tak lulus ujian pengacaranya. Kedua, terkurung di tempat asing sendirian. Ketiga, kegelapan.
Dan saat ini 2 diantara 3 ketakutannya itu mengukungnya disebuah ruangan yang tak bisa ia kenali sebab pandangannya terbatas dalam gelap dengan tangan dan kaki yang terijat sempurna. Ditambah dengan kemungkinan ia tak akan bisa mengikuti ujian pengacaranya bulan depan jika ia harus berakhir mengenaskan ditangan pembunuh berdarah dingin yang beberapa hari lalu melakukan aksinya tepat didepan matanya.
Kini gilirannya untuk merasakan aksi pembunuh itu secara langsung.
Tenggorokannya kering setelah beberapa kali mencoba berteriak meskipun suaranya tertahan lakban hitam yang menutup mulutnya. Berharap ada keajaiban, seseorang, siapapun itu datang menolongnya.
Benar. Tak berapa lama pintu lift yang mati itu terdorong perlahan oleh sebuah tangan. Tapi harapan Suzy pupus. Sosok dengan sneakers berwarna putih yang kontras dengan warna hitam yang menutupi tubuh bagian atasnya dari ujung kepala itu sudah dipastikan bukan seseorang yang akan menolong Suzy. Itu adalah orang yg akan menjadi eksekutor hidup Suzy beberapa saat lagi.
," Hai cantik."
Suara paraunya yang dingin masih terden ar sama seperti saat Suzy menden arnya beberapa hari yang lalu. Bahkan sekarang efeknya jauh lebih menakutkan.
," Jangan menangis." Tangan pembunuh itu menyusuri wajah putih pucat Suzy yang basah oleh peluh dingin. Merapikan anak rambut Suzy yang menempel tak beraturan di pipi gadis itu," matamu jadi sangat indah dengan airmata itu."
Suzy hanya mampu menatap takut mata tajam dibalik topi yang menutupi sebagian wajahnya itu dengan tatapan memohon. Berharap si pembunuh mengurungkan niatnya untuk melukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Stalker: ELEVATOR
Mystery / Thriller"I must stop it, but those beautiful eyes of yours asked me to have it" "I'm your secret admirer, i'm your lover, and you are mine"