dua

4K 223 2
                                    

September 2009

Seminggu perkuliahan sudah di mulai. Awal yang benar-benar baru bagi Gifta dan lainnya. Ia sekarang sudah memiliki lumayan banyak teman.

Febri, anak asal Purwokerto yabg ternyata rajin kelewat banget. Sebelas duabelas sama Bia, tapi Febri nggak pake lemot.

Ada Nata, anak lokal yang ternyata di SMA nya adalah preman. Tapi, ditilik dari tampangnya, pasti nggak ada yang percaya kalo dia adalah preman dulunya.

Dan ada Syameel, cah Suroboyo. Sudah terlihat jelas wataknya keras, ngomong kadang nggak pake filter, tapi Subhanallah, kalo tiba waktu adzan, ia langsung ke masjid.

Gifta menikmati hari-hari barunya sebagai mahasiswa. Walau terkadang ia merindukan sahabat-sahabatnya.

"Gif, hari ini ada buka bersama di kampus," ucap Nata mengingatkan.

"Haruskah, Nat?" tanya Gifta malas.

"Ntar pulangnya aku anter deh. Mau ya?" bujuk Nata.

"Ayolah, Gif. Kau jangan kayak anak mama gitu," timpal Syameel.

"Baiklah," balas Gifta setuju. "Hanya buka puasa aja kan?"

"Iya neng manis," balas Nata tersenyum. Aku mengangguk, setuju.

¤¤¤

Gifta dan teman-temannya baru saja selesai sholat Maghrib di halaman gedung jurusannya. Agak gelap memang, tapi lampu lilin menghiasi pinggiran lapangan. Nampak seperti suasana pondok.

"Hei," sapa seorang cewek yang tiba-tiba duduk di sebelah Gifta. Gifta menoleh, ia mengenal suara itu. Suara anak yang dijemur pas ospek fakultas. "Kenalin, namaku Via."

"Hei," balas Gifta, agak canggung. "Gifta."

"Salam kenal," balasnya tersenyum lebar. Gifta hanya balas tersenyum. "Kamu kelas apa? Kok aku nggak pernah lihat kamu ya?"

"Kelas B. Aku jarang ngumpul di kampus," balas Gifta canggung. Ia paling malas kalo ditanyain kayak gini.

"Besok-besok main bareng ya," ajaknya. Gifta hanya mengangguk. Tanpa mengiyakan. Ada perasaan aneh uang hinggap. Dan Gifta enggan berurusan dengan hal itu. Untuk sekarang ini.

"Gif," sapa Febri yang menghampiri Gifta.

Thank God! ucap Gifta dalam hati. "Yups?"

"Aku cariin dari tadi," ucap Febri.

"Emang kenapa?"

"Kamu kan janji ngajarin kalkulus dasar," balas Febri.

"Kamu ngerti kalkulus, Gif?" tanya Via.

Please, jangan suruh gue ngajarin lu juga, pinta Gifta dalam hati, tapi bibirnya tersenyum canggung.

"Kita belajar bareng aja, gimana?" ajak Via.

Gifta hanya bisa melongok. "Ah... aku nggak begitu jago kok, iya kan, Feb?"

Febri hanya tersenyum canggung. Bingung mau mengiyakan atau tidak.

"Ya... kita sama-sama belajar aja, gimana?" ajaknya memelas. Febri dan Gifta saling menoleh. Bertukar pandang, bingung. "Gimana?"

"Okey," balas Gifta pada akhirnya.

"Nomor HP kamu berapa?"

Gifta memberikan nomor HPnya. Begitu juga Febri. Agak nggak ikhlas memang.

Tiba-tiba Gifta merasa ada yang memperhatikan dari kejauhan. Gifta menoleh. Dia menangkap sesosok cowok tinggi. Tapi ia tak bisa melihat wajahnya. Terlalu remang di sudut lapangan.

Satu HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang