Jam di dinding minimarket ini bergerak dua kali lebih lambat dari yang seharusnya, pikir Mia.
Gadis itu kini menguap dan sesekali melirik ke luar. Awan menumpahkan seluruh kekesalannya dan akhirnya menangis juga setelah mendung menaungi Seattle sejak pagi tadi.
Seandainya ia juga bisa seperti awan Seattle, menangis ketika kesal. Sesederhana itu.
Tapi ia hanyalah Mia Homes, yang jika sudah bertemu dengan Rein Probes akan refleks tersenyum lebar dan melakukan hal tanpa saraf sadar lainnya. Mempermalukan dirinya sendiri adalah salah satu refleksnya ketika bertemu Rein.
Kejadian pagi tadi merupakan contoh terbaru. Mia yang terbangun pada jam 9 pagi sudah terlambat untuk pergi bekerja. Jadi dengan hanya bersenjatakan lima semprot parfum dan pasta gigi, ia sudah siap melenggang di jalanan Seattle.
Setidaknya itulah yang ia pikirkan. Sebelum ditemukan oleh Rein dengan keadaan mengenaskan itu.
Lelaki itu tanpa basa-basi mendorong Mia kembali ke dalam kamar mandi dan menguncinya sekaligus berteriak jika gadis itu tak mandi dengan benar, ia tidak akan memberinya sarapan dan makan malam.
Sebenarnya Mia bisa saja mendobrak kamar mandi dan sarapan hot dog hari ini, hanya saja ketika memikirkan gaji di dompetnya yang semakin menipis dan kemungkinan diusir Mr. Steps si pemilik minimarket jika menemukannya dalam keadaan seperti itu berkeliaran di dalam tokonya.
Maka Mia memilih mandi dan sarapan bersama Rein, ditambah jemputannya jam 7 malam nanti untuk mencari baju yang akan dipakainya berkencan.
Ya, Rein kembali berkencan buta minggu depan. Setelah percakapan penuh filosopi malam kemarin ditambah embel-embel 'tak mau menyakiti wanita lain', si maharaja Rein Probes kembali beraksi.
Dan disinilah Mia, menunggu dengan bodoh jarum pendek jam di minimarket itu agar bergerak lebih cepat menuju angka 7.
"Tingkahmu seolah punya kencan saja hari ini."
Kalimat bernada menyebalkan itu keluar dari mulut gadis berkutek hitam di samping Mia, yang sekarang sama-sama terjebak untuk menjaga toko Mr. Steps.
"Tingkahmu seolah peduli saja denganku," balas Mia bosan, masih menatap jarum jam yang berputar dengan langkah terseret.
"Stace, kau sebaiknya memeriksa kejiwaaan temanmu ini. Ia benar-benar bertingkah seolah akan menikah tahun ini."
Tawa menyenangkan Stace terdengar dari balik boks berisi makanan ringan yang baru saja ia keluarkan dari ruang penyimpanan. Lalu ia berjalan mendekat ke area kasir untuk menyusun cokelat di bawah raknya.
"Tak ada yang mustahil di dunia ini. Kau jelas tahu itu, Claire."
"Tapi Homes menikah mungkin akan jadi hal nyata paling mendekati mustahil di dunia ini. Maksudku, dia bahkan tak pernah berkencan dengan siapapun."
Gadis yang sedang dibicarakan sekarang masih melototi jam di atas kepalanya. Tiga menit lagi, desisnya. Ia mulai meregangkan tubuhnya.
"Hei." Claire menyentuh bahu Mia. "Orang-orang biasanya bertingkah aneh ketika mereka akan mati, kau tidak mengalaminya kan?" Ia berusaha menekan setitik pun nada cemas dari kalimatnya sebelum melanjutkan. "Bukannya aku peduli sih, tapi aku hanya minta maaf jika aku punya salah denganmu selama ini. Hidupmu berat, kan?"
Semenit lagi.
"Kehidupan di dunia ini memang tidak adil, Homes. Meski kurasa Tuhan agak kejam dengan hidupmu. Ya, kau lihat aku kan? Kelebihanku adalah kecantikan, Stace punya otak cemerlang meski harus berakhir di sini, dan kau. Coba kau tanyakan pada-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay at Homes
ChickLitTinggal bersama Rein Probes sukses membuat jantung Mia Homes berdebar. Ia tak peduli apakah lelaki itu akan mengencani ratusan wanita lain asal akhirnya Rein akan menikah dengannya. "Oh sial, aku mulai berkhayal." -Mia Rein Probes tidak mengerti ca...