PROLOG

352 22 5
                                    

Hayy guyssss makasih untuk semua teman-teman yg udah nunggu cerita ini...
FYI hari ini saya 17 thn pemikirin yg simple knp saya share cerita kedua sekaligus pertama saya, karna saya cuma mau tgl ini bersejarah untuk saya...

Meskipun realitanya hari ini semuanya terasa begitu jelass untuk saya, saya bukan siapa siapa sampai detik ini...

Novel ke dua yg saya buat sekaligus novel pertama yg saya bagikan kepada para pembaca...

Makasih buat temen temen yg rela relain install wattpad lagi padahal udah di uninstall

Makasih buat Maya Saviraa untuk covernyaa..

Makasih buat semua yg menunggu cerita ini...
Makasih buat vidha pembaca pertama kisah inii

Satu lagiii ceritaa ini nggak akan pernah terasa nyata tanpa kalian semua para pembaca...

Saya harap kalian mengikuti cerita ini hingga akhir, karna pada akhirnya semua rahasia knp judul yg saya berikan ini SIMFONI HITAM....

Oh iyaa gimana prolognyaa?? Ada yg tau ituu pov nya apaa?? Hehe jangan lupa vote dan coment yaaa
-salam hangat frizka

*********

Aku masih tertiup angin. Dengan gumpalan awan hitam pekat, yang berarak-arak, dan butiran demi butiran air hujan lainya di sekelilingku. Hawa dingin menyelimutiku, dan Angin terus meniupku. Membawaku tanpa arah yang pasti. Aku hanya bisa terdiam, membiarkan kemana angin akan membawaku. Suara gemuruh petir, dan kilatan cahaya mewarnai langit sore ini. Dan aku masih bertahan di sini. Di atas langit yang menaungi senja.

Untuk yang kesekian kalinya..

Angin berhembus kencang, membuatku sekali lagi, hanya bisa diam. Dan menunggu. Menunggu kemana angin akan membawaku. Menunggu hingga aku terjatuh. Terjatuh bersama dengan butiran-butiran hujan lainya. Hembusan angin pelan menyapaku, dan aku mulai terjatuh, bersama jutaan butiran kecil air yang jatuh bebas.

Hembusan angin meniupku berulangkali. Dan Aku bebas. Aku bebas, Melayang di udara, mengikuti arah gravitasi, dan membiarkan angin menuntunku. Menuju tempat dimana aku akan terjatuh.

Hembusan angin pelan, ikut menemaniku. Mengantarkanku, ke tempat dimana aku, dapat menjadi duka maupun suka. Aku terjatuh tepat, pada sebuah payung mungil. Yang di pegang sebuah gadis di tepi dermaga. Gadis itu duduk termenung, menatap kosong ke arah air tenang yang kini mulai membentuk gelombang-gelombang kecil, karna rintikan hujan. Gadis itu tidak seperti orang-orang yang menghindariku, ketika aku datang.

Jika orang - orang menghindari kedatanganku, dia justru seperti menunggu kehadiranku. Gadis ini berbeda. Gadis ini benar-benar berbeda, bukanya pergi, ia justru duduk menikmatiku. Menikmati rintik-rintik hujan yang membasahi bumi. Dengan tatapanya yang sendu. Tatapanya yang benar-benar rapuh dan hampa. Dia tidak menangis. Namun aku tau dia berusaha untuk tidak menangis.

Payung mungil ini bergerak perlahan. Dan gadis ini mulai berdiri. Begitu perlahan, seolah enggan meninggalkan tempat ini. Gadis itu mulai bangkit berdiri dari duduknya. Pandangan matanya masih ke arah air dihadapanya. Dan dengan perlahan gadis ini menjulurkan tanganya ke depan. Membiarkan telapak tanganya yang pucat itu terkena butiran-butiran hujan. Gadis ini mendongakk menatap langit, dengan mata terpejam. Dan..

Tesss..

Aku terjatuh tepat di telapak tanganya yang pucat dan dingin, berkumpul bersama butiran hujan yang lain. Gadis itu masih memejamkan matanya. cukup lama. Setelah puas menikmati hujan. Gadis itu membuka matanya. Telapak tanganya yang dingin mulai menghangat. Dan aku tau ini akan terjadi... dia menggenggamku. Begitu erat. Hingga aku, lenyap. Dan hilang seutuhnya.

Simfoni HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang