Bagian 1

285 19 2
                                    


Love is like a beautiful flower, which I may not touch, but whose fragrance makes the garden a place of delight just the same

- Hellen keller

Rangga POV

Semburat orange, menghiasi langit sore. Dengan semilir angin lembut yang meniup pepohonan. Dan disinilah gue beridiri. Seorang diri di tengah lapangan basket, berungkali mendribble bola, melempar bola, dan bola masuk dengan mulus ke dalam ring. Sekolah mulai sepi, tapi gue nggak peduli. Gue tetap asik dengan dunia gue sendiri. Dengan bola basket gue yang berungkali memasuki ring. Gue masih mencoba beradaptasi. Dengan teman baru. Lingkungan baru. Dan sekolah baru. Gue mendribble bola dengan malas, dan samar – samar gue melihat seorang gadis berambut sebahu, berjalan tergesa-gesa melewati tengah lapangan, menuju ruang guru. Dia terus berjalan, bahkan menurut gue nyaris berlari. Dia terus berjalan, jaraknya kurang lebih 1 meter dari gue. dann apa yang gue pikirkan sedari tadi terjadi. Gadis itu tersandung kakinya sendiri, dan jatuh tersungkur di hadapan gue.

Buggg!!! Dia terjatuh Bersamaan dengan Bola basket yang gue lempar melambung tinggi. Lalu masuk dengan sempurna ke dalam ring. Gue mengalihkan perhatian gue pada gadis yang masih terduduk, dan membereskan buku-buku dan kertas yang dia bawa. Sejujurnya gue enggan membantu. Tapi gue masih ingat akan sopan santun. Dan dengan sangat terpaksa gue menghampirinya. Berjongkok lalu membantunya membereskan barang-barang bawaanya. Gadis itu mengerutkan keningnya, menatap gue yang kini manggambil buku-bukunya. Dan mulai ikut mengambil buku-bukunya. Gue hanya membantu, tanpa mengucapkan satu patah katapun. Semuanya selesai, dan gadis itu mulai berdiri. Tingginya hanya sebahu gue, dengan bentuk wajah oval, rambut ikal dan bulu mata lentik. Gue masih menatapnya dalam keheningan, ekspresi wajah gadis itu datar, nggak seperti ekspresi gadis-gadis lain yang gue temui. Gadis itu menyelipkan sedikit rambutnya ke belakang telinganya. Gue baru sadar, dia adalah gadis teman sekelas gue. namun gue tidak pernah berbicara denganya.

"thanks.." kata gadis itu pelan, dengan senyum kakunya. Gue mengganguk dan gadis itu pergi meninggalkan gue.

Untuk pertama kalinya, gue bersyukur pada tuhan, karna masih ada seorang perempuan yang menatap gue dengan dingin. Gue melihat jam tangan yang melingkar dengan pas di pergelangan tangan gue. jam menunjuk pukul 16.34 gue berjalan perlahan mengambil bola basket yang berada tidak jauh dari gue. kembali memainkan bola basket gue seperti biasa. Mendribble. Melempar. Dan bola masuk, terus begitu. Berungkali. Tapi gak pernah membuat gue bosan. Ketika gue sadar langit hampir kelabu. Gue menghentikan aktifitas gue. dan segera pergi meninggalkan lapangan basket. Dan bergegas pulang ke rumah.

*****

Gue menatap langit – langit kamar dengan pandangan kosong. Pikiran gue melayang jauh, sebelum gue sebesar ini, sebelum gue memakai seragam putih abu-abu. Sepercik kenangan samar. Namun sanggup membuat gue merasakan sesak. Sudah 4 bulan gue di SMA, namun gue masih membentengi diri gue sendiri dengan alasan yang hanya gue yang tau. Gue sering mendengar bisikan-bisikan halus. Dari setiap gadis yang gue lewati. Bahkan teman satu kelas gue sendiri. Jujur, jarang banget gue menemukan cewe yang cuek sama gue. cuek yang bener-bener cuek. Rata-rata perempuan di sekolah gue, justru berlomba-lomba untuk deketin gue.

Gue bukan kepedean tapi itu faktanya. Fakta yang ngga bisa gue rubah. Gue sering kali bercermin. Mendapati wajah gue sendiri. Menatap wajah gue sendiri, dan selalu bertanya, apa istimewanya wajah gue?? sejujurnya gue risih ketika selalu jadi pusat perhatian gadis-gadis di sekolah gue. namun gue selalu menutupinya. Bersikap tenang dan pura-pura gak tau. Dan sering kali orang berfikir gue itu orang cuek yang gak peduli dengan lingkungan sekitar gue sendiri.

Tapi sore tadi, gue menemukan seorang gadis yang menatap gue dengan dingin. Gak seperti gadis lainya. Gue yakin gadis itu tipe perempuan yang menyukai cowok romantic. Gue hanya menganalisanya dari setumpuk buku-buku novel romance yang dia bawa. Gue rasa cewek itu nggak terlalu banyak bicara, pribadi yang pendiam dan menghindari keramaian.

Simfoni HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang