Kait Puisi 6
***
Bising suara menyerang telinga
Tak acuh akan kembung yang isi perutku,
Tak acuh akan bisik, sisa napas yang kuharap kalahkan berisik
Tak acuh akan pandangan sinis, yang membuat hati teririsDebu jalanan menyatu dengan kulit yang menghitam, terbakar sang surya setiap harinya
Bumi menjadi saksi betapa pahitnya hidupku ini
Namun pilu dan haru biru, bukan obat menyenangkan seperti pilus!Mengenyam asa ditengah angin malam
Tak pulang setelah terik sang surya tenggelam
Berdiri di dalamnya pusaran dunia
Nyalang kutatap mereka,
Namun rombeng di celanaku tutupi wibawaAku membuka telapak tangan, menanti harapan
Akan gemrincing receh sebagai jawaban doa,
Agar pulang nanti kujemput beras biar bersua dengan sendok dan piring kosong,
Dengan lapar dan perut keroncongTertawa aku menatap seribu uang di kantong
Mental baja sudah kulatih sejak belia
Harta bagiku hanya ilusi, menyesatkan
Nyata adalah derita dan perjuangan
Tapi aku sadar, Tuhanlah sang penetap jalan.