Ohanami [2]

61 19 2
                                    

Maaf menunggu lama ya readers. Enjoy:)

"Apa yang harus aku lakukan? Apa?" bicaraku dalam hati sambil memikirkan kalimat apa yang harus aku ucapkan sekarang.

Akio malah menatapku sekarang. Aku makin salah tingkah. Jari-jari ku yang sedang mengetik mendadak gemetar. Apa yang aku rasakan sekarang, kenapa begitu berbeda? Tajam sekali tatapannya, sampai-sampai aku takut untuk membalas tatapannya.

"Syah... Itu..." ucap Akio pelan sambil melihat ke atas jilbabku seperti akan mengusap kepalaku. Aku terpejam, membayangkan apa yang akan dia lakukan.

"Hussttt! Jangan..." ketusku sambil membuang tangannya yang akan mengusap kepalaku.

"Ih kenapa sih kamu? Itu ada bunga Sakura jatuh ke kepala kamu. Baru mau aku bersihin, malah marah-marah" jawab Akio sembari berdiri dan meninggalkan posisinya sekarang.

Aku merasa malu sekali, andai saja tidak aku lakukan hal tadi.
"Duhh. Oon banget! Coba tadi aku pura-pura ga tau aja, bukan malah sok gini. Kesannya kan aku kaya kecentilan gitu. Yaampun malu bangetttttt!" gumamku sambil memukul kecil kening ini.

"Syah! Sini deh sini" panggil Akio agar aku menghampirinya.

"Kenapa lagi sih Io?" jawabku ketus sembari berdiri dari tempat dudukku dan datang menghampiri Akio.

"Tuh kamu liat, pohon Sakura ini ga ada daunnya kan?" tanya Akio sambil menunjuk ranting pohon Sakura yang berada tepat di depannya.

"Oh iya ya, aku ga begitu merhatiin sih. Kok keren sih?" jawab ku sedikit lebay, ya karena aku memang tidak tahu akan ini.

"Duh kuper banget sih kamu. Gini aja ga tau" ledek Akio sambil mengusap-usap kepalaku.

"Apaan sih? Gajelas banget!" aku kali ini lebih sering jutek pada Akio. Kenapa ya? Ah mungkin memang Akio nya saja yang mulai menyebalkan.

"Kok ga jelas. Jelas-jelas ini jelas loh. Bunga sakura ini ga bertahan lama, sebentar lagi akan masuk musim hujan dan bunga sakura ini akan gugur semua. Setelah itu baru daunnya akan muncul. Tapi tenang, saat musim semi kembali datang. Sakura akan kembali bermekaran. Sakura tidak pernah menghianati janjinya yang satu ini. Dia akan selalu kembali" sementara Akio menjelaskan filosofi Sakura, aku hanya memperhatikannya. Memperhatikan kata-perkata yang keluar dari kedua bibirnya.

"Heh kenapa? Melamun aja, ntar kesambet loh." gugah Akio yang melihatku sedang memperhatikan dia dengan tatapan kosong.
Sebenarnya tidak kosong, hanya saja aku kagum dengan cara dia berbicara.

"Ha? Oh gitu ya. Kalo gitu aku mau jadi Sakura. Tepat janji!" ucapku tegas sambil mengangguk-anggukkan kepala.

"Whohoho. Serius bisa? Kapan-kapan buktiin ke aku ya. Oke" tantang Akio padaku.

"Oh.. Uhmm.. Okeee!! Siapa takut." jawab aku dengan sedikit gagap karena aku bingung apa aku bisa tepat janji?
"Duh! Kenapa aku tadi ngomong gitu ya? Mampus beneran ini." batinku sambil menggaruk kepala.

***

Sementara itu aku langsung mengalihkan pembicaraan dengan mencari Alisa.

"Alisa mana nih Alisa? Oh itu dia! Sa! Alisa!" pekik ku memanggil Alisa dan menghampirinya.
Alisa yang sedang asik makan sandwich buatan ku malah terkejut dengan suara cemprengku.

"Aduh! Aisyah. Kenapa sih? Orang lagi enak-enak makan juga!" ucap Alisa dengan suara gempal karena mulut yang dipenuhi makanan.

"Ahahaha. Suara mu Sa Sa" menggilitik sekali suara Alisa, sampai membuatku tidak bisa menahan tawa.

Lagi-lagi dari kejauhan, aku melihat Akio berjalan menuju tempat aku dan Alisa duduk. Aku rasa Akio sekarang lebih intensif dibanding sebelum-sebelumnya. Seperti ada yang sedang Ia rencanakan. Sebelum Akio sampai ke tempat aku dan Alisa duduk, langsung aku berdiri mendekati notebook ku. Lebih baik aku lanjutkan saja kerjaanku, daripada aku nervous didekatnya. Makin mati kutu aku nanti. Makin di ledek aku nanti.

SAKURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang