scene 7

32.8K 2.3K 119
                                    

Suara teriakan Ali yang begitu menggelegar. Membuat Alan tertawa terbahak". Pasalnya dia sudah berhasil menjahili sang papa dengan memasukkan bekas ompolnya ke bath up tempat Ali berendam.

Seperti biasa gaya cuek dan juga sok acuhnya. Kembali dia pertontonkan dengan bangga karena berhasil mendengar teriakan dari sang korban. Alan pun berniat untuk menyusul sang mama ke lantai bawah. Tak lupa, baju piyama yang tak begitu ribet. Membuatnya dengan mudah melepas dan membuangnya kesembarang tempat.

"Batuna bau pipis. Iiihh." Ucap Alan sambil bergidik ngeri.

Dengan  pelan Alan turun kebawah hanya dengan memakai celana dalam persis seperti tuyul. Sedangkan Prilly yang tengah asyik memandikan Alin. Tak menyadari jika jagoan kecilnya sudah menunggu diambang pintu.

"Mama, nanti tetelah dali ibok dalan2 yuk. Kan utah nama entak dalan2." Ucap Alin sambil menatap sang mama yang tengah mengeringkan badannya.

"Memangnya mau kemana, sayang?" Tanya Prilly sambil menatap mata bulat Alin dengan intens syarat akan penuh rasa sayang.

***Prilly POV***

'indah sekali matamu, sayang.' Batinku.

Aku tahu semua yang ada pada diri anakku. Tak lain dan tak bukan adalah perpaduan antara aku dan juga suamiku. Tapi entah kenapa meski banyak yang bilang Alin mirip denganku. Aku tak bisa sepenuhnya setuju dengan itu. Karena nyatanya mata, bibir dan juga garis wajahnya begitu melekat dengan suamiku.

Kuhembuskan nafasku pendek sambil mencubit pelan pipi puteri kecilku ini.

"Mau kemana, hmm?" Tanyaku sekali lagi.

"Ke lumah oma Ully tama oma Etci."

Senyumku mengembang mendengar permintaan Alin. Aku tahu pasti dia kangen dengan oma"nya. Mengingat sudah hampir 2 bulan mereka tak saling bertemu.

"Iya, kita tanya papa dulu ya sayang. Kalau Papa nggak sibuk. Kita bisa berangkat kesana."

"Kanau Papa entak bisa?"

"Lusa kita sendiri yang akan kesana. Gimana?"

"Tetuju, Mama. Nalan tetuju."

Tiba" saja aku mendengar suara Alan. Secepat kilat aku langsung membalikkan badanku. Dan benar saja, dia sudah berdiri diambang pintu dengan memakai celana dalam nya saja.

"Astaga, abang Alan. Baju kamu kemana?" Tanyaku sambil menggandeng Alin untuk mendekat pada Alan.

"Batah, Ma. Tadi Nalan ketilam tama Papa."

"Kesiram?"

Aku mengerutkan keningku sambil memandang heran Alan yang tengah asyik menggoda Alin dengan tingkah menyebalkannya.

"Dee, mau mandi nagi entak?" Tanya Alan.

"Entak mau. Nalin utah wangi. Nih, toba tium tangan Nalin.."

Aku lihat Alin mengulurkan tangannya pada Alan. Tanpa diduga ternyata Alan malah melumuri lengan adiknya dengan sisa ompol yang menempel di tangannya.

"Ihh. Ahh. Abang Nalan !!! Bau !! Ah Mama. ." Teriak Alin sambil menghentak2 kan kakinya.

"Entak bau. Benelan entak bau. Tuh. Tuh.. entak bau.." Bela Alan sambil menyodorkan kembali tangannya pada Alin yang berhasil membuat Alin kembali histeris.

"Udah... Udah kok malah berantem masalah ompol. Alin sayang. Udah jangan nangis lagi ya. Abang kan cuma becanda." Ucapku mencoba untuk memberi pengertian.

"Bau Mama.." Rengek Alin lagi.

"Biar Mama bersihin lagi ya. Bang Alan nggak boleh gitu lagi ya. Ayo ! Minta maaf ke adee."

Sayang.. Kita Ini Artis Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang