Suasana pagi ini membuatku malas untuk beranjak dari pulau kasur,cuaca yang mendung ditemani gerimis rintik rintik membuat udara jadi sejuk.
Tok Tok tik. Suara ketukan dari pintu yang diketuk oleh mamah.
"Shen ,, bangun udah jam 6 nih , kamu enggak sekolah? " tegur mamah.Hoammmmmm 'ganggu aja sih ,udah tau mager ' batinku berseru.
"Iyaa,Shen bangun "
Sebelum melangkah kekamar mandi,ku sempatkan untuk duduk sebentar di tepi ranjang,sambil menunggu arwahku berkumpul semua. Setelah beberapa menit aku terdiam ditepi ranjang, dengan langkah gontai aku kekamar mandi untuk membersihkan diri .Duduk didepan meja rias sambil memberi taburan bedak bayi ke muka ku agar tidak terlalu kusam. Lalu ku langkahkan kakiku untuk kemeja makan ,disana sudah ada ayah,mamah,dan abangku menungguku. Aku menyuapkan beberapa sendok nasi goreng kemulutku dan diakhiri dengan meminum susu coklat .
Hari ini aku berangkat bersama ka Dzaky, karna ka Dzaky belum tau rumahku,jadi aku suruh dia menunggu di depan gang. Aku seperti cabe cabean yang lagi mangak di pinggir jalan.
Baru saja aku sampai didepan gang,ternyata ka Dzaky sudah menungguku.
"Maaf ka,nunggu lama ya?" sapa ku basa basi.
"Enggako, ayo naik"
Di perjalanan kami memilih sama sama diam,hening itulah yang terjadi,dan canggung itulah yang kami rasakan.Untung saja jarak dari rumahku kesekolah tidak terlalu jauh,jadi kami sudah sampai disekolah dan dihadiahi tatapan aneh dari siswa siswi.
"Yuk" Ajak ka Dzaky. Tetapi aku memilih untuk mengikutinya dari belakang ,tidak ingin berjalan beriringan.
"Pulang bareng lagi engga?" Tanya ka Dzaky.
"Gatau deh ka, soalnya hari ini Emskaii ngajakin main"
"Emskaii siapa dek? "
"Itu nama persahabatan gue ,Wulan,Devi sama Nur ka." Ka Dzaky hanya menanggapi dengan kepala mengangguk sebagai jawaban 'mengerti'.Ka Dzaky sudah memasuki kelasnya, tetapi aku Masih harus menaiki tangga untuk sampai dikelasku.Baru saja aku memasuki kelas,Emskaii menatapku dengan tatapan yang sudah kumengerti.
"Hayoo berangkat sama siapa tadi?" Ledek Nur.
"Uhuk,yang ga jomblo lagi" celetuk Devi
"Cie punya supir antar jemput Baru" Ledek Wulan.
"Haha,eeq gue berangkat sama ka Dzaky, masa lo Gatau?"
Wulan, Devi dan Nur hanya menggelengkan kepala.
"Ya dari tahu sendiri." Ucapku seraya berlalu dari hadapannya.
"Woii,mau kemana Shen?" Tanya Wulan.
"Kantin,mau beli minum "
"Ikuttttttttt" ucap Devi sambil teriak kencang.Aku dan Devi melangkahkan kaki untuk kekantin, Kantin pagi ini tidak terlalu ramai mungkin karna murid murid lebih memilih sarapan dirumah.
"Lu mau beli apaan Vi? Gue udah selesai ni" Tanyaku.
"Bentar,gue mau beli cireng di umi" aku hanya mengangguk , ku edarkan pandanganku keseluruh sudut kantin ini, dan benar saja, ada ka Dzaky sedang bersama teman temannya. kami sempat menatap sebentar,lalu ku alihkan edaranku.
"Yuk ,Shen". Aku hanya mengangguk sambil terus berjalan menuju kelas.Baru saja ingin memasuki kelas, tanganku sudah ditarik oleh geng tiga idiot (Galih,Andri,Aji)dan langsung merampas botol minumanku. Aku hanya diam tak ingin meladeni,anggap saja aku bersedekah dengan tiga idiot.
"Makasih shen!" Ucap trio idiot. Aku hanya diam,malas meladeni tingkah dia yang tidak akan ada habisnya.
Aku kira dia merampas botol mineralku ingin diminum, ternyata malah dibuat mainan,dia semprotkan ke celana/rok teman sekelas. Rok abu abuku serta perempuan kelasku yang lain langsung basah dan terlihat seperti orang pipis di rok. Baru saja aku ingin memakinya,ternyata sudah ada Pak Suherman yang ingin menghukum tiga idiot.
"Andri,Galih,Aji!!!! Ikut bapak kekantor" Ucap Pak Suherman yang suaranya menggelegar,badai halilintar.Yang melihat aksi trio idiot dimarahin sama Pak Suherman hanya tertawa geli,tidak ada yang mau membela mereka. Aku dan ketiga sahabatku hanya menatapnya sinis .
To be continue.
Maaf Kalo ada Kaya yang susah dipahami, banyak typo berkeliaran ,atau ceritanya gaseru.
Tinggalkan jejak kalian Vote and Comment guysssss.
Love
KAMU SEDANG MEMBACA
It Hurts
Teen FictionSakit secara bersamaan. Bukan hanya soal percintaan, soal keluarga, soal persahabatan terjadi secara bersamaan. Merasa takdir tak berpihak kepadaku. Karna Ini begitu menyakitkan