"Padahal aku ingin yang lampau, yang kini tak terjangkau."
-Sapardi Djoko Damono
*****
THE BOY
Aku senang bertugas disini. Ditambah salah satu Dokter Kardiolog senior disini bersedia meminjamkan ruangannya selama aku disini karena kebetulan dia akan berangkat untuk menunaikan ibadah Haji
Ahh, ditambah fasilitasnya juga tidak kalah lengkap dengan RS tempatku bekerja di Kanada. Memang sering aku dengar bahwa RS ini salah satu RS terbaik di Indonesia. Dan ada di ibukota pula. Tentu fasilitasnya memadai.
"Hanya kurang tempat tidur saja disini" bantinku mengingat bahwa di Kanada setiap Dokter yang memiliki ruangan sendiri memiliki kasur di ruangannya. Berjaga-jaga jika praktek hingga malam atau sedang bertugas malam di RS.
tok tok tok
Tanpa menunggu jawaban pintu ruang terbuka. Seorang suster masuk dan langsung berbicara dengan gaya yang panik.
"Excuse me, Doctor Erlangga. We have an emergency patient. Can you please check them?" tanya suster itu.
"Diruang mana?" tanyaku sambil bangkit dan segera mengikuti sang suster.
Suster itu melongo mungkin mendengarku menggunakan Bahasa Indonesia dengan fasih.
Aku tersenyum dan berkata. "Saya kan asli Indonesia. Hanya ambil tugas di luar negeri. Saya masih bisa berbahasa negara asal saya kok" jawabku sambil tersenyum.
"Maaf, Dok. Di ruang UGD. Marii." jawab suster itu masih setengah mencerna kata-kataku.
....**....
Setelah sekitar 20 menitan aku memeriksa Ibu ini. Aku tersenyum. Teringat pasien-pasien langgananku di sana.
Serangan Jantung. Penyakit berjuta-juta umat di dunia. Entah berapa banyak pasien di Kanada yang aku periksa seperti Ibu Laila ini. Beruntung ibu Laila ini segera di bawa ke RS. Melihat kondisinya tadi saat sedang memeriksa ibu ini memang tidak parah tapi tetap saja umurnya sudah tidak muda, untung tidak terjadi apa-apa. Hanya perlu di rawat beberapa hari disini.
"Sus. Keluarganya diluar? Dia sudah selesai saya periksa. Saya akan keluar satu menit lagi untuk memberi tahu kondisi Ibu Laila. Tolong bawa ini."
"Sepertinya. Tadi sebelum saya masuk kesini suster yang memanggil Dokter Erlangga di ruangan Dokter Santoso tadi bilang mereka sedang ke bagian Administrasi."
" Permisi dok." sambungnya sambil menarik identitas pasien yang aku ulurkan. Kemudian berlalu keluar.
Setelah aku memakstikan semuanya rapih buru-buru aku keluar ruangan untuk memeberitahu kabar baik ini.
Aku segera menutup pintu dan berkata
"Keluarga Ibu Lai..."
Belum sempat ku akhiri kalimatku. Napasku tersumbat.
Wajah itu..
*****
THE GAL
Sudah 3 hari sejak aku mendarat di Jakarta dan aku belum juga menemukan kata-kata satupun untuk memulai buku baruku. Hanya berjam-jam berkutat di depan Macbook-ku tanpa menghasilkan apa-apa. Dan sekarang aku harus menemani Alea yang sedari tadi menangis tak henti-henti di Rumah Sakit karena mamanya tadi harus di bawa ke UGD karena serangan jantung mendadak.
Aku sempat menemaninya ke bagian administrasi tadi. Beruntung Lea sekarang menjadi Senior Web Designer di salah satu perusahaan Design Web dan Interior. Jadi dia masih bisa membiayayi urusan ibunya sendiri tanpa meminta orang lain.
Suster bilang Tante Laila sedang di periksa sesaat setelah kami pergi ke bagian Administrasi tadi, oleh salah satu dokter disini, memang dokter asing tapi dia dokter jantung dan asli Indonesia hanya saja bertugas di luar negeri. Kebetulan semua dokter jantung disini sedang dalam jam praktek. Syukurlah.
Aku lega mendengar dia asli karena tidak harus berbicara tentang medis kepada sang dokter dengan Bahasa asing, mudah memang jika Bahasa Inggris karena separuh hidupku juga berbicara dengan Bahasa Inggris. Namun bagaimana nasibku dan Lea jika dokter itu berasal dari Thailand?Jepang?Korea?Belanda? bisa-bisa aku dan Lea segera menyusul ke ruang UGD dengan kasus yang sama seperti Tante Laila.
Kami segera berdiri ketika salah satu suster keluar dari ruangan tempat mama Lea diperiksa.
"Bagaimana keadaan mama saya sus?" tanya Lea cepat sambil mengelap sisa-sisa tangis dipipinya.
"Silahkan tanya Dokter Erlangga Utomo, sebentar lagi dia keluar. Permisi." jawab suster itu lembut lalu berlalu.
Semoga saja Tante Laila tidak apa-apa.
Tunggu.
Siapa tadi nama dokter itu?
Dahiku menyirit mendengar nama itu.
Belum sempat aku mulai berfikir pintu ruangan kembali terbuka dan mengeluarkan sosok laki-laki berjas putih ala dokter dan dia buru-buru menutup pintu sebelum membalikkan badannya.
Tanpa sadar aku berdoa semoga saja bukan manusia itu.
Dia membalikkan badannya sambil berkata dengan tegas dan suara serak namun bisa tergolong ke bagian "serak-serak sexy"
"Keluarga ibu Lai..."
Omongannya terhenti ketika dia memutar tubuhnya 180 derajat.
Mata itu.
Astaga.
Mata yang tidak ingin ku tatap lagi selama sisa hidupku.
You must be kidding me.
Damn it, i swear to god.
Ini pasti mimpi dari sebuah mimpi, benakku memberontak kali ini.
Tidak mungkin. Lelaki itu. Lelaki yang selalu mengisi kotak masa laluku dengan kesedihan.
Dan sekarang dia berdiri kurang dari 2 meter di dekatku.
Jika aku punya alat yang dapat memutar waktu seperti Doraemon, mungkin aku akan mengurungkan niatku untuk kembali ke lorong ini. Bahkan mungkin aku akan memencet tombol dimana lelaki didepanku ini sedang menyatakan cintanya dihadapanku bertahun-tahun yang lalu. Dan aku akan mengatakan tidak. Bukan mengatakan "Iya, aku mau." seperti dulu.
Aku bisa melihat wajahnya yang memucat, beberapa kali tertegun.
"Naya" suara laki-laki itu berbicara dengan nada tak percaya.
Aku buru-buru mengontrol wajah dan tubuhku sehingga benar-benar kelihatan tidak kaget lagi. Berbeda dengan dia yang masih memucat dan Alea yang masih tidak percaya bahwa yang memeriksa mamanya itu Erga. Ya, Erga. Laki-laki yang selalu aku larang menyebutkan namanya ketika Alea sedang meledek atau aku sedang bercerita kepada Alea. Dan aku tahu apa yang ada di benak Alea sekarang. Dia pasti sangat tahu bahwa aku benar-benar ingin pergi dari sini. Pemikiran itu terlihat ketika aku mendengus kesal dan Alea segera menggenggam erat tanganku. Lalu mengepalnya erat-erat.
Dan disitu aku menyerah, menghadapi kembali kotak yang semula terkunci rapat dan sekarang benar benar terbuka lebar.
--------
Chapter three is done!
KYAA. udah ketemu nih mereka, chapter selanjutnya ditunggu ya💛❤️
PS: Vote and Comment when you're done❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Four Roses For You [SLOW UPDATE]
RomanceHanya ada empat alasan cinta itu indah untuk saat ini. Saling berjuang. Saling mempercayai. Saling mengerti. dan tentu saja, Saling mencintai. Sulit memang, tapi itulah cinta. Membuat dua insan saling membara dan memaksa. ...