FIVE

140 22 9
                                    

"I'm not fine as in fine, but fine as in you don't have to worry about me."

-Dr. Gregory House

****

THE BOY

Alea bilang Naya ke Jakarta untuk liburan dan belum tahu sampai kapan. Itu yang ia bilang kemarin siang saat aku memeriksa ibunya. Itu berarti aku harus segera memperbaiki semuanya. Semua kebodohanku di masa lalu. Sulit memang, tapi ini Naya. Gadis yang 12 tahun dia cari dan dia tunggu.

Dia boleh saja marah terhadapku. Memang, the past can't be changed. Tapi aku disini untuk mengubah hari esok. Bukan yang masa laluku.

Kadang-kadang langit bisa kelihatan sangat seperti lembar kosong. Padahal sebenarnya tidak. Bintang akan tetap ada disana. Bumi hanya sedang berputar. Dan akulah bintang itu. Aku tetap berdiri disni tapi sekarang porosku benar benar sedang berputar dan sudah menjadi takdir Tuhan jika aku beretemu Naya sekarang. Tapi hingga saat ini aku juga belum bisa memastikan pertemuan ini buruk atau baik.

4 hari sudah aku dan Naya dan berbicara bersama. Memang kadang di masih dingin. Dan tatapan membenci itu masih sangat bisa terlihat. Namun, ketika aku berada sangat dekat, tubuhnya benar-benar tidak bisa menolak. Bahkan mundur saja dia tidak sanggup. Entah itu pertanda apa. Tetapi besok, ibu Alea harus pulang dan berarti hari ini aku harus berbicara serius dengan Naya dan benar-benar harus membuatnya percaya padaku.

Bahwa aku bukan Erga yang dulu.

Yang menyakitinya.

Aku benar-benar mencintainya. Bukan hanya secara harfiah atau alamiah.

Tetapi benar-benar demi Dewa bumi dan langit. Demi Tuhan. Aku benar-benar mencintainya.

Dan tidak akan pernah membiarkan dia pergi karena kebodohanku lagi.

****

THE GAL

Jodoh itu pertemuan antara keinginan, kebutuhan, kesadaraan, dan kesempataan.

Ingin? Ya, sejujurnya aku memang ingin bertemu Erga sejak dulu. Karena aku merasa sudah cukup tidak waras membayangkan seperti apa wajahnya sekarang. Dan apakah dia tetap mengenalku atau tidak.

Butuh? Dengan sangat berat hati aku mengakui, aku memang butuh dia. Walau itu di hati terdalamku. Karena bagian terluar hatiku hanya dipenuhi kebencian dengan Erga.

Sadar? Aku cukup sadar aku membutuhkannya, menginginkannya, dan aku juga cukup sadar bahwa aku memang tidak bisa melupakkannya. Dari sisi baik maupun buruk. Kesalahannya di masa lalu memang membuatku benci dengannya, tetapi aku juga sadar bahwa semua jenis manusia akan terus mengingat keburukan seseorang yang dianggap musuhnya tanpa menyadari ada pengorbanan, ketulusan, kesetiaan yang entah itu besar maupun kecil. Aku sadar aku terlalu egois. Namun, aku disini tidak sepenuhnya salah bukan?

Kesempatan? Itu yang aku tidak tahu hingga saat ini. Entah ini dinamakan "kesempatan" atau mungkin hanya "kebetulan". Ini mungkin terlalu cepat. Sangat cepat. Sampai aku betul-betul bisa memahami apa maksud pertemuan kami sekarang. Apakah tuhan ingin aku dan Erga memperbaiki masa lalu kami? Atau tuhan hanya ingin semakin memperburuk masa lalu kami?

Memperburuk masa lalu lebih pas kedengarannya.

Persetan dengan renungan-renunganku tadi. Erga tetaplah Erga.

Lelaki yang sangat kubenci karena kebodohannya sendiri. Entah bagaimana bisa aku sebenci ini dengan dia, aku tidak bisa menjelaskan itu. Entah itu karena sikapnya. Entah itu karena dorongan masa lalu kami. Atau bahkan karena dulu sebelum kami berpisah dia benar benar membahagiakanku, dan itu yang sangat kubenci sejujurnya.

Four Roses For You [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang