Bab 8 - Keluarga..

2.4K 230 10
                                    


Cuaca kota Jakarta yang panas sedikit membuatnya terkejut ketika kakinya melangkah keluar dari Bandara. Dengan cepat ia melepas jaket tebal yang membalut tubuhnya selama perjalanan. Dia menarik satu koper kecil yang selama ini setia menemani saat harus bepergian. Walau ia bisa membeli semuanya tanpa harus repot-repot melakukan aktifitas packing di rumah, tapi entah mengapa ia sudah terbiasa dengan koper yang selalu menemaninya. Koper itu selalu jadi tanda bahwa ketika ia pergi ia harus kembali.

Kacamata hitam yang menutupi matanya dari tatapan orang-orang akhirnya dilepas saat  matanya menangkap sebuah papan nama bertuliskan 'Utusan Keluarga Pratama'. Dia memutar bola matanya,tak suka dengan nama kramat yang selalu ikut campur dalam kehidupannya.

"Ayo!" serunya sambil menyerahkan koper dan jaket miliknya. Pria muda yang sejak tadi sibuk memegangi papan nama dan memperhatikan setiap orang yang keluar dari pintu nampak terkejut.

"Pak Dayola?"tanya pria muda itu.

Dia menghentikan langkahnya lalu tersenyum tipis tanpa berniat membalikkan tubuhnya. "Panggil aja Dayo, dimana kau parkir mobilnya?"

"Ba..baik Pak Dayo."

Pria muda itu bergegas mengimbangi langkah Dayo yang panjang karena tubuh pria muda itu hanya sebatas lengannya. Dayo tersenyum tak menyangka Ayahnya akan mengirimkan pria muda yang Dayo kira baru berusia awal dua puluhan. Mungkin baru awal perkuliahan.

Kepulangan Dayo memang bukan yang pertama kalinya sejak sepuluh tahun yang lalu ia memutuskan berangkat ke Amerika untuk menimba ilmu. Tapi setiap kepulangannya ke Indonesia keluarganya selalu memilihkan orang lain alih-alih keluarganya sendiri yang menyambut. Hal itu jelas tidak mungkin dilakukan lantaran Kakaknya sekarang sudah berkeluarga dan sibuk dengan pekerjaannya sebagai penerus bisnis keluarga Pratama. Vayola sang adik sendiri sekarang memiliki karir sebagai Dokter Gigi yang awalnya sempat membuat Dayo tak percaya. Ternyata adik kembarnya masih mendapatkan sisa-sisa kejeniusan seperti yang ia miliki. Dan untuk kedua orangtuanya, Dayo melarang mereka menjemput karena kesehatan Ibu yang kadang memburuk.

"Siapa namamu?"tanya Dayo saat ia sudah menempati kursi penumpang di sedan hitam milik keluarganya.

"Tio, Pak."

"Berapa usiamu?"

Pria muda berniama Tio itu sedikit kebingungan ketika mendengarnya anak bosnya bertanya-tanya mengenai dirinya.

"Dua puluh dua Pak." Jawab Tio ragu-ragu.

"Punya SIM?"tanya Dayo yang membuat dahi pria muda itu berkerut bingung.

"Punya Pak, kenapa ya Pak?"

"Tidak apa-apa, oh ya.. kau masih kuliah?"

"Sudah lulus Pak."

"Kapan? Ambil jurusan apa?"

"Tahun ini Pak, saya ambil jurusan Teknik Informatika,Pak."

Dayo tersenyum. Dia sudah mengira Tio pasti adalah salah satu dari anak yang diberi beasiswa oleh Ayahnya. Fakultas yang dipilih Tio membuat Dayo memikirkan ide lain. Saat ayahnya meminta kepulangannya ke Indonesia karena alasan kondisi kesehatan Ibunya yang menurun Dayo sama sekali tidak tahu apa yang akan ia lakukan di negerinya sendiri. Sejak lulus dari Universitas di Amerika, Dayo langsung dikontrak oleh sebuah perusahaan Multinasional  ternama di sana. Selain memiliki karir yang bagus di perusahaan Dayo juga membantu teman kuliahnya merancang sebuah software yang bisa digunakan oleh perusahaan. Dari program penyimpanan data sampai program keuangan berbasis Web dengan desain dan aplikasi canggih didalamnya. Royalti yang ia dapatkan dari menjual program tersebut cukup membuat siapa saja yang melihat nominal di dalam rekeningnya melotot tak percaya. Dan kini, saat ia sudah meninggalkan perusahaan yang selama ini mengikatnya Dayo memikirkan untuk membangun usahanya di Indonesia. toh jika ilmunya bisa dipakai di negerinya sendiri akan lebih baik.

Deep In HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang