Bab 10 - Reuni

2.5K 256 7
                                    


Mobil SUV Putih milik Dayo berhenti di depan jalan yang masih terikat kayu dengan bendera berwarna kuning. Tanda duka yang menunjukkan bahwa alamat yang diberikan Rizad padanya adalah benar. Dayo menguatkan dirinya untuk turun dari mobil dan menghampiri kediaman Almarhum Pak Purnomo. Saat sampai di halaman depan ada banyak orang yang masih berbincang dan di salah satu bangku Dayo menemukan Rizad yang lebih dulu melihatnya.

Rizad berdiri menyambut Dayo dengan lengan terbuka. Dayo memeluk sahabat lamanya itu dengan erat seperti yang Vayo lakukan padanya tadi siang. Rizad bahkan menepuk-nepuk punggung Dayo.

"Kau tambah tinggi sob,"kata Rizad sambil memperhatikan tubuh Dayo dari ujung kepala hingga ujung kaki. Wajah Rizad terlihat senang melihat sahabat yang sudah ia anggap adiknya telah kembali.

"Bang.." Dayo kehilangan kata-kata. Entah bagaimana matanya sudah berkaca-kaca. Ia tidak sekuat yang ia kira. Rizad adalah pertahanan terlemah keduanya. Ia tidak tahu bagaimana nasibnya jika sampai bertemu pertahanan terlemahnya yang paling utama.

Rizad meminta Dayo untuk duduk di sampingnya. Ia menceritakan penyakit Pak Purnomo yang sudah di idap pria itu sejak pensiun dari pegawan negeri lima tahun yang lalu. Pak Purnomo di vonis terkena Kanker paru-paru dan berjuang selama lima tahun melawan penyakit itu. Keluarganya sempat kehabisan biaya untuk pengobatan tapi Rizad dan beberapa alumni mengadakan penggalangan dana untuk membantu meringankan.

Sampai Rizad menyelesaikan ceritanya penyesalan Dayo entah sudah seberapa tingginya. Ia benar-benar menyesali semua waktunya yang terbuang. Harusnya Ia mengunjungi Pak Purnomo sejak kepulangannya pertama kali ke Indonesia. Ia memang murid yang tidak tahu terima kasih.

"Setiap kali melihatku dia selalu bertanya tentangmu, Aku menceritakan padanya bahwa kau sudah bekerja di Amerika dan beliau senang mendengar kalau kau sudah sukses,Dia sangat bangga punya murid sepertimu,"jelas Rizad.

"Dan aku tidak pernah sekali pun mengunjunginya, murid macam apa aku ini bang," tukas Dayo dengan suaranya yang lemah. Rizak menepuk bahu Dayo yang sudah turun setengah.

"Kau adalah kebanggan sekolah Day, Pak Purnomo selalu menceritakan kesuksesanmu mendapatkan beasiswa pada murid-murid lain agar mereka mau mencontohmu, selalu giat belajar agar mendapatkan beasiswa di luar negeri dan mengharumkan nama Indonesia di sana." Rizad merangkul Dayo. Keduanya bersama melepas rindu mereka pada sosok kebapakan yang selalu menyapa mereka dengan senyum.

"Beliau adalah guru terbaik yang aku punya Bang, Cuma beliau yang selalu sabar jawab pertanyaan gue yang aneh-aneh, beliau adalah yang terbaik,"aku Dayo dengan suara bergetar.

"Ya.. beliau yang terbaik."

Dayo pun dituntun Rizad menemui keluarga Pak Purnomo dan mengenalkan dirinya sebagai mantan murid Pak Purnomo. Keluarga Pak Purnomo terkejut terutama istrinya. Istrinya bahkan memeluk Dayo dan mengatakan bahwa Pak Purnomo selalu menyebutkan nama Dayo setiap beliau menceritakan tentang murid-muridnya.

"Maafkan saya Bu, saya belum sempat berterima kasih pada Pak Pur, semoga beliau memaafkan saya yang belum sempat membalas kebaikannya,"ujar Dayo. Istri Pak Pur menepuk punggung tangan Dayo lembut.

"Beliau selalu mendoakan kesuksesanmu,nak, dan alhamdulilah kalau ternyata kamu sudah sukses sekarang, terima kasih sudah jadi murid yang bisa beliau banggakan." Ucapan istri Pak Pur tak bisa menahan air mata Dayo. Pria gagah itu memeluk istri Pak Pur sambil menangis. Rizad yang ikut terharu menepuk punggung sahabatnya sambil menyeka air mata yang diam-diam keluar dari sudut matanya.

****

"Nih." Rizad menyodorkan kaleng soda untuk Dayo lalu bergabung duduk di atas kap mobil Dayo.

Deep In HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang