Bab 7 - Dissapointed -

490 35 7
                                    


Air mata adalah cara lain mengutarakan kegetiran hati ketika mulut sudah terlalu lelah - Ayani Owlet for Angel Nurses.

_________

Sebelum masuk ke cerita Bab 8, aku mau sedikit cuap cuap tertulis. Hahaha.
Bagiku, menulis adalah bagaimana cara aku menyalurkan tingkat imajinasi aku yang berlebihan. Aku suka menghayal, jadi kenapa tidak aku tuangkan lewat tulisan. Angel Nurses adalah salah satu dari cerita yang tak pernah kubayangkan bakal kutulis dengan begitu baik #eh. Kupikir cerita ini hanya bakal menjadi selingan dari sekuel Sunrise in Nightmare. Yang akan yaa.. kutulis 1-10 atau 12 bab. Tapi, ternyata ilham datang padaku yang membuatku serius dalam menulis Angel Nurses dan menambah babnya.
Aku ingin membuat cerita ini bisa menjadi pembelajaran bagi semua. Khususnya masalah "medication, healthy and love" hahaha :D
Tak menutup kemungkinan, suatu saat aku akan menerbitkannya. Baik self publish atau via penerbit (kayak ada yang mau nerima aja #plak) jadi, sekalipun sedikit reader pun, aku akan tetap mengarap Angel Nurses dengan serius, baik dan sepenuh hati. #tsah! Wahahaha.
Jadi, begitulah. Yaudah itu aja. Cuss.. langsung aja..
I present for you all, part 7 dissapointed :)) enjoy~

----------

Angel Nurses berada diruangan General Manager, dr. Randra Rifansyah Emerth. Sp, B. Wajah mereka sedih saling menatap satu sama lain.

"Aku gak mau tau, kalian harus bubar. Aku gak akan dengar lagi Angel Nurses bersama. Atau, aku akan pindahkan kalian di RS cabang didesa. Masing-masing dari kalian terpisah! Choice!" Seru Rifan dengan kejam. Menatap mereka dengan tajam.

Kiran mendongak menatap Rifan dengan wajah sedih dan terkejut, "dok, tidak bisa. Kami sudah saling menyayangi satu sama lain. Kami janji takkan membuat masalah lagi. Maafkan kami dok"

"Bukan sekali!!" Rifan berteriak keras kepada Kiran. Mata Kiran mulai berkaca-kaca. Akhirnya Rifan menghembuskan nafas dan mengatur emosinya. "Bukan sekali kalian membuat kesalahan. Aku tak masalah jika itu perawat lain yang statistik kerjanya tidak sebaik kalian. Hal ini jadi mencoreng nama baik statistik yang Rumah Sakit bangun. Orang-orang akan berfikir, beginikah kelakuan perawat terbaik di sini? Itu yang kalian mau?" Rifan menjelaskan dengan intonasi yang sudah menurun dan melembut.

Kini She yang mendongak menatap Rifan. Wajahnya juga sedih. "Maafkan kami dok. Grace yang selalu cari masalah sama kami dok. Maafkan kami." She mengiba merasa bersalah.

"Aku sudah bosan dengan permintaan maaf kalian. Keputusanku sudah bulat. Kalian harus bubar!" seru Rifan benar-benar emosi.

Seketika, kelimanya tertunduk. Wajah mereka sedih. Ruangan tampak hening seketika. Dan tiba-tiba, kelimanya terisak. Rifan menoleh menatap mereka dengan terkejut. Beberapa menit, Rifan masih mengacuhkan mereka. Tapi kemudian akhirnya dia menghembuskan nafas berat.

"Berhenti menangis!" Seru Rifan setegah berteriak. Tapi kelimanya masih terisak. "Baiklah. Baiklah. Aku takkan meminta kalian bubar!" Sambung Rifan akhirnya yang seketika membuat kelimanya mendongak menatap Rifan dengan mata bersinar.

"Kalian takkan kuminta untuk bubar. Dan juga takkan kupindah ke Rumah Sakit cabang. Tapi, aku akan berbicara dengan kepala ruang kalian masing-masing. Untuk tidak lagi menjadwalkan shift kalian bersama lagi. Itu batasanku. Tak bisa lagi diganggu gugat" Perkataan Rifan membuat kelima Angel Nurses tersenyum bahagia.

"Baik dok. Terima kasih" sahut mereka berlima bersamaan.

"Ya. Ya. Kalian boleh keluar sekarang" perintah Rifan sambil mengerak-gerakan tangannya bersikap mengusir. Kelimanya pun segera bangkit dari kursi dan keluar.

Ketika mereka keluar...

Rifan bersedekap sambil memandang pintu yang sudah tertutup usai keluarnya Angel Nurses. Dia memandang pintu dan berkata, "kalau seandainya kalian bukan perawat muda dan terbaik yang di miliki Rumah Sakitku ini, aku takkan menarik keputusanku seperti tadi. Jangan buat ulah lagi rekan-rekan" Gumam Rifan.

Angel Nurse'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang