Part 2

544 11 0
                                    

Dia sudah bekerja? berarti dia baik-baik saja? Syukurlah... aku benar-benar menghawatirkannya.

"Apakah dia sudah memiliki kekasih?" pertanyaanku tersebut mampu menghentikan langkah Julia

Julia menatapku heran. "Setahuku belum." Aku menghela nafas, cukup keras. Tanpa kusadari aku menahan nafas. "Tapi ingat. Jangan ganggu kehidupannya lagi. Biarkan dia menjalani hidupnya lagi."

Dan dia masih sendiri. Entah mengapa kenyataan itu sangat melegakan untukku. Dia masih sendiri.

Aku rindu sekali padanya. Senyumnya. Tawanya. Bagaimana cara ia berbicara. Bagaimana cara ia duduk. Aku benar-benar merindukannya. Dan ciumannya... Aku masih bisa merasakan manisnya bibirnya di bibirku. Begitu lembut lidahnya di dalam kerongkonganku. Begitu dalam bibirnya menekan bibirku. Aku merindukannya.

Haruskah aku pergi mencarinya di Indonesia? Tapi aku harus mencari kemana? ARGH! pengetahuanku begitu minim tentang dirinya. Aku bahkan tidak tahu siapa keluarganya. Yang aku tahu dia mempunyai seorang adik perempuan. Aku ini benar-benar bodoh.

"...lepaskan dia. Lupakan dia..." Entah kenapa kata-kata Julia barusan masih terngiang di telingaku. Atau aku harus melepaskannya? benar-benar melepaskannya. Siapkah aku?

Tiba-tiba ponselku berdering. Membuyarkan lamunanku di dalam cafe. Kulihat siapa yang menelpon. Ann.

"Halo?" Ucapku ketika aku setelah menekan tombol

"Steve? Kau dimana?" terdengar suara Ann di ujung sana

"Aku sedang di cafe dekat tempat gym. Tadi aku bertemu dengan teman lama dan kami sedikit berbincang-bincang." Aku menyandarkan tubuhku di kursi

"Kau akan terlambat makan malam. Kami menunggumu. Jangan terlambat. Mom akan marah dan hati-hati di jalan. Aku menyayangimu." Dan telpon terputus. Aku memasukkan kembali ponselku kedalam saku.

Aku menghela nafas keras. Setelah hampir 3 tahun aku tidak memikirkan Alexa dan kini ia muncul kembali di pikiranku. Aku masih ingat terakhir kali aku bertemu dengannya.

Saat itu sedang hujan deras dan entah mengapa Alexa memaksa ku untuk bertemu dengannya di luar. Biasanya kami bertemu di apartemennya. Aku masih ingat, ketika itu aku habis pemotretan di studio dan dia menelponku.

"Bisakah kita bertemu?" Suara Alexa terdengar kecil di telpon

"Tentu saja. Kita bertemu di apartementmu jam 8 malam." Ucapku seraya memasukkan pakaian kotorku ke dalam tas

"Jangan di tempatku. Di Cafe Didadian saja. Jam 10. Cafe sudah tutup. Aku tunggu." Lalu sambungan terputus.

Sesampainya aku di Didadian Cafe, tepat pukul 10 malam dan benar cafe sudah mau tutup. Bangku-bangku sudah berada di atas meja. Tapi ada satu meja yang di duduki oleh seorang wanita. Wanita itu sedang tidak menghadap ke jalan jadi tidak tahu kalau aku sedang memandangnya. Itu pasti Alexa.

Aku mendorong pintu cafe yang menimbulkan suara decitan, membuat Alexa menoleh ke arah pintu dan menemukanku sedang melangkah menghampirinya.

"Kau sudah sampai." Ucapnya tersenyum

"Apa yang terjadi?" Ucapku seraya menarik bangku yang berada di hadapannya lalu duduk. "Kau tidak biasanya memintaku untuk bertemu di luar. Kau sudah makan?"

Alexa mengangguk lalu tersenyum lemah. "Mencari suasana baru."

Aku menemukan ada hal yang tidak beres. "Ada apa Alexa?"

Alexa hanya menunduk memandangi jari-jarinya. "Apakah kau sudah bertemu dengan Ann hari ini?"

"Tadi pagi. Sebelum pergi ke studio."

Wrong Or Right?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang