*Kania's POV*
"Nggak mauu," tolak gue untuk kesekian kalinya.
"Plis temenin gue dong," bujuk Mona lagi.
Kali ini, gue dibujuk sama Mona buat ke mal. Sebenernya sih mal-nya nggak kenapa-napa, cuma yang ngajakin yang kenapa-napa. Masalahnya, Mona ntar mau ketemuan sama Juno disana. Pasti gue bakal jadi obat nyamuk. Ya gue nggak maulah! Dan pasti gue cuma dimanfaatin Mona sebagai tukang ojek a.k.a nganterin pake motor.
Gue menghela napas. Terus gue ngomong pelan-pelan, "Mona, gue nggak mau. Ntar pasti gue bakal jadi obat nyamuk lagi deh. Ogah."
Mona menyatukan kedua tangannya, memohon. "Plis ya, Kania-ku tersayang. Lo nggak bakal jadi obat nyamuk kok. Ya ya ya?"
"Never in a million years or more. Gue nggak mau, Mona-ku tercintaa," tolak gue sekali lagi.
"Ayo dong. Gue traktir deh."
"Nggak."
"Traktir makan."
"No."
"Traktir makan, baju, sama nonton. Deal?" Mona menyodorkan tangannya.
Gue menimbang-nimbang tawaran Mona. Hmm.. boleh juga.
"Oke. Deal." Gue balas menjabat tangan Mona.
"Nah, kalo gitu siap-siap sana," suruh Mona.
"Iya-iya."
Dan, yap. Akhirnya gue termakan oleh rayuan Mona.
~~~~~~~~~~
"Mona, Juno, gue capek," rengek gue ke mereka.
"Yaudah. Istirahat sana," kata Mona.
"Minta duitnya," pinta gue.
Dahi Mona mengerut. "Lah kan tadi udah."
"Ya, yang tadi juga udah abis. Nah, mana duitnya sekarang? Katanya lo mau traktirin?" tanya gue dan Mona diem.
"Ck. Yaudah, nih dompet gue aja." Mona menyerahkan dompetnya, dan gue terima dengan senang hati. "Jangan banyak-banyak. Terus jangan lupa dibalikin. Jangan juga--"
Gue memotongnya, "Oke, oke. I've got it. Makasih Mona sayaang, dadaah!" dan dengan itu, gue pun kabur.
Dari jauh gue denger dikit-dikit Mona mencibir. Ya siapa suruh ngasih dompetnya. Oh iya, beli apaan ya? Eh beli bensin motor dulu aja dah, daripada ntar kelupaan.
Gue pun turun ke arah parkiran. Baru mau jalan ke arah motor, dompet Mona diambil. Dasar copet sialan!
"COPEET!! BALIKIN DOMPETNYAA!!" teriak gue sambil ngejar tuh copet.
Gue pun lari-lari ngejar dia. Ah elah, mana dia larinya nyalip-nyalip lagi. Jadi makin susah. Tapi akhirnya berenti juga di gang buntu. Terus dompetnya jatoh gitu. Gue pun ngambil dompet tersebut. Baru balik badan buat pergi, tiba-tiba gue dicegat copet itu.
Dia ngeluarin pisau dan nodongin pisau itu ke leher gue. "Balikin dompetnya," perintahnya. Oh, mampus.
-------------------------
*Satria's POV*
Gue sekarang lagi ngumpul sama temen-temen sekolah gue di mall. Tadi sih kita udah nonton dan sekarang udah mau pulang.
"COPEET!! BALIKIN DOMPETNYAA!!" teriak seorang cewek.
"Eh gue pergi dulu bentar," ijin gue ke yang lain.
"Woy! Mau kemana lu?" tanya salah satu temen gue yang mau nebeng.
"Lo pulang ama yang lain aja! Gue masih ada urusan," teriak gue dari jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is True
Teen Fiction'Cinta bisa terjadi kapan saja, dan dimana saja.' Sepertinya itulah yang dirasakan mereka. Mungkin awalnya pertemuan mereka diawali dengan kebohongan, tapi seiring berjalannya waktu, kebenaran pun terungkap. Takdir pun menghadirkan cinta untuk meram...