*Satria's POV*
"Kania?" dan bersamaan dengan itu, "Satria?"
Kita berdua nanya sambil tunjuk-tunjukkan bareng.
"Kalian udah saling kenal?" tanya ibu gue.
"Ah, itu.." gue tergagap.
Mama senyum jail. "Kamu nih, Sat. Diem-diem ternyata mainannya. Kok nggak bilang-bilang Mama sih?"
Gue mengibaskan tangan. "Ma, nggak. I-itu.."
"Kalo emang beneran, ya bagus dong. Mana pas banget lagi, kalian dijodohin," tambah Mama.
"Apa sih, Ma?" desis gue.
"Sudah, sudah. Lebih baik kita makan saja dulu. Sayang loh ini makanannya," kata bapaknya Kania.
Gue sama orang tua gue duduk di kursi yang ada di seberang Kania dan orang tuanya. Paling gue bakal ditanyain yang aneh-aneh nih sama bapak-ibu gue. Ya paling nggak aneh-aneh amat sih.
~~~~~~~~~~
"Mama-Papa pulangnya bareng mama-papanya Kania ya. Kamu pulang bareng Kania aja. Tapi ntar aja pulangnya, jalan bareng dulu gitu," kata Nyokap.
Gue menaikkan sebelah alis. "Lah, kenapa nggak--"
Bokap menepuk bahu gue. "Mama sama Papa pulang dulu. Jangan terlalu malem pulangnya."
"Tapi--"
Tapi bapak ibu gue kabur sama bapak ibunya Kania ke mobil. Tinggal kita berdua dah.
"Err.. Kania," panggil gue.
"Hm, ya?" tanyanya balik.
"Jadi sekarang kita ke mana?" tanya gue.
"Ke.. mana ya?" ia mengetuk-ngetukkan jarinya di dagu. "Ke taman deket sini aja yuk. Sekalian.. ngobrol?"
"Ya udah, ayo," kata gue.
Terus kita pun menuju ke mobil. Kita diem lagi. Ah elah, Satria. Ngomong kek lu. Jangan diem kayak banci mulu ngapa.
"Udah pasang seatbelt?" tanya gue.
Nggak ada pertanyaan yang bagusan dikit apa?
"Udah," jawabnya.
Dan gue pun bingung mau nanya apa lagi. Apa gue basa-basi aja? Tapi takutnya ntar dia bosen. Ah coba ajalah.
"Apa kabar, Kan?" tanya gue.
"Kayak yang lo liat. Lo sendiri?" tanyanya balik.
"Ya, sama," jawab gue. "Kita--"
Ucapan gue dipotong sama Kania, "Kalo mau nanya-nanya ntar aja di taman. Bahaya kalo ngobrolnya sambil nyetir."
Gue ngangguk aja. Kita pun diem lagi. Tapi untungnya bentar lagi udah nyampe karena tamannya emang deket.
Gue parkir mobilnya di depan minimarket yang ada di seberang taman itu soalnya nggak ada parkiran lain. Eh bentar. Minimarket ini kan.. tempat kita pertama kali ketemu. Gue inget banget. Apa Kania juga inget?
"Turun yuk," ajak Kania dan gue nurut.
Kita nyebrang dengan hati-hati, dan sampe juga di tamannya. Setelah duduk di salah satu bangku, gue menengadahkan kepala ke langit. Menghadap bintang-bintang.
Niat awal gue sih pengen diem aja. Tapi ujung-ujungnya gue tetep berusaha ngebuka pembicaraan. "Kebetulan banget ya," ujar gue.
Kania mengangguk setuju. "Iya, kebetulan."
--------------------------
*Kania's POV*
"Kebetulan banget ya," ujar Satria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is True
Teen Fiction'Cinta bisa terjadi kapan saja, dan dimana saja.' Sepertinya itulah yang dirasakan mereka. Mungkin awalnya pertemuan mereka diawali dengan kebohongan, tapi seiring berjalannya waktu, kebenaran pun terungkap. Takdir pun menghadirkan cinta untuk meram...