Bab 1

192 11 0
                                    

Di sini lah aku. Terperangkap di sebuah istana emas dengan beberapa batu permata yang di tempel di setiap pilar kokohnya. Usaha ku untuk melarikan diri dari rumah megah ini selama sebulan, berakhir dengan penangkapan ku yang seperti buronan narkoba di kos-kosan sederhana. Aku sempat berpikir lelaki arogan itu takkan bisa lagi menemukan ku. Tapi aku terlalu meremehkan kemampuannya.

Axel Carius. Lelaki berperawakan tampan dan memiliki tubuh atletis itu sengaja membiarkan ku merasa bebas selama sebulan lalu dengan mudahnya menyeret ku kembali ke teritorialnya. Lebih baik waktu itu aku melarikan diri ke luar negri sebagai TKW daripada dilayani seperti putri di sini.

Kalau saja pemilik rumah ini bukan lelaki itu, mungkin aku dengan suka rela menyerahkan diri ke sini. Dibanding tinggal dengan ibu tiri yang tak tahu malu itu. Bukan salah ku menganggapnya begitu. Bayangkan saja ! Bisa-bisanya dia menyerahkan ku pada laki-laki yang kebetulan sama tak tahu malunya sebagai pelunas hutang-hutangnya !

Sebenarnya aku harus bekerja di rumah ini sebagai pembantu untuk melunasi hutang Grace, ibu tiriku. Tapi ketika aku berada di sini, aku malah dilayani bak putri kerajaan. Seharusnya aku senang bisa lepas dari Grace dan mendapat fasilitas mewah di istana ini.

Tapi kenyataannya aku malah harus berjuang mati-matian untuk keluar dari penjara emas ini. Hei.. jangan menganggap aku wanita yang sok cantik hingga mampu menolak tawaran seorang pangeran tampan, dan kaya tentunya. Aku lebih memilih bekerja sebagai pembantu daripada... hmm sebenarnya aku malas mengatakannya. Daripada menjadi istrinya. Tak tanggung-tanggung, istri ke-5 nya !.

Ku akui Axel adalah lelaki tampan. Bahkan aku bisa menjamin kau akan langsung jatuh cinta begitu melihatnya. Matanya memiliki warna yang unik. Hijau kebiru-biruan. Mungkin karena Axel memang memiliki darah campuran. Rambutnya lurus sebatas leher dengan potongan yang panjang pendek namun terlihat pas untuknya. Seperti yang kukatakan tadi, Axel memiliki tubuh yang atletis dengan perut kotak-kotaknya yang seperti roti sobek. Aku tahu bukan karena aku wanita mesum yang selalu mengintipnya. Kalau bicara soal mesum, Axel lah si mesum itu. Lelaki itu sering kali menerobos masuk ke kamar mandi ku dengan handuk yang melilit di pinggangnya, saat aku berada di dalam sana. Untungnya setiap kali dia masuk, aku selalu berada di bathub, berendam dengan busa melimpah yang menutupi seluruh tubuhku.

Kalau ditanya kenapa aku tak jatuh cinta dengannya, mungkin karena aku lebih mengutamakan perasaan diatas segalanya. Terdengar munafik memang. Tapi memang itu yang ku percayai. Aku tak mau berakhir seperti ayahku saat dia memilih Grace karena kecantikannya. Yang di dapatkannya hanyalah sebuah penghianatan keji hingga akhir hayatnya.

☆☆☆

Aku mengedarkan pandangan ke seliling kamarku. Dindingnya di cat biru muda seperti hamparan langit dengan beberapa garis putih, membuatku seakan aku memang berada di langit dengan awan di sekeliling ku. Di sebelah ranjangku, terdapat lemari pakaian 5 pintu yang lagi-lagi bercat putih mengkilat seperti mutiara. Ranjangku sendiri dicat senada dengan lemari pakaian dengan ukiran indah yang terbuat dari susunan mutiara asli yang ditanam bersama emas murni sebagai tatakannya. Sementara di sisi lain, ada sebuah lemari kaca yang berisi jejeran sepatu dan tas dari berbagai merek ternama.

Secara keseluruhan, kamar ini sangat indah dan sempurna. Namun aku lebih menyukai balkon ruangan ini. Pemandangan yang di suguhkannya amat sangat indah bagiku. Kau dapat melihat dengan jelas hamparan bunga mawar berbagai warna yang ditata membentuk kelopak-kelopak mawar yang indah. Di tengahnya, tempat seharusnya benang sari berada terdapat sebuah kolam kecil dengan air mancur ditengahnya. Di sana juga terdapat bangku taman yang diletakkan di sebuah bangunan indah tempat aku biasa melihat Axel di sana, memandangi mawar-mawarnya.

Aku bisa menyimpulkan kalau Axel sangat menyukai bunga yang lekat dengan kesan romantis itu. Begitu banyak lukisan mawar berbagai versi dari pelukis-pelukis terkenal, yang terpajang di rumah ini. Aku bahkan melihat sebuah ukiran mawar yang besar di pintu gerbang, saat pertama kali aku masuk ke rumah ini. Beberapa ukiran juga terpatri dengan indah di setiap perabotan di sini. Dan asal kau tahu. Axel selalu memakai kemeja yang memiliki bordiran kecil berbentuk mawar, di sudut kanan saku kemejanya saat akan berangkat ke perusahaan miliknya.

Saat pertama kali aku menginjakkan kaki di sini, aku mengira orang yang memiliki rumah ini pastilah orang yang paling romantis di dunia. Sayangnya, Axel hanyalah lelaki arogan yang tak tahu malu dengan otak mesum yang bersarang di dalam tengkorak kepalanya.

Sore itu seperti biasa, 2 pelayan masuk ke kamarku untuk menyiapkan air hangat dengan campuran sabun aroma mawar dan menyediakan pakaian yang harus kupakai setelah mandi. Saat melihat kedua pelayan itu meninggalkan kamarku, aku bergegas berendam ke dalam bathub. Aroma mawarnya selalu berhasil menggodaku untuk membenamkan diri di sana. Rasanya nyaman sekali. Hangatnya sangat pas. Seakan memijat seluruh otot-ototku. Aroma mawar yang lembut menenangkan pikiran ku, walau setelah mandi nanti aku tetep akan memikirkan cara keluar dari tempat ini. Ku pejamkan mataku. Menikmati setiap detiknya, yang jarang bisa ku rasakan dengan tenang.

"Sepertinya sangat nyaman."

Suara itu mengejutkanku. Mangembalikan seluruh kesadaranku yang hampir melayang sesaat tadi. Kulihat lelaki itu berdiri di ambang pintu sambil menyandarkan bahunya yang kekar. Dengan gerakan refleks ku lemparkan segala benda yang ada di jangkauanku ke arahnya.

"Keluar kau Axel!!! Tak bisakah kau berikan aku waktu untuk sendiri?!"

Sayangnya semua lemparanku tak satupun mengenainya. Lelaki itu malah terlihat menikmati saat melihatku melemparinya seperti orang kesurupan.

"Ayolah Kayla.. aku sudah memberi mu waktu untuk sendiri. Aku tak mengunjungi mu selama 2 hari di sini. Jadi.. aku berpikir kau pasti sangat merindukanku."

"Jangan harap!! Sedetik pun aku tak pernah merindukanmu ! Membayangkan wajah mu saja sudah membuat ku ingin memuntahkan seluruh isi perutku!!"

Aku meraih satu-satunya benda yang tersisa. Sebotol shampo yang masih penuh. Kulemparkan sekuat tenaga ke arahnya.

"Bukh!!" Tepat mengenai roti sobeknya. Aku tersenyum puas. Namun sepertinya tak berarti apa-apa untuk perut kotak-kotak itu.

"Hei... tenanglah.."

Axel membungkukkan badannya dan memungut botol shampo tak berdosa itu dari lantai. Aku dapat melihat dia mengeluarkan senyum misterius saat menatap botol itu.

"Jadi.. kau mau aku membantumu mengeramas rambut indahmu itu."

"Jangan mendekat!! Tetap di sana Axel Carius!!"

Aku panik saat melihat Axel melangkahkan kakinya mendekatiku masih sambil menatapku masih dengan senyum aneh itu di wajahnya.

"Tetap di sini? Kau ingin aku hanya menonton saja Kayla? Begitu?"

"Tidak!"

"Bagus. Aku juga tidak ingin menjadi penonton saja. Aku lebih suka menjadi pemeran utamanya. Tentunya kau sebagai lawan mainku Kayla."

Axel meneruskan langkahnya. Aku semakin panik dengan situasi ini. Tak mungkin aku beranjak dari tempat ini. Tidak dengan keadaanku yang tak sehelai benangpun menempel di kulitku. Aku juga tidak bisa menjamin lelaki mesum ini hanya ingin mengeramas rambutku kalau aku tetap meringkuk di sini.

Axel tampak tak perduli dengan kepanikanku. Dia tetap melangkah mendekatiku dengan kaki jenjangnya. Tatapan dan senyumnya semakin membuatku takut. Saat kaki itu sudah menyentuh sisi luar bathub, Axel membungkukkan badannya berjongkok di hadapanku.

Aku memalingkan wajahku tak berani menatap matanya yang semakin lekat menatapku. Axel meletakkan tangannya di pipiku membuat aku tak bisa bergerak, seakan sentuhannya menghipnotisku, memerintahkan tubuhku agar tetap diam dan pasrah padanya. Ku pejamkan mataku. Tak berani melihat apa yang akan Axel lakukan padaku.

☆☆☆

Be The 5th ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang