Awal Pacaran

3.1K 7 0
                                    

Kami sudah kenal lama, apa salahnya sih kalau mencoba menjadi pacarnya ?

Dan setelah pulang dari tempat nongkrong itu, aku langsung mengeluarkan.. flashdisk dari saku celana yang ketat ketat ngegemesin ini, "flashdisk? Kok? Handphone mana?" aku bergumam.
Aku balik lagi ke tempat aku bertemu dengan Resti tadi, dan sekarang sudah banyak kawanku disana.
"pada liat HP gak?"
    "HP apa? Hah? Punya siapa?" serempak menjawab.
    "HP aku, ada yang liat gak?"
    "nggak!"
    Handphone tak kunjung ketemu, aku kembali kerumah sambil melihat ke jalan, kali aja ada handphone-ku di jalan. Sampai rumah, tetap tidak ketemu. Sialan.

Akupun masuk rumah terus masuk kamar dan langsung buka laptop langsung ngegame sambil bergumam "handphone mana ya?" udah hampir jam 1 malam, aku masih ngegame, aku putuskan untuk segera bermimpi.

Besok pagi nya, aku dibangunkan oleh alarm HP-ku, aku cari suara berisik itu dan suara itu berasal dari saku jaketku lalu aku segera mematikan alarmnya dan lanjut tidur.
    "lah, itu HP.." aku langsung bangun lagi dan langsung mengirim SMS ke Resti..
    "dor.."
    "oh hey, ada apa ngeSMS pagi-pagi?"
    "ada yang nanyain kamu nih"
    "siapa?"
    "aku"
    "kirain siapa-_-"
    "yahh kirain kamu bakal seneng, Res:("
    "yaudah nih aku seneng ahaha, ada apa nanyain aku?"
    "ada yang kangen" aku merayu.
    "siapa?"
    "aku"
    "yang nanya" saat Resti bilang gitu, rayuan ku gak jadi.
    Awarkward moment kala itu.
     Ternyata dia cuek, jauh dari harapanku, ehh tunggu dia ngeSMS lagi
"ehehe tadi aku becanda, ciee kangen sama aku nih"
    Dan percakapan kami belangsung panjang (gak mungkin ditulis semua disini).

    Sebenarnya kalo kata orang, fase paling enak tuh pada saat PDKT mungkin memang benar, disaat fase ini orang bisa ketawa-ketawa, sumringah. Dalam keadaan ini ,bisa ada 2 kemungkinan; yang pertama orang ini kena penyakit rabies, dan yang kedua dia lagi PDKT.
Okey kembali ke cerita saat itu bulan puasa. Kalo kata orang, ini bulan penuh berkah tapi apakah berkah juga buatku ? kita lihat saja nanti. Setelah itu, hubungan kami semakin dekat, berharap bulan ini jadi bulan penuh berkah dan cinta buatku, setelah sekian lama kami dekat akhirnya aku memberanikan diri menyatakan perasaan ini kepada Resti, berharap dia dapat menerimaku dengan segudang kekuranganku ini, dan aku yakin pasti bisa.

Hari itu Minggu, 10 agustus 2013.
Aku mengajak Resti bertemu, dan akhirnya aku mulai berbicara. Berbicara tentang perasaanku, kepada Resti.
    "hey, aku mau bilang sesuatu boleh kan?" begitu kataku.
    "boleh lah bilang aja" begitu katanya
     "Aku suka sama kamu, Res, kamu mau gak jadi pacar aku?"
Memang terkesan tidak romantis sih hehe.. Dia pun terdiam cukup lama, aku pikir dia diam itu karena dia mules atau dia sangat senang sampai-sampai dia tidak bisa berkata apa-apa, tapi tunggu ko ini lama banget yaa? aku bisa saja kelilling komplek ini sambil menunggu jawabannya, aku tanya lagi dia:
    "Gimana mau gak?" dengan malu-malu dia bilang "mau" dan BOOM! disitu rasanya tidak dapat diungkapkan oleh kata-kata akhirnya aku dapat mendapatkan dirinya.

Dan pada awal yang indah ini aku berpikir kalo aku siap pacaran, itu artinya secara tidak langsung aku juga harus siap disakitin, karena setiap pertemuan pasti ada perpisahan, karena aku tidak tahu yang akan terjadi hari ini, esok, atau setahun kedepan, yang aku tahu hanya kemarin. Kini hari-hariku indah ada orang yang bisa aku perhatiin atau merhatiin aku, bisa bikin aku seneng.
    Hampir tiap pagi aku ngucapin selamat pagi, kalo dia mau tidur yah bilang selamat tidur dan mimpi indah dan hal-hal mendasar seperti itu.
Aku dan Resti sering bertemu di warung kesukaan kami yang terletak di belakang komplek ini. Kami sering mengobrol di tempat itu sampai berjam-jam, rasanya hampir tiap hari aku dan Resti singgah dulu disana selepas pulang sekolah, untuk mengobrol sambil makan seblak, seblak adalah makanan kesukaannya, aku pun jadi ikut-ikutan suka, gara-gara dia sih. Dan kami pun sering berkeliling Bandung hanya untuk mencari seblak mana yang paling enak di kota ini. Ternyata menurut kami, seblak paling enak itu ada di daerah Kurdi.
Itulah sekilas tentang makanan kesukaannya.

Hampir tiap hari juga sih aku dan Resti bertemu, karena kami suka pergi sekolah bareng dan pulangnya juga bareng lagi. Dia pun sering main kerumahku karena memang keluargaku terbuka orangnya dan dapat menerima dia apa adanya. Itu berbanding terbalik dengan keluarga Resti, keluarga dia sepertinya tidak senang denganku entah apa apalasannya, perasaan.. aku gak pernah buat salah deh, tapi mereka (orang tua Resti) sepertinya tidaksuka sekali kepadaku, itu terbukti dari cerita-cerita yang sering Resti ceritakan kepadaku. Itu juga sih yang menghalangi hubungan kami berjalan dengan baik.

Oh iya, kami berdua sekolah di SMA yang berbeda, jadi hampir tiap hari aku antar dia ke sekolah dengan ngebut-ngebutan karena memang jarak sekolah kami yang jauh lalu jarak sekolah resti dengan sekolahku juga jauh, maka dari itu aku harus ngebut, biar gak kesiangan he he.
Tanpa di sadari karena kami berangkat sekolah selalu bareng, akhirnya aku yg harus menjadi korban, karena aku harus nganter dia dulu sebelum aku ke sekolah, sampai rasanya tiap hari aku kesiangan, aku di hukum, sampai-sampai aku di beri surat peringatan karena setiap hari telat datang ke sekolah, tapi gak apa-apa lah demi Resti.
Pulang sekolah pun sama, aku harus ngebut juga, karena biar dia gak terlalu lama nunggu aku, suka bete juga dia kalo aku lama, padahal kan emang jaraknya juga jauh ya:(

Begitulah kurang lebih keseharian kami di masa sekolah dulu kegiatannya itu-itu aja karena kami siswa Sekolah Menengah Atas yang tidak bisa mengubah keseharian kita selain sekolah, membosankan sih, tapi seru, indah apalagi kalo ada Restinya

Ribut di jalan
Hari itu seperti biasa aku dan resti pergi ke sekolah bareng, karena saat itu memang motor aku di modif racing-racingan wkwk, rasanya hampir tiap hari aku balap-balapan di jalan, bukan aku sok jagoan atau ingin balapan, karena kurang lebih jarak sekolah itu sekitar 15km dari rumah, belum lagi harus nganter Resti dulu.
Hari itu kami berpapasan dengan anak sekolah juga di jalan, dia pun sama nyetir motornya gila, saling salip, saling gunting, sampai akhirnya aku kesel banget, dia ngebahayain kami, bisa jadi bikin celaka.
Akhirnya aku sejajarkan motorku dan motor anak sekolah itu
    "Woi kalo bawa motor yang bener, bisa bisa bikin celaka" begitu kataku
Dia diam, gak berkata apapun lalu aku lanjut mengendarai, dia makin makin nyebelin, seolah dia nantangin aku, akhirnya aku tegur lagi dia
     "Woi kamu apa maunya sih? Kamu ngajak ribut? Berhenti sekarang, kepinggir"
Dia gak respon juga saat itu, dan dia malah sengaja nabrak aku dari belakang, akhirnya aku sejajarin lagi motorku, aku tendang dia
     "Berhenti woi, ngajak ribut yah kamu"
Akhirnya dia menepi, aku juga menepi, tanpa basa basi langsung aku pukul wajahnya, dan keributan pun tak terbendung.
Lalu tak lama kemudian aku di lerai oleh warga dan pengemudi lain yang berhenti juga, akhirnya aku lanjutin perjalanan lagi, setelah beberapa menit aku melaju, dia nyusul lagi, langsung tanpa basa-basi dia nendang aku, aku kejar lagi dia, aku balas tendang stang kemudinya, akhinya dia jatuh dari motor, dan aku tancap gas sampai sekolah Resti.
Hari itu resti marah banget, aku gak bisa apa-apa
     "Kamu kebiasaan deh, tiap pagi pasti ribut terus, aku gak mau pergi bareng kamu lagi"
     "Maaf, tadi dia ngebahayain kita makannya aku kesel banget, aku gaakan gitu lagi"
     "Tuh kan jadi berdarah tangan kamu"
     "Iya gak apa-apa cuman dikit"
Saat itu tangan aku berdarah akibat perkelahian, akibat aku mukul dia sih, tapi sisanya gapapa aman.
Hari itu masih sangat aku ingat sampai hari ini karena suatu tragedi yang tidak bisa di lupakan.

Touring Motor Bareng
Saat itu lagi musim-musimnya motor-moran, aku dan teman teman kompleksku berencana touring bareng ke salah satu tempat wisata di kabupaten bandung, hari itu aku ajak Resti juga untuk ikut, akhirnya dia mau.
Kami berangkat pagi-pagi, ada banyak sekali yang ikut waktu itu, berapa motor ya aku lupa pokonya banyak, aku sedikit lupa detail cerita saat itu karena aku melanjutkan cerita ini setelah kurang lebih 9 tahun kemudian.
Sesampainya kami di tempat wisata, kami semua membeli mie instan untuk sarapan, kopi dan susu hangat untuk menghangatkan badan karena cuaca di sana cukup sejuk.
Setelah selesai sarapan aku dan Resti berkeliling sebentar di sekitar sana ternyata ada danau, lalu di tepi danau ada kursi dari bambu yang di buat oleh masyarakat setempat, kami duduk disana, lalu berbincang
     "Res, makasih ya udah nemenin hari-hari aku, walau gak selalu senang atau ketawa isinya random banget, kadang lagi seneng tiba-tiba gak lama kita marahan ha ha..."
     "Iya gak apa-apa Roy, makasih juga udah bisa bertahan maklumin juga sabar ngadepin aku"
     "Manusia memang sering berubah, hari ini aku penting buat kamu, tapi besok mungkin aku gak berarti lagi buat kamu"
     "Maksudnya Roy?"
     "Hanya perumpamaan"

Jika Hati Yang Terluka, Mengapa Mata Yang Harus Meneteskan Air Mata?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang