Aku ingat hari itu, air meninggi, kirimanku tak bisa sampai kesini, dan aku terkena muntaber karena kebanyakan minum air payau yang dibawa laut kemari, aku bingung, badanku lunglai, tapi aku harusnya ke kota mengambil kotak-kotak ajaib kiriman teman-temanku, seminggu sudah aku terbaring tak bertenaga, aku menangis bukan meratapi sakitku, tapi sedih karena takut kirimanku hilang di kota sana. Aku tak bisa menyuruh warga dusun kesana, mereka bilang mereka takut melihat orang-orang kota.....dan di saat itulah dia tiba, manusia ajaib dari kota. Aku dengar sayup di sela dinding kayu ada tamu datang ke rumah kepala dusun, membawa banyak barang, namun aku tetap tidak tahu dia siapa. Pintu kamarku terbuka pelan, ibu asuhku masuk memegang keningku apa mulai mereda panasnya atau belum, dia membisikkan aku sesuatu, ada laki-laki dari kota mencariku sambil membawa sesuatu, dan sekarang sedang menungguku di ruang tamu, karena di adat mereka laki-laki tidak boleh masuk ke kamar wanita kecuali istri atau keluarga kandung. Dengan langkah pelan aku menemuinya di ruang tamu di depan mulut kamarku, laki-laki tinggi berkulit terbakar matahari, kulitnya legam berona merah, saat itu dia memakai pakaian serba hijau dengan logo organisasi perlindungan hutan di dada kiri, dia bilang paketku sudah beberapa hari belum diambil, dan dia tahu siapa pemiliknya karena dia selalu memperhatikan saat aku datang mengambil kiriman itu ke kantor pos di kota terdekat dari dusunku. Namanya Tama, Kantornya tepat di seberang kantor pos, mungkin celana tidur plus kaos hadiah dari toko cat yang aku pakai sempat menarik perhatiannya....mungkin, dan dia bilang semenjak pertama kali kedatanganku ke kantor pos itu dia selalu mengingatku. Dan pekan itu aku sakit dia melihat paketku tergeletak di ruang tengah kantor pos, semua tahu musim pasang datang akan banyak paket barang yang tidak terkirimkan, tapi itu sudah lebih dari seminggu tergeletak tanpa pemilik, karena sang pemilik sedang terkena muntaber akut. Dia menemaniku membuka dua kardus besar berisi buku dan beberapa t-shirt yang dikirimkan kakakku yang baru saja diterima magang di swalayan besar dekat rumahku di kota, akhirnya kaos-kaos bergambar partai atau kaleng-kaleng cat milikku terganti juga dengan kaos-kaos bergambar band yang lagunya sama sekali aku tak tahu. Lalu ada satu box lagi, tapi pengirimnya aku tidak kenal, dia bilang itu hadiah darinya, temannya di Jakarta punya percetakan, banyak buku-buku gagal sebar karena ada kesalahan cetak sedikit di bagian sampul, dia menawari aku apakah mau menampung, dan aku hanya tersenyum lebar mendengarnya, tentu saja aku terima, toh sampulnya kan yang gagal cetak, itupun hanya sedikit, namun isinya tetap utuh, dan itu yang terpenting. Dan semenjak hari itu setiap dua pekan sekali Tama datang dengan kardus-kardus buku kiriman temannya ditambah kiriman yang memang tertuju untukku, dia memberiku bahagia yang lebih....entah apa bentuknya, tapi biarkan aku mengecap tanpa perlu mencari tahu ini apa.
Sekarang "Balai Serba Tahu" bertambah menjadi dua, banyak buku yang tidak lagi tertampung di satu atap, Tama menjadi bagian terpenting dalam proses kloning itu, mungkin Tuhan yang mengirimkannya sebagai bala bantuan saat aku mulai kewalahan menghadapi keingin tahuan warga dusun tentang semua hal, mungkin buku-bukumu bentuk cintamu, entah untukku, untuk dusun hilir sungai yang tak terjangkau sinyal televisi, atau untuk siapapun yang mulai tidak aku pikirkan, yang penting kamu sudah hadir, dan perjuanganku tidak lagi terasa getir, kamu terjebak di medan laga ini bersamaku, suka atau tidak kamu sudah tidak bisa lagi keluar dari lingkaran ini, karena ada yang akan terlunta saat kamu tak ada, aku.

KAMU SEDANG MEMBACA
KAPAL KAYUMU TAK MERAPAT HARI INI (chapter 1)
Short StoryKapal kayumu tak merapat hari ini, kupandangi terus teluk temaram itu sedari tadi. Aku kehabisan energi, energi yang terembun dari panas tawamu, dari hangat tarian-tarian lucumu. Sembilan senja harusnya tak cukup lama, tapi tidak bagiku....kenapa in...