KAPAL KAYUMU TAK MERAPAT HARI INI (chapter 4)

3 1 0
                                    

Kini kami punya perpustakaan kecil tempat mereka berburu buku, beberapa temanku mengirimkan aku buku dari kota, ruang kecil untuk mereka bertanya saat mereka ingin tahu sesuatu tapi untuk bertanya padaku di depan teman-temannya mereka malu, mereka bilang ini "Balai Serba Tahu", aku bahagia bisa membangun ini dari sisa-sisa kayu perahu, dan selalu hidup dua puluh empat jam tanpa kesepian, untuk anak-anak membahas james cook orang mana, sampai untuk sekedar bapak-bapak dusun bermain kartu sambil menjaga ternak di malam hari. Sesekali mereka bertanya apakah aku punya buku tentang hewan atau tanaman, lalu meminta aku membaca dan menceritakan kepada mereka karena keterbatasan mereka untuk bisa membaca, mungkin siang hari mereka malu memintaku di depan anak-anak kecil, dan di larut malam inilah aku bisa berinteraksi nyaman dengan orang-orang tua di dusun ini, di teras kecil di depan "Balai Serba Tahu" sambil menikmati kopi pahit hasil sangrai sendiri dan beberapa potong rebusan ubi.
Semua ini bukan tanpa masalah, kadang datang air pasang yang datang dari laut masuk ke sungai kami, air meninggi, dan tak ada kapal kayu dari kota bisa merapat kemari, dan kirimanku harus aku ambil ke kota yang jaraknya Sembilan jam perjalanan air, bukan jalur yang mudah untukku yang tidak terbiasa terduduk lama di atas perahu. Sepanjang perjalanan aku harus menjaga tumpukan dus-dus yang berisi buku-buku kiriman teman-temanku, kadang mereka menyelipkan beberapa cemilan dari kota di dalamnya, atau sekedar stiker-stiker yang bisa menyala di kegelapan, lucu sekali, aku tempel itu di dinding perpustakaan. Dan sesampainya di dusun aku disambut manusia-manusia yang mulai mencintai buku, manusia-manusia yang sebelumnya menganggap ilmu hanya angin lalu, yang skala prioritasnya masih kalah dibanding garam dan batu baterai untuk menghidupkan radio kecil di balai desa yang hanya bisa menangkap sinyal radio siaran nasional milik pemerintah, dan itupun karena ada bantuan antena kecil berbahan kawat tembaga yang mereka pasang di ujung pohon tertinggi dekat balai desa.

KAPAL KAYUMU TAK MERAPAT HARI INI (chapter 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang