Oh iya buat tulisan yang bercetak miring itu berarti flashback iya . semoga ceritaku gak semakin ngambang iyaa wkwk.
No plagiat iya :) hargai kerja keras orang yang berpikir untuk menghasilkan karya yang bagus :)--
"Echa,,, echa,,, echa,,,echa"panggil seorang anak lelaki yang berumur 9 tahun di depan rumah besar yang sangat minimalis. Tak lama pintu rumah tersebut terbuka menampilkan sesosok gadis kecil dengan rambut yang diikat dua tengah berlari menghampiri anak lelaki yang memanggilnya tadi.
"Itor, udah pulang?"tanya gadis kecil itu setelah berada di hadapan anak lelaki yang memanggilnya tadi "udah, itor udah pulang, nungguin itor iyaa?"tanya anak lelaki bernama itor tersebut sedikit sedih
"Iya, echa nunggu itor dari kemaren. Echa kangen itor, kenapa sih itor pergi ke rumah sakit terus? Itor sakit?"cemas gadis kecil bernama echa tersebut membuat itor menggelengkan kepalanya "tidak echa, itor sangat sehat dan akan terus ada di samping echa apapun yang terjadi karena itor sayang echa"ucap itor tulus namun menyiratkan kesedihan di matanya
"Eemh, echa juga sayang itor sangat sayang. Jangan pernah tinggalin echa iya itor, echa gak akan sanggup kalo itor gak ada"ucap echa sembari memeluk itor erat "iya itor janji gak akan ninggalin echa, apapun yang terjadi"ucap itor sambil membalas pelukan echa tak kalah erat
--
Untuk kesekian kalinya erika menghela napas, lagi-lagi dirinya berada di ruang BK karena terlibat pertengkaran dengan temannya diandra.
"Erika, diandra sudah berapa kali bapak mengingatkan kalian? Ini udah ke sekian ratus kali bapak mengingatkan"ucap seorang guru BK yang sudah sangat hapal dengan kelakuan erika dan diandra, dia adalah pak ridwan yang banyak di takuti orang karena wajahnya yang judes dan juga tidak pernah tersenyum. Pak ridwan masih dapat dikatakan ganteng untuk di umurnya yang mungkin semakin tua, dengan tinggi 178, hidung yang muncul, kulit yang putih dan juga kumis tipis yang membuat siapa pun yang melihatnya pasti menjadi tergila-gila, namun sayang wajahnya membuat dia di cap tidak baik.
"Pak gak usah lebay deh, kita kesini juga baru 9 kali"jawab erika yang memang akan sedikit mengurangi kecuekannya di depan pak ridwan, karena memang erika menganggap pak ridwan ini sudah seperti kakaknya sendiri "apa kamu bilang? 9 kamu bilang hanya? Hei itu sudah banyak, kalian berdua gak bosen bolak balik masuk ruang BK? Saya saja yang melihat kalian berdua setiap hari saja sudah bosan"ucap pak ridwan
"Maaf pak, kalau bukan karena dia saya tidak akan pernah berada di ruangan ini"ucap diandra sini pada erika "ckck, gak salah? Bukannya lo yang nyari gara-gara duluan? Hah emang ya, orang salah gak akan pernah ngakuin kesalahannya, terlalu munafik"ucap erika yang tak kalah sinisnya
"Lihat pak, dia yang memulai duluan bukan saya"ucap diandra pada pak ridwan yang sedari tadi menggelengkan kepala melihat tingkah laku kedua muridnya yang seperti anak kecil "dengar iya, bapak sudah bosan untuk memberi kalian hukuman, kalian sudah melakukan semua hukuman yang berat dan masih saja kalian melakukan perbuatan yang sama berulang kali. Bapak bingung, kalian ini kenapa? Dulu kalian tidak seperti ini kan? Malah bapak liat kalian sangat akrab seperti saudara kembar"seru pak ridwan yang sama sekali tak di dengar oleh erika maupun diandra karena memang pak ridwan selalu mengatakan hal yang sama ketika mereka berada di ruang BK
"Pak bisa gak segera kasih kita hukuman? Saya capek dengerin ceramah"ucap erika yang langsung mendapat pelototan dari pak ridwan "hhrr... Baiklah, untuk 1 bulan kedepan saya tidak mau ada keributan lagi, kalau bisa seterusnya karena kalau sampai kalian membuat keributan bapak akan menskors kalian selama 3 bulan dan kalian tau kalian tidak akan mendapatkan materi tambahan untuk UN. Bagaimana?"tanya pak ridwan pada erika dan diandra yang cukup kaget
"Kalo saya mah, dia gak buat saya marah iya keributan gak akan pernah terjadi"jawab erika cuek "baik pak kita gak akan membuat keributan"jawab diandra
"Bagus, kalau begitu kalian boleh keluar dari ruangan saya"ucap pak ridwan yang langsung membuat erika dan diandraa berdiri dari tempat duduknya dan keluar dari ruangan tersebut.
--
Erika lebih memilih untuk tidur di atas mejanya dari pada mendengarkan ocehan dari gurunya yang tiada habisnya. Pusing di kepala erika sedari tadi membuatnya enggan untuk membuka matanya, entah kenapa sejak keluar dari ruang BK kepalanya kembali merasakan sakit. Beberapa hari ini erika merasa ada yang tidak beres dengan dirinya, hanya saja erika sangat malas untuk memeriksakan keadaannya."Ka, aku mau bicara sama kamu"ucap pria bernama brian yang tak lain adalah sahabat erika, erika dengan perlahan menegakkan badannya untuk melihat brian "mau ngomong apa?"tanya erika sedikit tajam
Setelah brian mengatakan perasaannya pada erika, erika semakin menjauh dari brian menjaga jarak pada sahabatnya ini. Entah erika merasa itu yang terbaik untuk dia dan brian.
Brian duduk di bangku samping erika yang kosong karena memang ini waktunya jam istirahat "aku minta maaf"ucap brian menatap erika yang mengerutkan dahinya tak mengerti "maaf untuk apa?"tanya erika yang memang tidak mengerti dngan ucapan brian
"Aku minta maaf karena ucapanku waktu itu, aku gak tau karena ucapanku kamu menghindar dari aku. Aku bener-benr minta maaf ka. Please jangan ngejauhin gue ka"ucap brian yang membuat erika akhirnya mengerti
"Aaah, gue udah gak mau bahas masalah itu. Lagian juga gue udah lupa"jawab erika membuat brian tersenyum getir "apa gak ada satupun perasaan buat gue ka?"tanya brian yang kecewa
--
Aaaah kayaknya gak ada feel banget iyaa.