Raka menurunkan Freya perlahan dari bahunya. Ia memastikan gadis itu mendarat dengan baik di permukaan lantai lift. Raka menatap Freya, mencari sesuatu dari balik mata gadis itu. Namun sebelumnya ia harus menanyakan tujuan Freya.
"Ke mana?"
"Perpustakaan lantai 5," jawab Freya singkat.
Raka memencet tombol lift, kemudian ia bersandar pada dinding lift. Ia melihat ke arah Freya, gadis itu berada di seberang dirinya. Tubuh Freya seakan terpaku di sana tidak ada gerakan sedikitpun, justru matanya yang bergerak kesana kemari dengan gelisah.
"Kau yakin bijaksana melarikan diri dari Ryu?"
Freya tersenyum getir,."Berada di sana juga bukan tindakan bijaksana Raka."
"Sebenarnya apa yang terjadi Freya? Aku sempat mendengar sesuatu dalam perjalanan tadi ... Dan sepertinya malah lebih buruk dari yang kuduga."
"Kurasa juga begitu."
Bunyi ting terdengar, penanda mereka sudah sampai di tempat tujuan. Freya keluar dari lift dengan terburu-buru meninggalkan Raka disana, namun pria itu tetap setia mengikutinya.
"Kita harus cepat, sebelum Ryu tiba di tempat ini," kata Freya dengan langkah yang terburu-buru.
"Kupikir Ryu tetap akan menemukanmu disini."
"Tidak."
Raka meragukan hal itu, tapi semuanya sirna saat mereka tiba di salah satu sudut perpustakaan. Freya mengambil sesuatu dalam sakunya kemudian membuka pintu berwarna cokelat mengkilap dengan perlahan. Raka tidak tahu bahwa Freya mempunyai tempat bersembunyi yang sangat sempurna. Saat masuk ke dalam ruangan itu Raka mendapati barang-barang mengagumkan yang berada di tempat ini. Salah satunya lukisan-lukisan indah yang menghiasi dinding berwarna peach itu.
"Sepertinya ruangan ini bukan milikmu sebelumnya."
"Kau benar, ini milik Kikka," kata Freya setelah mengunci kembali pintu cokelat itu.
Raka merebahkan dirinya di sebuah sofa kulit yang kelihatan begitu nyaman. Membiarkan dirinya rileks setelah semua ketegangan yang ia lalui.
"Jadi kali ini apa yang terjadi?" tanya Raka sambil merentangkan tangannya ke sekitar sofa.
Freya berjalan perlahan menuju kursi dari anyaman bambu, walaupun setelah terduduk disana ia tetap merasakan ketegangan yang menyebar di sekujur tubuhnya.
"Mungkin ceritanya hampir seperti yang kau dengar. Ada sebuah artikel mengatakan aku menggoda Miki karena aku begitu takut Ryu tidak akan memilihku. Ryu marah besar dan mengancam si penulis artikel. Lalu dalang dari artikel itu menunjukkan dirinya." Freya memejamkan mata sejenak.
"Dan?"
"Alin Laniana datang bersama sepupunya, Miki ..." Freya terdiam sebelum melanjutkan kembali, "Lalu aku menyadari sesuatu. Bahwa sebagian hatiku masih bersama Miki, dan hal itu akan menyakiti Ryu."
Raka mendongak saat mendengar penuturan Freya, "Freya, kau sadar apa yang kau ucapkan barusan?"
"Tentu. Dan aku bertanya bisakah keadaan menjadi lebih buruk lagi?" Freya menatap Raka, kemudian menggelengkan kepalanya. Berbagai pemikiran berkecamuk dalam kepalanya. Seperti misil-misil yang terus diarahkan kepada dirinya.
Raka bangkit dari tempat duduknya, berjalan menghampiri Freya. Sesampainya di.sana ia berlutut di depan gadis itu. Memegang tangan Freya yang ia kepal kuat-kuat, menatap mata gadis itu yang sibuk melihat ke bawah.
"Apa yang bisa kulakukan untukmu?" tanya Raka.
Freya menggelengkan kembali kepalanya. "Tidak ada Raka. Dari awal semuanya adalah kesalahanku. Mengapa aku tidak memikirkan lebih masak-masak setiap mengambil keputusan. Kebimbanganku telah menyakiti begitu banyak orang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eye of Heart [COMPLETED]
RomanceBuku Pertama dari Trilogi Heart Series Book I - Eye of Heart [Completed] Book II - Pieces of Heart [Completed] Book III (Final) - Secret of Heart - Revealed [On Going] SUDAH DIREVISI KALAU MASIH ADA TYPO HARAP MAKLUM :' 15+ Warning *** Kadang kemat...