|Tokyo, 20:30 PM|
"Aku tidak bisa melanjutkan ini lagi, maafkan aku"
Satu kalimat. Hanya satu kalimat, tetapi satu kalimat tersebut kian terngiang-ngiang didalam pikiranku, Enomoto Haru. Teringat jika aku baru saja diputuskan oleh orang yang sangat aku sayangi. Air mataku berjatuhan bak hujan gerimis saat musim hujan. Mataku pun terlihat sembab karena menangis sejak beberapa menit yang lalu.
Aku rasa aku harus menguatkan diriku dan menenangkan diri. Tapi, hanya saja aku merasa ini begitu cepat bagiku. Orang yang aku sayangi memutuskan hubungan kami dengan tanpa alasan. Setidaknya berikan aku satu alasan, mungkin itu akan menenangkanku. Huh.
Entah mengapa badanku terasa lebih ringan. Mungkin saja karena lelah sehingga badanku lemas. Aku melangkahkan kakiku ke arah kamar untuk mencoba istirahat dan tidur.
Keesokan harinya aku terbangun lagi. Aneh, aku terbangun saat matahari mulai tenggelam. Selama itu kah aku terlelap? Saat ini aku masih berbaring di tempat tidurku yang sangat nyaman untuk ditiduri.
Kepalaku sangat sakit saat seseorang mengetuk pintu kamarku.
'Tok tok tok'
Kaki mungilku turun menyentuh lantai.
"Eh?" ucapku
Aku merasakan ada sesuatu yang berbeda dari diriku.'Tok tok tok'
"Tunggu sebentar-" ucapku setengah berteriak. Aku melangkah kearah sumber suara dan membuka gagang pintu kamarku.
To be continued ❁
KAMU SEDANG MEMBACA
Wake Up, I Miss You
Short Story❁ Hidup itu seperti jeruk. Ya, asam manis. Kau tidak akan bisa menjalani hidup tanpa 'keasaman' didalamnya. Begitu pula Haru Enomoto yang memiliki kisah tragis yang menimpanya ketika berpisah dari orang yang ia sayangi ❁