───────────────────────❁ ❁ ❁ ❁
Aku duduk di kursi ketiga dari belakang. Udara yang kurasakan sangat hangat, namun sama sekali terasa tak nyaman. Suasana yang kurasakan sangatlah realistis sehingga aku sempat berpikir, apakah aku benar-benar bermimpi ataukah ini nyata?'Sekarang kereta akan berangkat"
Terdengar suara pengumuman dan keretapun mulai bergerak.Hatiku berdebar penuh antisipasi dan juga kegelisahan ketika aku membayangkan apa yang mungkin akan terjadi. Segera setelah kereta meninggalkan peron, kami memasuki sebuah terowongan. Cahaya ungu yang menakutkan menerangi terowongan.
'Ah! Sekarang aku ingat! Ini adalah terowongan yang ada di taman bermain yang pernah aku kunjungi saat aku kelas 3 SD! Aku pasti sedang memimpikan kereta monyet dan rumah hantu yang kerap kukunjungi saat itu. Ah, tak ada yang perlu ditakutkan kalau begitu.' Begitulah pikirku saat itu
Beberapa saat kemudian terdengar sebuah pengumuman yang bergema di udara.
'Berikutnya adalah ikizukuri! Ikizukuri!'
Ikizukuri? Bukankah itu makanan kesukaan ayahku dimana ikan diiris dan disajikan mentah hidup-hidup?
aku mendengar suara jeritan yang memekakkan telinga dari belakangku. Aku menoleh dan melihat empat orang cebol memegangi pria yang duduk di bangku terakhir. Setelah aku mencoba melihat lebih seksama, pria itu sedang dipotong-potong dengan pisau dan disiapkan seperti ikizukuri.
Tepat di belakangku ada seorang gadis berambut terurai panjang yang terlihat pucat. Dia terlihat lebih tua dariku beberapa tahun. Dia terlihat panik untuk beberapa saat, namun segera wajahnya terlihat tenang, seolah tak terjadi apa-apa.
aku baru menyadari, pria yang duduk di belakangnya sudah tak ada lagi. Namun darah dan potongan-potongan dagingnya masih tersisa. Sementara wanita yang ada di belakangku masih menatap hampa ke arah depanku.
'Berikutnya adalah di cungkil' lagi-lahi terdengar suara pengumuman, 'dicungkil!"
Beberapa detik kemudian, aku melihat dua dari orang-orang kerdil itu muncul dengan membawa sendok dengan tepi bergerigi. Mereka mulai mencungkil keluar mata dari gadis yang duduk di belakangku.
Wajah tanpa ekspresinya lenyap, digantikan dengan suara tangisan yang hampir merobek gendang telingaku. Bola matanya terlempar begitu saja dan bau darah yang sangat menyengat tercium tak tertahankan oleh hidungku.
Dengan sesaat aku mulai gemetar karena dihantui oleh rasa takut yang terus mengejarku.
Aku menoleh kembali pandanganku ke depan dan tau bahwa inilah saatnya untuk kembali. Aku tak mampu menahannya lebih lama lagi. Ditambah lagi, sesuai dengan urutan tempat duduk, akulah yang akan menjadi korban berikutnya. Entah nantinya aku akan di tumis atau di telan hidup hidup, yang terpenting adalah aku harus bangun sekarang juga.
Aku berkonsentrasi sekeras mungkin untuk bisa bangun. Bangun lah! Ayo bangun lah! Mama aku benar benar takut! Aku ingin bangun . . . .
Hanya itu yang kukatakan dalam hati oleh anak seusiaku.
Kali ini seorang cebol duduk di bawahku sambil memegang sebuah alat penjepit yang sangat aneh. Aku hanya bisa berasumsi bahwa itu adalah sejenis alat pencincang dari besi. Rasa takutku pun makin meningkat.
'Ini hanya mimpi! Bangun lah! Bangun lah! Aku benar benar takut sekarang! ' batinku dalam hati seraya berdoa agar aku segera bangun sekarang juga.
Saat itu aku sangat yakin.
Aku sangat yakin aku akan mati.To be continued 🙈
KAMU SEDANG MEMBACA
Wake Up, I Miss You
Short Story❁ Hidup itu seperti jeruk. Ya, asam manis. Kau tidak akan bisa menjalani hidup tanpa 'keasaman' didalamnya. Begitu pula Haru Enomoto yang memiliki kisah tragis yang menimpanya ketika berpisah dari orang yang ia sayangi ❁