Dream

79 2 0
                                    

──────────────────────

Aku tidak tahu bagaimana cara mengatakannya. Tapi, mau tak mau aku harus menjelaskannya atau lambat laun Evans pasti tau yang sebenarnya.

Ya, inilah aku. Haru Enomoto. Haru Enomoto yang tewas tiga hari yang lalu. Ya, aku hanyalah seorang arwah. Arwah yang patah hati. Lucu bukan? Tanpa aku sadari, aku telah berbeda alam dengan orang yang sangat aku sayangi. Tanpa aku sadari aku tertidur sangat lelap saat evans memutuskan hubungannya denganku. Sangat lelap.

Bagaimana aku harus menjalani ini? Hukuman apa yang telah Tuhan berikan kepadaku?

❝Haru?❞
Sapaan Evans memecahkan lamunanku. Wajah polos Evans semakin membuatku tidak tega untuk mengungkapkan yang sejujurnya. Tetapi, bagaimana Evans bisa melihatku? Atau dia indigo?

Ah sekarang aku mengerti.
Secara tidak sadar, aku menariknya agar bisa melihatku. Ya, agar aku bisa pergi dengan tenang. Dengan penjelasan nya mungkin aku sudah bisa tenang dan merasa sangat lega. Tapi bagaimana cara aku mengikhlas-kan mu untuk tidak bersamaku lagi? Rasanya benar-benar sesak saat memikirkannya. Entah bagaimana caraku untuk menyembuhkan rasa sesak ini. Tetapi seharusnya aku tau, Evans lah yang lebih menderita dariku.

Aku menghembuskan nafasku dengan berat dan mencoba menenangkan diriku. Hei, ini sangat sulit. Tidak semudah membalikan telapak tangan.

❝Haru?❞ evans memecahkan lamunanku.

❝Sedari tadi kau melamun, apa yang terjadi? Apa ada masalah, hm?❞ lanjut evans.

❝Evans . . .❞

Bibirku bergemetar seakan tak sanggup untuk mengatakannya, mataku perih seakan tak bisa menahan air mata lagi, tanganku lemas seakan sudah tak sanggup lagi untuk mengusap air mata.

Aku melihat wajah Evans yang sedari tadi menunggu penjelasanku.

❝Evans . . .
Kita sudah berbeda alam❞

Aku dapat merasakan raut wajah Evans yang terkejut tidak percaya. Lalu ia menimpaliku dengan tawa kecil, seakan pernyataanku adalah sebuah lelucon tengah malam.

❝Evans, aku tidak sedang bercanda❞

Kini kami saling bertatapan. Perlahan tawa kecilnya surut dan memandangku dengan lekat. Aku tidak bisa menebak bagaimana raut wajahnya sekarang, karena raut wajahnya seperti antara percaya dan tidak (mau) percaya.

Ya, lagi pula siapa yang ingin percaya jika kenyataannya adalah aku sudah meninggal karena hal yang menurut orang banyak itu adalah mitos belaka.

❝Aku mengalami monkey dream.

Sekarang wajah Evans memucat. Seperti tidak menyangka hal itu akan terjadi lagi padaku.

❝tidak kah kau berhasil selamat dari mimpi menyeramkan itu, Haru? Itu bahkan sudah beberapa tahun yang lalu❞ sangkal Evans dengan nada suara yang bergetar

Kau tau monkey dream? Tidak?
Akan ku jelaskan.

Saat aku SD─kurang lebih kelas 5 SD─aku mengalami mimpi yang sangat aneh. Dan ini adalah mimpi yang sangat kelam bagiku. Saat itu aku terlihat menunggu di sebuah stasium kereta hingga akhirnya aku mendengar suara seorang pria dari speaker pengumuman.

'Kereta akan datang sebentar lagi. Jika anda menaikinya, anda akan tau bagaimana rasa takut yang sesungguhnya'

Itulah yang terdengar dari speaker pengumuman tersebut. Menyebutnya sebuah kereta mungkin sedikit berlebihan. Benda tersebut lebih mirip seperti sebuah kendaraan karnaval. Kereta itu seperti kereta yang ada di pasar malam dan dihiasi oleh gambar-gambar monyet. Ada beberapa orang dewasa yang terlihat pucat duduk di dalamnya.

Saat itu aku berpikir ini adalah mimpi yang sangat aneh, aku tidak mengetahui apa maksud mimpi ini. Tapi saat itu aku hanya ingin melihat seberapa menakutkan mimpi ini, jadi aku memutuskan untuk naik kereta itu. Dan aku berpikir, jika aku takut aku akan segera bangun dari mimpi ini, karena aku tau bahwa ini adalah lucid dream.




To be continued 👽

Wake Up, I Miss YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang