Letter [Kim Seok Jin's Side]

318 15 1
                                    

Choi Eun Hwa mengumpat kesal. Ia melangkah dengan cepat sesekali merapikan buku-buku yang dipegangnya. Hari dimana seharusnya mata kuliahnya berlangsung tepat pukul 10 pagi, secara mendadak dimajukan pada pukul 7 tepat. Hey, ayolah! Eun Hwa hanya ingin bersantai sejenak. Skripsi, tugas yang menumpuk membuatnya butuh istirahat barang sejenak.

----

Kelas telah usai sejak 20 menit yang lalu, tetapi Eun Hwa masih berkutat dengan buku-buku yang ada didepannya. Mr. Jung tidak segan-segan memberikan tugas merangkum buku tentang Sejarah Perkembangan Ekonomi yang harus dikumpulkan 2 hari lagi.

Eun Hwa menghela nafas dengan kasar, kepalanya serasa berputar. Ia kemudian membereskan semua peralatan yang berserakan di meja. Bahkan melihat benda-benda ini, membuat gadis bersurai cokelat ini kalap seketika.

Eun Hwa berjalan perlahan di koridor campus. Pikirannya melayang entah kemana. Bahkan gadis ini hampir menabrak beberapa orang yang berlalu didepannya. Eun Hwa membuka loker dan menemukan sesuatu yang jatuh meluncur dari arah lokernya.

"Lagi?" gumam Eun Hwa sembari mengambil surat berukuran kecil berwarna kuning pastel. Ia heran, beberapa hari ini ada seseorang yang gemar mengirimkan surat untuknya. Eun Hwa berfikir, mungkin ia memiliki seorang penguntit?

Dapat dipastikan isi surat tersebut. Kata-kata yang sama, tak jauh beda dengan surat-surat sebelumnya.

'Hi, aku menunggumu di taman belakang campus. Kuharap, kau datang hari ini. Semoga harimu menyenangkan Eun Hwa-ya.'

Ada nada bersahabat didalam surat ini. Eun Hwa tak pernah menggubris siapa pengirim dari surat-surat ini. Ia hanya tak mau mencari tahu tentang semua itu. Siapa yang tahu, jika surat itu hanya dikirimkan kepada Eun Hwa, bermaksud untuk menjahilinya.

Eun Hwa memutuskan untuk mengerjakan tugas Mr. Jung di perpustakaan hari itu juga. Ia tidak ingin waktu tidurnya tersita hanya karena tugas-tugas terkutuk ini.

Brukk

Eun Hwa terhuyung. Mungkin saat ini, ia akan merasakan sakit di bokongnya jika saja tidak ada tangan yang dengan sigap menangkap tubuhnya.

"Apa kau baik-baik saja?" Suara seorang pria. Berambut hitam legam, tubuh yang tegap, dan mata berwarna cokelat gelap. Itulah yang ditangkap indera penglihatan Eun Hwa saat ini.

"A... Aku baik-baik saja." Eun Hwa yang sedikit terpana, mulai tersadar dan bangkit. Suasana menjadi canggung. Eun Hwa merapikan baju dan rambutnya. Sedangkan pria yang menyelamatkannya, hanya tersenyum kaku.

"Kau mau kemana?" tanya pria itu, berusaha memudarkan rasa canggung antara mereka berdua.

"A... Aku ingin ke... Perpustakaan. Masih ada beberapa tugas yang harus dikerjakan." Eun Hwa tidak menghiraukan nada bicaranya yang mungkin terdengar aneh di telinga Seok Jin, pria yang cukup terkenal di campusnya.

Seok Jin tersenyum, terlalu manis untuk pria seukuran dirinya. Eun Hwa bahkan heran, jika masih ada seorang pria yang ternyata memiliki senyum sebegitu menawan.

----

Eun Hwa menguap. Ia kemudian meregangkan badannya. Siapa yang tahan, duduk selama beberapa jam lamanya, berkutat dengan buku-buku tebal yang membuat kepala mendadak mendapat rasa pusing yang berkepanjangan.

Eun Hwa melangkah keluar dari perpustakaan. Berjalan pelan menyusuri koridor campus yang telah lenggang karena hari mulai menjelang malam. Eun Hwa memutuskan duduk di bangku taman belakang. Rasanya, matahari yang kian berwarna jingga terlalu sayang untuk dilewatkan.

Setelah beberapa saat dilingkupi suasana yang tenang dengan angin yang kini berhembus pelan, Eun Hwa teringat dengan pengirim surat-surat yang akhir-akhir ini diterimanya. Ia mengedarkan pandangannya. Kemudian tersenyum geli saat mendapati hanya ia seorang di taman itu.

"Sudah kuduga, dasar anak-anak jahil." Gadis itu bergumam. Eun Hwa beranjak dan terkejut mendapati bahwa ada seseorang yang duduk berseberangan dengan arah duduknya.

Kim Seok Jin.

Pria itu kini duduk dan nampak fokus dengan sesuatu dipangkuannya. Eun Hwa yang penasaran, akhirnya memberanikan diri mengintip sedikit dari balik punggung Seok Jin.

Sedetik kemudian, tubuhnya membeku. Matanya membulat sempurna. Sesuatu yang dilihatnya terlalu mustahil untuk diolah oleh pikirannya.

Surat itu, tulisan itu, tulisan yang sama persis dengan surat yang Eun Hwa terima.

"Seok Jin... Kau..." ucap Eun Hwa gemetar. Ini mustahil, sungguh!

Seok Jin terlonjak kaget. Ia dengan gugup berusaha menyembunyikan surat berwarna kuning pastel dibelakang tubuhnya.

Eun Hwa dapat menyimpulkan semuanya. Hal ini terpampang jelas dengan respon tubuh Seok Jin yang kini semakin gugup. Bagaikan seorang anak yang tertangkap basah berusaha mencuri kue buatan ibunya.

Eun Hwa menggeleng, "Ini tidak mungkin," gumam gadis bersurai cokelat ini. Ia mundur perlahan. Membekap mulutnya dengan tangan.

Seok Jin terdiam. Ia perlahan mendekat ke arah Eun Hwa, menggenggam tangannya dengan lembut.

"Eun Hwa-ya, aku mencintaimu...."

Saat itu juga, Eun Hwa merasa bahwa surat yang sejak dulu diterimanya, berbicara langsung kepadanya. Menyatakan perasaan yang entah kenapa, membuat dadanya berdesir. Dengan perasaan yang hangat memenuhi hatinya.

----

TBC, voment pleaseu u,u saya tdk tau apa ini .__. Adakah Seok Jin's stan disini?😄

FLUFF [BTS VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang