Terbit

56 3 0
                                    


Pagi itu, pagi sebelum matahari terbit. Kewajibanku untuk membuka mata sudah tertuntut. Aku harus pergi sekolah. Jujur, malas. Seperti belenggu terus menggelantung dibadanku. Kalau bukan karena Bunda, tidak akan aku pergi ke sekolah. Bukan karena aku benci sekola ataupun guru dan mata pelajarannya. Namun suasana baru yang akan aku rasakan dengan adaptasi yang entah bisa aku lakukan atau tidak. Benci suasana baru dan benci sekolah yang sudah ku tinggal.


Aku turun dari kamarku dan sudah rapih dengan seragam baruku. Aku sudah melihat Bunda menungguku di meja makan. Tapi aku belum melihat bang Zidane di meja makan. "Abang kemana bun?" Tanyaku pada bunda. "Eh Arine sudah turun. Sini duduk samping bunda kita sarapan. Abang kamu susah itu dibangunin. Padahal hari pertama dia kuliah. Beda ya dengan adeknya yang semangat sekali mengawali hari pertama masa SMA nya." Ucap bunda sambil melirikku sedikit menggoda. Jika saja bunda lebih mengerti. Aku belum siap untuk menjalani masa SMA. Aku masih ingin bernakal manja bocah ria dalam dunia SMPku. Tapi bunda selalu bilang. Hidup terus berjalan, jika tidak begitu aku tidak akan menjadi manuasia yang produktif.


Oiya, aku Zayarine. Semua orang memanggilku dengan nama "Arine" aku berumur 15 dan duduk di bangku SMA. Aku memiliki bunda yang sangat luar biasa, ayah yang entah dimana tapi aku yakin dia tak kalah luar biasa dengan bunda! Walau aku berbicara seperti itu dengan hati yang sedikit kecewa. Abangku Zidane. Dia sangat acuh, tapi dia sangat menjagaku. Walau dia tidak pernah menyatakan dalam verbal.


Abang akhirnya keluar dari kamarnya dengan rambut belum tersisir. Bunda yang pertama kali melihatnya langsung menegur abang. "Zidane!! Kamu sudah besar sayang, masa untuk sisiran saja mesti bunda ingatkan! Berantakan sekali itu rambutmu nak astagfirullah.." melihat bunda yang mendumal abang hanya tertawa dan menjawab dengan santainya "santai bundaku, abang sekarang kan sudah kuliah. Peraturan dalam gaya rambut,berpakaian,warna sepatu dan segalanya sudah bebas bun! Wooooo!! Ini yang abang inginkan dari dulu!" Abang bersorak sangat girang. Membuat waktu 5 menit ku yang berharga terbuang karena mendengarkan sorak bahagianya. "Abang berisik! Cepat makan! Aku akan terlambat sekolah nanti. Aku tidak tau bagaimana sekolah baruku yang sekarang. Jadi untung menghindar telat kita harus lebih pagi berangkatnya abang!" Ucapku yang kesal karena abang terlalu ber tele-tele. "Apasih Rine, santai saja! Itu sekolah abang dulu. Jadi abang lebih tau. Kamu tidak usah cemas bagaimana kamu nanti disekolah barumu itu. Tinggal bilang saja kalau kamu adik dari Zidane Adami. Semua akan sayang padamu. Apa lagi perempuan yang akan jafi seniormu, pasti akan mengerubungimu dan jadikan kamu sebagai sumber info tentang abang! HAHAHA! Paham kan Rine? Abang sudah punya nama disana, cukup dengan kecerdasan otak dan ketampanan abang buat nama abang begitu harum, jika didepan guru abang tambahkanlah itu sedikit bumbu pencitraan. HAHAHA" aku tak begitu tertarik. Malah sedikit kesal. Akhirnya aku mencubit bagian pinggit perut abangku itu. "Abang, aku tidak mau menjadi benalu. Aku tidak mau meneruskan pencitraan yang sudah kamu buat. Aku maunya, orang mengenal Zayarie Adami karena prestasiku! Bukan karena adiknya Zidane Adami! Dengarkan?" Balasku terhadap semua omongan abang. Bunda hanya tertawa kecil. Bunda menuyuruh kami untuk segera pergi berangkat. Akhirnya aku berangkat dan pamit pada bunda.


Aku diantar abang sampai tempat parkiran depan sekolahku. Setelah sampai ditempat tersebut aku turun. Semua mata tertuju padaku. Entah. Karena aku atau abang. Atau mungkin kita berdua. Tatapan tersebut sangat tajam membuatku bingung celingak celinguk. Seperti biasa. Abang hanya acuh. Dan memberikan uang saku ku yang telah bunda titipkan kepada abang. Dan seperti biasa, abang akan selalu mencium keningku. Aku hanya pasrah dan diam. Bukan karna abang menciumku. Tapi karena tatapan itu semakin menusuk tajam kedalam, semakin panas berapi. Aku sungguh tidak mengerti.

Z LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang