Furqan menghampiri anaknya yang sedang berada dipangkuan guru kesayangannya itu ditaman. Seulas senyum tercipta dibibirnya saat melihat kedekatan mereka yang kian lama semakin mirip ibu dan anak.
"ehem"
Furqan berdeham yang membuat cekikan Icha dan Fira berhenti,lalu menoleh ke orang yang berdeham itu.
"Papa.."panggil Icha
"kata buk Fila,kalau kita mau sapa olang lain itu ucap salam Pa bukan ehem-ehem gitu.."ucap Icha dengan polosnya yang membuat Furqan malu dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal
"ah iya,Papa lupa sayang.."jawabnya dengan sedikit meringis
"ulang!"perintah Icha yang membuat Furqan harus menaikkan sebelah alisnya
"maksud Icha apa?"tanya Furqan penasaran
"ayo Papa ulang,Papa jalan lagi dali sana dan bilang salam waktu udah sampe kesini"
?!?!?!?!!????
Furqan pun melakukan apa yang diperintahkan oleh anaknya setelah dilihatnya kearah Fira dan gadis itu tersenyum kearahnya sebelum akhirnya mengangguk pertanda setuju dengan kemauan anaknya itu.
'kalau kamu istri aku,udah aku gelitikin kamu biar kapok karena sudah mendukung Icha untuk mengerjaiku'batin Furqan disertai ringisan karena keinginannya untuk menggelitik Fira tidak dapat dilakukannya dengan status mereka yang hanya sebagai antara guru dan wali murid
"Assalamualiakum.."salam Furqan saat sudah berada dihadapan anaknya dan guru kesayangan anaknya itu
"waalaikumsalam"jawab Icha dan Fira barengan
"Papa.. kita jadi jalan kan?"tanya Icha semangat sambil berkacak pinggang dihadapan papanya
Furqan berjongkok didepan anaknya agar Icha dapat lebih jelas berbicara dengannya tanpa harus menengadahkan wajahnya.
"memangnya kamu mau jalan kemana sih sayang heum?"tanya Furqan sok imut
Fira tersenyum geli mendengar pertanyaan Furqan yang sangat tidak sesuai dengan karakternya yang maskulin dan berkharisma. 'Apakah bila dengan istrinya dia juga seperti itu? Betapa bahagianya jika akulah yang menjadi istrinya. Astaghfirullah,apa yang telah aku pikirkan? Maafkan hambaMu ini Ya Allah,hamba tidak sengaja me...'
"buk.. buk Fila..?"panggil Icha yang menyadarkan lamunan Fira
"eh iya sayang,kenapa?"tanya Fira seraya melihat kea rah Icha dengan tersenyum lembut
"buk Fila yang kenapa,dali tadi Icha panggilin tapi ibuk diam aja. Buk Fila juga tadi senyum-senyum sendili,kenapa sih buk?"omel Icha tidak senang dengan perlakuan Fira yang tidak mempedulikannya tadi
"Apa? Ta..tadi buk Fira senyum-senyum sendiri?"shock Fira yang diangguki Icha dengan pelan
"iya,kalau buk Fila gak pelcaya tanya aja sama Papa.."
Fira pun beralih melihat kearah Furqan dan sedikit meringis menanti jawaban apa yang diberikan Furqan kepadanya sama seperti yang dikatakan oleh Icha barusan.
"iya,tadi kamu senyum-senyum sendiri. Ada apa?"jawab dan tanya Furqan
"ehehe.. tidak ada kok Pak,saya cuma kebawa suasana aja tadi"nyengir Fira dengan semburat merah yang bertengger dipipinya
"yaudah deh,kalau gitu ayo Pa,buk Fila.. kita jalan!"ajak Icha semangat seraya menggandeng tangan Furqan ditangan mungilnya sebelah kiri lalu tangan Fira disebelah tangan kanannya
"jalan?"shock Fira lagi yang diangguki Icha dengan semangat dan mata yang berbinar
"kamu kenapa,dari tadi aku lihat kamu shock terus?"tanya Furqan yang kembali membuat Fira harus menunduk untuk menyembunyikan semburat merah dipipinya karena malu
"tadi Icha ngajak kamu jalan,tapi kamu malah diam tidak menjawabnya dan senyum-senyum sendiri"jelasnya
"maaf Pak,tadi saya melamun"jujur Fira yang dibalas senyum oleh Furqan tapi Fira tidak melihatnya karena masih menunduk
"sudah,tidak apa-apa. Kalau gitu ayo kita berangkat,sebelum jam makan siang tiba dan kita akan kejebak macet nanti"
Belum sempat Fira menjawab,Furqan sudah berjalan terlebih dahulu yang mengakibatkan Icha juga berjalan karena tangan kanannya menggenggam tangan kiri mungil Icha yang terpaksa juga membuat dirinya ketarik karena tangan kanan Ichaa menggenggam tangan kirinya.
Fira duduk dikursi samping kemudi sambil memangku Icha yang sedari tadi mengoceh ini-itu padanya dan sesekali pada Papanya. Dari awal Fira terus beristighfar dalam hatinya memohon ampun pada Sang Pencipta karena merasa telah berbuat dosa dengan berada disatu ruang dengan seorang pria yang bukan muhrimnya.
'Ya Tuhan.. salahkah aku jika menginginkan gadis disampingku ini untuk manjadi pendamping hidupku pengganti mamanya Icha? Sungguh aku menginginkannya untuk membuatku kembali bergairah menjalani hidup ini..'batin Furqan lirih sembari mencuri-curi pandang kearah Fira
*****
YOU ARE READING
Dibalik Kerudung
Spiritualketika harus dihadapkan dengan dua pilihan antara hati dan takdir,aku akan memilih hati... namun takdirku berkata lain. Dia berhasil membawaku kepada cintanya.