Prolog

8.2K 560 54
                                    

"Kau kalah Jung Soojung!"

Soojung, gadis bersurai kelam itu merengut kesal. Bibirnya bergerak mengungkapkan segala umpatan yang membuat hatinya gondok. Baru saja dia kalah, untuk kesekian kalinya dalam permainan UNO. Soojung memang tidak berbakat bermain kartu berwarna-warni penuh angka itu. Mungkin lain kali dia tidak mencoba peruntungannya lagi. Yah, jika tidak mau kembali kalah.

"Hmm, kurasa harus ada hukuman untukmu, Soojung-a," kata salah seorang rekan Soojung yang bernama Seulgi. Gadis itu mengetukkan jemari didagu. Memikirkan hukuman yang pantas untuk seorang Jung Soojung.

"Yak, kenapa ada hukuman? Tadi perjanjiannya tidak begitu," protes Soojung segera.

"Itu karena kau kalah berkali-kali, Soojung," ungkap Seunghwan yang duduk di sebelah Seulgi. "Tidak seru jika hanya memolesi wajahmu dengan bedak bayi."

Soojung menghentakkan kakinya kesal. Wajah manisnya telah berubah menjadi lahan corat-coret teman-temannya. Kini yang ada hanyalah wajah konyol Soojung yang berbalut coretan dari bedak bayi. Untung hanya bedak bayi, bukan yang lain.

Bukan apa-apa, tetapi Soojung pernah mendapati teman lelaki sekelasnya mencoret wajah rekannya yang lain menggunakan spidol ketika dia kalah dalam bermain kartu. Hingga akhirnya, si korban harus memajang wajahnya yang penuh coretan selama seminggu penuh. Dan bedak bayi bukan apa-apa dibanding dengan spidol.

"Bagaimana jika Soojung harus mengungkapkan perasaan pada seseorang?" Seunghwan memberikan usulannya.

"Ah," Seulgi bertepuk tangan riang. "Dan dia harus berhasil. Jika tidak...."

"Traktiran selama sebulan penuh!" seru Seulgi dan Seunghwan bersamaan.

Soojung memutar bola matanya malas. Teman-temannya ini paling bisa untuk menyiksa dirinya. Dan yang bisa Soojung lakukan kali ini hanyalah pasrah.

"Jadi, siapa targetnya?"

Seulgi dan Seunghwan kembali berpikir. Mereka berpandangan sejenak untuk bertanya satu sama lain. "Bagaimana jika seseorang yang muncul pertama kali di sudut sana itu?" Seulgi menunjuk satu sudut di ujung koridor sekolah.

"Bagaimana jika yang muncul perempuan?" tanya Soojung dengan kening mengerut.

"Yah, yang perempuan tidak masuk hitungan. Tunggu sampai seorang leleki lewat di sana," terang Seulgi bersemangat.

Soojung mengangguk setuju. Meski tidak sepakat, tetapi dalan hukuman memang tidak ada kesepakatan. Yang bisa dilakukan Soojung saat ini hanya berdoa. Semoga yang lewat bukanlah lelaki aneh denga  kaca mata tebal dan penampilan memprihatinkan. Setidaknya, lelaki yang bisa sedikit Soojung banggakan.

"Ahh, dia datang!"

Mereka bertiga memandangi ujung koridor dengan antusias. Ketiganya menganga ketika mengenali siapa sosok yang baru lewat itu.

Soojung meringis. Gadis itu menepuk dahinya dan bergumam pelan, "Mati aku."
.
.
.
.
Kkeeuut

Hai, cerita baru mengingat GMYL sudah nyaris tamat. Dan yah, sekali lagi tidak keluar dari zona nyaman. Request khusus dari Meccaila. Aku gak tau ini sesuai ekspektasi atau tidak. Tapi, ah sudahlah.. kekekekeke.

The Edge ParadiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang