[11]

2.3K 265 81
                                    

Segala tatapan penuh sindiran diterima Soojung sejak memasuki gerbang sekolah. Beberapa terdengar berkasak-kusuk ria. Mengatai, menyindir, bahkan mencela Soojung dengan teramat tidak sopannya. Semakin jauh berjalan, Soojung semakin mengeratkan pegangannya pada tali tas ransel yang berada di bahunya. Mencengkeramnya erat seolah menahan diri agar tidak terpengaruh dengan suasana di sekitarnya.

Soojung menghentikan langkahnya tepat di depan loker. Menatap kosong ke arah pintu loker yang telah ditempeli berbagai memo dengan tulisan yang berisi berbagai cacian. Soojung menghela napas. Perlahan gadis itu mengalihkan pandangan, membuat berpasang-pasang mata yang menatapnya dengan sikap mencela segera membuang muka—bersikap seolah mereka tidak mengetahui apa-apa.

Soojung mendengus. Dengan kesal gadis itu melepas memo-memo yang menempeli pintu lokernya. Mengepalkannya dengan tidak teratur lantas membuangnya ke sembarang tempat. Soojung sempat menarik napas sebentar, mencoba mengendalikan diri agar emosinya tetap stabil. Akan tetapi, upayanya percuma karena begitu membuka loker yang didapatkannya lebih parah dari pada semua kata-kata kasar dari memo-memo sebelumnya.

Aroma anyir sedikit busuk menyambut penciuman Soojung ketika pintu loker terbuka pertama kali. Menyajikan satu boneka barbie berlumuran darah serta beberapa bangkai tikus di dalamnya. Mengotori seluruh isi loker Soojung, termasuk buku-buku gadis itu. Soojung menggeram kesal. Ini benar-benar sudah keterlaluan, tindakan mereka yang membenci Soojung sudah tidak dapat lagi di benarkan.


"Apa-apaan ini?"


Suara Seunghwan terdengar saat Soojung hendak membanting pintu lokernya. Gadis itu menahan daun pintu loker yang tertutup, memandang jijik isi loker Soojung yang terlihat tidak biasa. "Siapa yang melakukan ini, Soojung? Ini keterlaluan!" Seunghwan bertanya dengan intonasi suara yang tidak biasa.

"Hei, siapa dari kalian yang melakukan ini?" Seunghwan berseru lantang, mencari tahu mengenai pelaku dari tindakan penggencetan terhadap sahabatnya—Jung Soojung. Ini jelas merupakan tindakan penggencetan dan siapapun yang melakukan ini harus bertanggungjawab.


"Hei, kenapa semua diam sa—"


"Seunghwan!" Seulgi menyela dengan menarik lengan Seunghwan. Membuat Son Seunghwan mau tidak mau menoleh ke arahnya. "Jangan membuat masalah untuk diri sendiri! Jangan ikut campur!"

"Bagaimana bisa tidak ikut campur?" Seunghwan merasa tidak setuju dengan peringatan yang dilayangkan oleh Seulgi. "Jelas-jelas Soojung itu diperlakukan tidak benar oleh mereka semu—"

"Lalu, kau bisa apa, huh?" Seulgi menyela sekali lagi. Dagu lancipnya dinaikkan, sedang lengannya bersedekap di depan dada. "Kau mau diperlakukan seperti Soojung?"

"Tidak, tapi—"

"Kalau begitu, jangan ikut campur. Ayo, pergi!"

"Hei, Kang Seulgi!"

Seunghwan terus menoleh ke belakang saat dirinya diseret paksa oleh Seulgi untuk menjauhi Soojung. Ada sekelumit rasa tidak tega saat Seunghwan meninggalkan Soojung seorang diri. Namun, gadis itu tidak bisa berbuat banyak. Ego dirinya untuk menjauh dari masalah lebih besar. Membuatnya harus memilih untuk pergi bersama Seulgi kali ini.


"Lihat, bahkan sahabatnya juga meninggalkannya."


Suara kekehan terdengar. Membuat hati Soojung yang semula teguh, kembali lemah. Penolakan Jongin, ketidakpedulian para sahabatnya, serta tekanan dari orang-orang di sekitarnya. Adakah yang lebih buruk dari semua ini?

The Edge ParadiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang