[9]

2.5K 256 76
                                    

Sepasang kekasih dengan perbedaan usia yang cukup mencolok berjalan beriringan dengan jemari saling tertaut. Lengan keduanya berayun mengimbangi langkah mereka. Sebuah senyum terpatri cukup apik di antara keduanya, menunjukkan bahwa mereka bahagia cukup dengan seperti. Hanya sesederhana ini.

"Sebaiknya kita berpisah sekarang." Jongin menghentikan langkahnya ketika berada dalam radius 100 meter dari gerbang sekolah. Pandangannya menyapu sekeliling, memastikan tidak ada seorang pun yang menangkap basah mereka tengah bergandengan tangan.

"Hei," tangan Jongin terangkat guna mengusap sebelah pipi Soojung—kekasih sekaligus siswi kesayangannya. "Kenapa cemberut, huh? Mana senyumnya?"

Kedua sudut bibir tertarik, menampilkan satu senyum yang masih tampak kaku. Jujur saja, Soojung kecewa karena kebersamaan dirinya dengan Jongin berakhir begitu saja. Inginnya Soojung, dia bisa membanggakan Jongin sebagai kekasihnya. Mengatakan kepada dunia dan semua orang bahwa Jongin mencintainya. Bukan dengan menyembunyikan hubungan seperti pencuri semacam ini. Namun, mau bagaimana lagi? Seperti yang dikatakan Jongin beberapa waktu yang lalu, keadaan tidak akan merestui mereka. Jadi, jika ingin tetep langgeng, sebaiknya mereka menahan diri. Biarlah semua orang tidak mengetahui perasaan mereka. Mereka saling berbagi perasaan satu sama lain itu sudah cukup.

"Sampai bertemu di kelas nanti," ucap Jongin terakhir kali sebelum melangkah lebih dulu menuju sekolah.

Soojung memandangi sosok Jongin yang terus menjauh diiringi helaan napas dari ujung bibirnya. Gadis itu memainkan ujung sepatunya, menunggu Jongin telah beberapa langkah jauh di depan. Ketika dirasa sudah cukup, Soojung mulai bergerak. Menuju gerbang sekolah, menyusul Jongin.

Gadis bersurai hitam itu sudah mulai bosan dengan keadaannya yang sekarang. Sampai kapan lagi dia harus bertahan seperti ini? Soojung tidak tahu. Hanya waktu yang mampu menjawabnya.


O0O


"Hei, Seulgi? Kau tidak mau bicara?"


Telapak tangan di kedua sisi tubuh Seulgi terkepal sempurna. Gadis itu menunduk sembari menggigit bibir bawahnya. Menandakan bahwa dirinya tengah memikirkan satu jawaban yang layak dia berikan kepada teman-teman sekelasnya. Seulgi tentu tidak dapat asal menjawab. Karena jika sembarangan, fatal akibatnya. Keselamatan sahabatnya—Jung Soojung—menjadi taruhannya.

"Jika kau tidak mau menjawab—" salah seorang teman sekelas mulai bersuara kembali ketika merasa bahwa menunggu jawaban Seulgi adalah suatu hal yang sia-sia. Gadis dengan potongan rambut sebahu itu beralih menatap Senghwan. Mencoba mengorek informasi dari Son Seunghwan, "—bagaimana denganmu, Seunghwan? Bisa menjelaskan siapa ini? Apakah ini Soojung?"

Sama halnya dengan Seulgi, Seunghwan pun tidak tahu harus menjawab bagaimana. Dia tidak bisa berbohong, tetapi tidak bisa juga mengatakan hal yang sebenarnya. Huh, apa yang harus dilakukannya sekarang?


"Sebenarnya apa yang kalian inginkan?"


Suara Taehyung mengintrupsi begitu saja. Dengan tatapan tajam, lelaki itu mendekat. Meraih ponsel yang dimiliki rekan sekelasnya tanpa permisi hingga menimbulkan protes dari beberapa pihak. Namun, Taehyung tidak mau peduli. Dengan gerakan cepat, lelaki itu menghapus beberapa foto yang menunjukkan potret diri Soojung yang tengah bergandengan mesra dengan sang guru fisika—Kim Jongin.


"Yak, Kim Taehyung! Apa-apaan ini? Kenapa kau menghapus semua fotonya?"


The Edge ParadiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang