[1]

5.3K 509 71
                                    

"Jadi, terdapat dua kondisi benda yang memenuhi Hukum I Newton, yaitu –"


Penjelasan itu bagaikan lagu pengantar tidur untuk seorang Jung Soojung. Sudah berulang kali gadis itu menguap. Baginya pelajaran yang sedang dilaluinya saat ini –fisika –amatlah membosankan. Persetan dengan Newton atau siapalah itu. Soojung tidak mengenalnya. Jadi, dirasa percuma jika harus memahami apa yang Newton itu pikirkan. Soojung bukanlah tipe orang yang mencampuri pikiran orang lain.

"Hei, Soojung," suara Seulgi menginterupsi. Gadis yang duduk di sebelahnya itu menyikut Soojung pelan. "Jangan menguap terlalu lebar seperti itu. Jika Kim Saem melihatnya, matilah dirimu," kata Seulgi memperingatkan.

Soojung hanya mendecih malas. Gadis itu mengabaikan peringatan Seulgi. Dia kini malah memangku dagu dengan sebelah tangan sembari menatap ke depan kelas. Bukan memperhatikan penjelasan dari sang guru, melainkan memperhatikan sosok sang guru itu sendiri.

Namanya Kim Jongin, guru magang di sekolah Soojung. Baru tiga bulan beliau melakukan tugas mengajarnya. Dan dalam tiga bulan itu, Kim Jongin menjadi guru yang cukup popular di kalangan guru, siswa, bahkan orang tua siswa itu sendiri. Salahkan wajah Kim Jongin yang kelewat rupawan. Mungkin dia tidak setampan Choi Minho Shinee kesukaan Soojung, tetapi wajah Jongin termasuk yang enak dipandang dan tidak membosankan. Kelebihan lainnya dari si guru fisika tampan ini adalah kulitnya yang kecokelatan. Kulit yang tampak berbeda dari orang Korea kebanyakan ini malah terkesan unik dan begitu eksotis. Wajar jika para guru wanita lajang hingga siswa memuja guru fisika yang satu ini.

Soojung sendiri termasuk golongan orang-orang mengagumi sosok Kim Jongin. Ayolah, zaman sekarang mana ada lelaki tampan yang tertarik untuk mempelajari persamaan-persamaan rumit fisika? Mungkin ada, tapi tidak banyak. Setidaknya Jongin membawa satu pengecualian. Membawa sedikit ruang bagi para siswanya untuk menyukai fisika karena sosok guru yang mempesona. Yah, hanya sedikit. Karena label kesulitan pelajaran eksak yang satu itu tidak punah, terus ada meskipun yang mengajar adalah orang setampan Jongin.


"Jung Soojung?"


"...."


"Jung Soojung!"


Tak.


"Awww," Soojung meringis sembari memegangi keningnya yang terkena lemparan kapur. Mengusapnya pelan sembari menggerutu dalam hati. Di depan sana, sudah ada Kim Jongin –sang guru tercintanya Jung Soojung –tengah berkecak pinggang. Memelototi Soojung dengan begitu garangnya.

"Kalau kau tidak ingin mengikuti pelajaranku, silakan keluar saja, nona Jung," katanya dengan tegas. "Aku tidak suka dengan siswa yang melamun di kelasku," tambahnya dengan suara yang menggelegar di seluruh penjuru ruang kelas.

Soojung menunduk dalam. "Maafkan saya, Saem."

Kim Jongin mendengus kesal. Tidak lama setelahnya, bel pergantian pelajaran berbunyi. Membuat lelaki itu merasa kesal. Dia belum puas memarahi siswanya yang satu ini. Belum puas karena belum sempat menghukumnya juga. "Kau, temui aku di laboraturium jam istirahat nanti. Jangan kabur," katanya sarat penuh ancaman.

Pandangan Jongin kemudian mengedar. Memperhatikan siswa yang lainnya. Mereka tampak menunduk takut. Sepertinya tindakan tegas Jongin tadi kepada Soojung mempengaruhi kondisi mental siswa yang lain juga. "Baiklah, cukup sampai di sini. Pertemuan mendatang kita akan mempelajari aplikasi dari Hukum-hukum Newton. Jadi, kuharap kalian mempelajarinya," kata Jongin untuk terakhir kali. Selanjutnya, guru muda itu beranjak keluar. Menyisakan 30 orang siswanya yang secara bersamaan mengembuskan napas lega.

The Edge ParadiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang