Shock

150 6 0
                                    

"Brina. Ikut sebentar ke rumah Bude yah" rayu Lidya. Aku mengangguk pasrah. Lagian aku mau kemana coba? Jalur angkot gak tahu, daripada pusing-pusing nyasar mending ikut sama Lidya saja.
"Cuma drop aku aja. Nanti kalian boleh kemana saja. Asal jam 4 sudah dirumah bude" tambah mas Dika
"Siippp" Lidya memeluk lengan suaminya
"Heh. Masih pagi ini. Main peluk-peluk saja!" Aku melemparkan snack ke arah Lidya. Yang dilempar mendelik sambil menjulurkan lidahnya
"Kamu cepetan punya suami juga dong. Biar bisa pelukan " mas Dika tertawa. Giliran aku yang cemberut dan disusul tawa berderai Lidya.

"Kita tapi jadi yah beli buku" rayuku

"Siiiippp. Boleh kan yang?" tanya Lidya pada suaminya. Mas Dika mengangguk yakin. 

"Jangan nyasar yah beib..Aku mungkin agak sibuk bantu-bantu"  jawabnya 

"Oke. Cuma nyari buku doang mah gak mungkin kita nyasar ke Bagdad kan Bri ya" seru Lidya yang disusul tawa berderainya.

"Iya. Kan Lidya akta lahirnya Bandung. Masa nyasar di Bandung juga. Wuuuhhhh gak level" tambahku sambil tertawa

"Heh. Apa hubungannya akta lahir Bandung sama nyasar??" Lidya masih ngakak tertawa

"Ada dong euceuu..." aku ikut tertawa bebas

"Telfon kalau ada apa-apa ya beib. Jangan keluyuran sampai malam. Pokoknya sore jam 4 sudah harus di rumah. Kartu kreditku ambil nih" Mas Dika mengambil dompetnya yang disambut riuhan tepuk tangan aku dan Lidya

"Ini gak ada limitnya kan sayang?" Lidya mengedipkan mata senang

"Yeee...kalau sampai lebih besar dari gajiku kamu tahu sendiri hidup kita nanti gimana" Mas Dika cemberut. Aku tahu dia cuma pura-pura. Apa sih yang nggak buat istrinya tercinta. 

"Hei..udah buibu harus bijaksana. Jangan boros" aku mencubit Lidya yang dibalas dengan juluran lidahnya

"Siap sayangkuuuu... Makasih yaa. Tapi nanti kalau bude nanya gimana?"

"Aku akan bilang kamu ada tugas kantor" Mas Dika menjawab santai

"Aahh...sayangku pengertian banget. Thank you yaaa. Yang, kenalin sama temenmu nih si Brina. Biar bisa double date" 

Plok. Aku melempar bantalku kearahnya.

"Udah. Tahu Agung kan? dia udah ngobrol-ngobrol di FB katanya, sama satu lagi Wildan. Yang orang Aceh itu lho beib.."

"What????" Lidya menatapku

"Apa??" tanyaku

""Kamu udah ngobrol-ngobrol sama temennya Mas Dika tapi nggak bilang sama aku??"

"Lebay beib. Biarkan aja mereka mengalir apa adanya. Tapi ngomong-ngomong, udah nyampe mana nih obrolannya??" 

"Kepoooooooo" teriakku panjang

Lidya dan Mas Dika tertawa ngakak. Dasaaarrrrrr......

Kami mendrop Mas Dika dirumah bude nya. Setelah sedikit basa basi, kami pamitan pergi. Mula-mula ke Palasari. Trus ke Matahari Mall. Setelah borong buku dan makan kami cuci mata di Pasar Baru. Lalu terburu-buru ke Trans Studio Mall. Teriak-teriak naik wahana mini nya. Jam sudah menunjuk ke angka 3 ketika kami merasa lelah lemah lunglai saking semangat jalan-jalan.

"Yu mariiiii...kita kerumah bude" ajak Lidya

"Orang Bandung koq manggilnya bude sih?" tanyaku asal

"Mereka aslinya dari Kebumen nong" Lidya menyikutku

"Dua-duanya asli Jawa Tengah?" tanyaku

"Iya. Cuma Pakde jadi staf di Secapa TNI AD, jadilah mereka pindah kesini"

"Trus yang mau tunangan itu anaknya yang pertama?"

"Sebenarnya itu anak bude dari suaminya terdahulu. Anak pertama mereka cowok masih di SMA. Resnita anaknya bude itu ngajar di SMK. Ngajar bahasa sunda kalau nggak salah. Lucu yah, orang Jawa tapi ngajarnya bahasa sunda" Lidya cekikikan sendiri. Aku hanya tersenyum.

"Alhamdulillah kita nggak telat kayaknya nih. Masih belum jam 4"  Lidya memarkir mobilnya tidak jauh dari rumah bude Aisyah.

"Tapi aku nggak usah ikut deh. Ini kan acara keluarga. Ngapain aku cuma bengong doang nanti" Lidya melotot

"Kamu mau kemana? Nggak punya tujuan gitu. Kan aku yang ngajak. Kalau kamu keluyuran sendiri aku malah khawatir trus nggak konsentrasi. Ayo turun" paksa lidya

"Turuun!!" teriak Lidya dari luar

Pelan-pelan aku membuka pintu mobil. Lalu dengan enggan meloncat turun.

" Nah bidadari kita sudah datang" suara Mas Dika menyambut kami

"Hai Brina"

Aku melongo sejenak. 

"Halo Lidya. Lama gak ketemu ya. Apa kabar?"

"Ini..." Lidya ragu-ragu

"Wildan. Yang pernah aku cerita itu. Yang dari Aceh" 

"Ooohh iya. Kalian sudah kenalan kan?" Lidya mengedipkan mata padaku

"Sama Sabrina, iya udah. Udah temenan juga di FB" Wildan tertawa ringan

Aku tersenyum kikuk. Hadeuh mana aku gak dandan dulu tadi. Arrgg...kirain gak akan ada orang yabg ku kenal.

"Aku nelfon Wildan. Ternyata lagi di Bandung juga. Lagi liburan sama keluarganya. Jadi aku suruh datang aja. Biar Brina ada teman ngobrol. Biar aku diurusin sama beibku" Mas Dika tertawa dan mengedipkan matanya pada Wildan. Aiiishh...

"Ayo masuk. Sebentar lagi tamu nya datang" ajak Mas Dika 

Aku menyeret kakiku bersama mereka.

"Asyiiikk.. Wildan lumayan juga neng. Biarpun lebih ganteng suami aku. Yaahh bolehlah. Dia punya tubuh atletis dan proporsional" bisik Lidya sambil tertawa

"Aku nggak suka sama dia" keluhku

"Kenal aja dulu nong. Jangan main nolak aja" bisik Lidya lagi

"Iya" aku cemberut.

Jam 5, acara dimulai. Tunangannya Resnita datang dengan 3 mobil pribadi. Resnita nya sendiri nampak pendiam. Mungkin saking gugupnya.

"Ayo Bri, kita ke depan. Acaranya mau dimulai" ajak Wildan. Lidya dan Mas Dika sudah duluan pergi.

"Nanti aja deh" jawabku malas.

"Ya sudah deh. Kita disini saja. Lagian kita bukan keluarga mereka" Wildan tertawa

Aku hanya tersenyum terpaksa. Tapi 15 menit duduk ditaman belakang rumah bude nya Lidya, baik aku dan Wildan tidak saling bicara sehingga aku makin kikuk dan canggung.

"Kita lihat sebentar deh. Sekalian nanti keluar cari udara" ajakku sambil berdiri

"Oke" Wildan ikut berdiri

Kami masuk ke ruangan tengah tempat acara berlangsung. Duduk disamping Lidya dan suaminya yang khusyuk menyimak acara.

"Saudari Resnita Purnama Dewi apakah kamu bersedia menerima lamaran dari saudara Danny Rizwan Ramadhany?

Hening sejenak.

Aku memperhatikan Resnita yang nampak gugup. Tunggu!!!??? Apa tadi?????????

My EX boyfriend [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang